NovelToon NovelToon
Harta Karun Raja-Raja

Harta Karun Raja-Raja

Status: tamat
Genre:Romantis / Misteri / Tamat / Pemain Terhebat / Epik Petualangan / Persahabatan / Penyelamat
Popularitas:2.6k
Nilai: 5
Nama Author: David Purnama

Berdasarkan peta kuno yang dicurinya. Ayu mengajak teman-temannya untuk berburu harta karun.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon David Purnama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Permainan Hidup atau Mati

Di depan mereka terdapat sebuah pintu yang sangat besar.

              Tingginya dua kali tinggi orang dewasa. Lebarnya sepanjang garasi truk.

              Pintu yang terbuat dari batu itu mempunyai ukiran gambar yang sama persis dengan gambar yang beberapa hari terakhir menjadi focus perhatian mereka.

              “Tempat apa ini?”,

              “Ini sama seperti gambar peta harta karun raja-raja”,

              Tidak salah lagi,

              Pintu yang sekarang berada di hadapan para pemburu harta karun adalah pintu batu besar yang terukir peta harta karun raja-raja.

              Itu artinya sejauh ini perjalanan pencarian harta karun berada di jalur yang benar. Tidak lama lagi mereka akan sampai pada muara tujuan.

              “Bagaimana supaya pintu ini terbuka?”,

              Jono bertanya-tanya setelah ia mencoba beberapa kali mendorong dan menggeser pintu tersebut. Jono yang paling kuat pun tidak kuasa membukanya.

              “Pintu ini berat sekali”, keluh Jono.

              “Haruskah pakai mantra?”,

              “Atau semacam ritual khusus?”, tanya Cindy.

              “Di dalam peta tidak dijelaskan”, jawab Emil.

              “Coba saja permisi”, usul Arya.

              Ayu mendekati pintu raksasa itu, lalu ia mengetuk pintu keras itu sebanyak tiga kali. Sambil bilang permisi.

Kali ini Ayu mencoba mendengarkan saran dari saudaranya.

              Niat Ayu hanya untuk menyenangkan Arya saja, tapi itu malah justru berhasil.

              Semuanya saling pandang dan terheran-heran. Tiba saatnya Arya memasang muka angkuh untuk Ayu, Emil, Jono dan Cindy.

              Setelah diketuk dengan santun, pintu besar yang begitu berat itu mau terbuka. Batu berukiran peta harta karun raja-raja itu membuka diri.

              Pintu itu bergeser dengan sendirinya.

              Membuka jalan masuk kepada orang-orang pemburu harta karun,

              “Ayo masuk”,

“Tunggu apa lagi”, pimpin Arya dengan bangga.

              Ayu dan yang lainnya mengikuti langkah anak kecil yang tiba-tiba berlagak tengil itu.

              Mereka masuk ke dalam ruangan yang tidak disangka-sangka.

              Sebuah ruangan yang tidak disangka-sangka ada di dunia bawah tanah di dalam bumi.

              Ruangan ini berbentuk persegi yang memanjang. Dan yang membuat tidak biasa adalah tampilannya yang bak sebuah istana.

              Bagaimana orang-orang terdahulu bisa membangun tempat semegah ini?

           Perancangnya pasti bukan orang sembarangan. Atau jangan-jagan memang sama sekali bukan orang.

              Tembok dan lantainya terbuat dari batuan-batuan pilihan yang harganya mahal selangit di zaman sekarang. Warnanya menyala dan tidak lumutan meski sudah termakan jutaan masa.

              Ada hiasan berupa akar-akar pohon yang berdaun hijau nan lebat. Yang masih hidup dan tertata rapi jarak dan polanya.

        Menggelantung di dinding yang berkilau dengan atap ruangan yang terlampau tinggi. Yang tak mampu dijangkau oleh pandangan mata.

              Ada bunga-bunga yang tumbuh di akar-akar itu. Berwarna-warni dan harum mewangi. Bau harumnya tercium ke seluruh penjuru ruangan.

              “Lihatlah”,

              “Wow”,

              “Kebetulan sekali”,

              Belum selesai Ayu dan kawan-kawan kagum dengan tempat dimana sekarang mereka berada.

              Para pemburu harta karun kembali diberi kejutkan dengan hal yang seakan mustahil.

              Setelah beberapa langkah masuk ke dalam ruangan yang penuh dengan tanda tanya ini, sekarang di hadapan Ayu, Emil, Jono, Cindy dan Arya terdapat sebuah meja yang luar biasa.

              Meja bundar itu menyatu dengan lantai bangunan dengan bahan baku yang serupa. Begitu juga dengan kursi-kursi yang melingkari meja bulat tersebut.

              Bagaimana ini tidak luar biasa? Sungguh kebetulan di atas meja itu ada makanan-makanan matang yang sudah siap untuk disantap.

              Makanan hangat dengan asap yang masih mengepul. Buah-buahan segar dan minuman-minuman yang dingin.

              “Apakah ini semacam sihir atau guna-guna?”,

              Mereka bertanya kepada Arya yang punya kelebihan sebagai seorang anak indigo.

              “Semua makanan ini asli”,

              “Di tempat ini tidak ada jin atau pun setan”,

              “Tidak ada santet penglaris atau pun yang lainnya”, Arya berkata.

              “Kalau begitu”,

              “Ayo kita makan”, pimpin Jono terang-terangan.

              Jono makan dengan lahap.

              “Bagaimana Jon?”,

              “Kamu tidak apa-apa?”,

              “Tidak sakit perut Jon?”,

              “Atau sakit kepala?”,

              Ayu, Emil, Cindy, dan Arya menunggu jawaban Jono.

              “Aman”,

              “Ayo makan”,

              “Kalau tidak aku habiskan sendiri”, jawab Jono.

              Melihat temannya makan dengan lahap dan selamat, Ayu dan yang lainnya pun ikut melahap makanan-makanan yang tersaji di atas meja makan tersebut.

              Dengan terlebih dahulu membaca doa,

              Dengan ganas mereka berlima bersantap ria.

              “Ini enak sekali”,

              “Lebih enak dari masakanmu Yuk”,

              “Ini makanan terlezat yang pernah aku makan”,

              “Buah-buah ini juga manis-manis”,

              “Minuman ini segar sekali”,

              Tidak diduga sama sekali,

Makanan di atas meja yang jumlahnya begitu banyak itu hilang tanpa sisa. Ayu, Emil, Jono, Cindy dan Arya menghabiskannya.

“Aku kenyang sekali”,

“Sekarang sebaiknya kita istirahat dulu di sini”,

“Kita tidak perlu memasang tenda, di sini sepertinya aman”,

“Kita break setengah jam lalu lanjut jalan lagi”,

Saat sedang berunding, tiba-tiba kelima pemburu harta karun yang baru saja kalap itu dikagetkan dengan sesuatu yang tidak menyenangkan.

Dari bawah meja dan kursi-kursi yang mereka duduki,

Dari sela-sela bebatuan,

Keluar asap tipis-tipis,

“Apa ini?”,

“Apa ini?”,

“Baunya menyengat sekali”,

Ayu, Emil, Jono, Cindy dan Arya mau tidak mau menghisap aroma yang tidak sedap itu. Asap itu menyelubungi wajah mereka.

Menusuk masuk ke dalam lubang hidung. Membuat mata pedih.

Salah satu dari mereka baru menyadarinya,

“Ini gas beracun”,

Tapi sudah terlambat, seketika mereka berlima yang baru saja bersantap makan itu kehilangan kendali kesadaran.

Mata mereka terpejam, tubuh mereka terkulai lemas dan akal mereka lumpuh.

Ayu, Emil, Jono, Cindy dan Arya terserang bius gas beracun.

1
April Lia
wew mantap tuh harta Karun nya/Facepalm/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!