NovelToon NovelToon
RISA SAYANG BAPAK

RISA SAYANG BAPAK

Status: sedang berlangsung
Genre:Keluarga
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author: hyeon'

Benar kata orang, tidak ada hal yang lebih menyakitkan kecuali tumbuh tanpa sosok ibu. Risa Ayunina atau kerap disapa Risa tumbuh tanpa sosok ibu membuatnya menjadi pribadi yang keras.

Awalnya hidup Risa baik baik saja meskipun tidak ada sosok ibu di sampingnya. Karena Wijaya—bapak Risa mampu memberikan kasih sayang penuh terhadapnya. Namun, di usianya yang menginjak 5 tahun sikap bapak berubah drastis. Bapak yang awalnya selalu berbicara lembut kini berubah menjadi sosok yang keras, berbicara kasar pada Risa dan bahkan melakukan kekerasan fisik.

“Bapak benci sama kamu, Risa.”

Risa yang belum terlalu mengerti kenapa bapaknya tiba tiba berubah, hanya bisa berdiam diri dan bersabar. Berharap, bapak akan kembali seperti dulu.

“Risa sayang bapak.”

Apakah Bapak akan berubah? Apa yang menyebabkan bapak menjadi seperti itu pada Risa? Ikuti terus kisah Risa dan jangan lupa untuk memberikan feedback positif jika kalian membaca cerita ini. Thank you, all💐

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon hyeon', isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

EPS 12

Berulang kali Risa mengerjapkan matanya yang masih terpejam. Risa meringis pelan kala merasakan nyeri pada punggungnya. Ia pun bangkit dengan perlahan. Diliriknya jam di sampingnya yang sudah menunjukkan pukul 8.

Risa memang berniat untuk bolos karena sekarang sudah dipastikan ia tidak bisa beraktivitas seperti biasa. Gordennya yang belum ia buka membuat cahaya matahari sulit untuk menerobos masuk.

Risa mengambil ponselnya yang berada tak jauh di dekatnya. Ketika sudah menemukan nama kontak yang ia cari, Risa segera mengetikkan beberapa pesan.

“Mbak, Risa izin lagi ya, maaf.” Ketika sudah selesai mengetikkan pesan itu pada mbak Laras, Risa lantas mematikan ponselnya.

Ia pun segera beranjak dari duduknya. Langkahnya berjalan pelan menuju kamar mandi. Di sana ia melihat punggungnya yang penuh dengan bekas cambukan.

Dengan hati hati Risa mulai mengoleskan salep pada lukanya. Meskipun perih Risa sama sekali tidak merasakan perihnya luka itu. “Kalau ibu di sini, apa luka ini nggak pernah ada?” Batin Risa membayangkan bagaimana jika ibunya berada di sini.

Andai, andai saja ibu tidak pergi meninggalkannya. Andai bapak tidak berubah. Dan, andai ibu tidak pernah melahirkannya. Mungkin, luka yang selama ini ia pendam sendiri tidak pernah ada.

Cukup lama Risa menatap dirinya di pantulan cermin. Terlihat begitu menyedihkan. Mata yang sembab akibat menangis semalaman. Wajah yang nampak kusut dan rambut yang terurai lusuh.

Kurang lebih 15 menit Risa selesai dengan mandinya. Ia lantas berjalan keluar. Di lihatnya sekali lagi di pantulan cermin. Tangannya mulai mengikat surai panjangnya membentuk satu cepol.

Risa berjalan kembali menuju ranjangnya. Menarik selimut setinggi lututnya. Ia sama sekali tidak membuka gordennya membiarkan kamarnya gelap gulita.

Tangannya bergerak mengambil gitar yang memang berada di sampingnya. Risa mulai memainkan senar gitar itu. Ia terus memetikkan senarnya hingga menghasilkan nada yang elok.

*****

“Hari ini Risa nggak masuk ya?” Tanya Jeff pada salah satu teman sekelas Risa.

“Nggak, Kak.” Jeff menghela napasnya kasar mendengar jawaban dari teman Risa itu. Ia pun mengangguk lalu berjalan meninggalkan adik kelasnya.

Jeff berjalan dengan raut wajah yang gusar. Pikirannya terus melayang pada Risa. Ingin menghubungi tapi ia lupa meminta nomor telepon Risa. Jeff begitu khawatir akan Risa mengingat bapaknya sendiri melakukan aksi kekerasan.

Jeff pun memasuki kelasnya lalu mendudukkan dirinya pada bangkunya. Rea yang melihat Jeff begitu gusar pun berniat untuk menghampirinya.

“Kamu kenapa?” Jeff mendongak kala mendengar suara Rea. Ia menatap Rea malas.

“Nggak.” Rea mendengus pelan melihat reaksi Jeff yang sangat dingin kepadanya. Bell pelajaran terakhir pun berbunyi. Terlihat guru yang sedikit tua memasuki kelas Jeff.

Pelajaran pun dimulai. Selama guru itu menerangkan, Jeff sama sekali tidak fokus. Entah kenapa pikirannya terus tertuju pada Risa. Bagaimana sekarang keadaannya? Apakah ia baik baik saja? Apakah setelah insiden kemarin, bapaknya melakukan kekerasan lagi?

“Jeffanio Pranata!!” Jeff sontak mendongak menatap guru yang kini menatapnya tajam. Lihat, akibat terlalu memikirkan Risa, Jeff sampai tidak sadar jika sedari tadi guru di depannya terus memanggilnya.

“Maaf, Pak.” Ucap Jeff sesal seraya menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Guru itu pun menggelengkan kepalanya. Baru kali ini Jeff tidak fokus pada pelajarannya.

“Apa yang kamu pikirkan hingga tidak fokus seperti ini?”

“Kucing saya yang lagi lahiran di rumah, Pak, hehe.” Mendengar lelucon Jeff sontak membuat semua temannya tertawa.

Tak terasa pelajaran hari ini pun selesai. Jeff segera mengemasi buku bukunya. Ia pun berdiri dari duduknya, langkahnya hendak melangkah maju. Namun, Rea tiba tiba menghadangnya.

“Jeff, kamu sendiri kan? Aku boleh nebeng nggak?” Tanya Rea dengan suara yang dibuat sedikit imut. Mungkin agar Jeff tertarik padanya.

“Sorry, gue buru buru. Lo bisa pesen ojol.” Belum selesai Rea menjawab, Jeff sudah lebih dulu pergi meninggalkannya.

Rea berdecak sebal. Kenapa sulit sekali menarik perhatian Jeff? Dua teman Rea pun menghampirinya.

“Yang sabar bestiee.” Ujar salah satu dari mereka menenangkan Rea.

“Ini semua gara gara cewek sialan itu.” Dua teman Rea memutar bola matanya malas. Sejak awal masuk kelas 10 Rea sudah lama menaruh suka pada Jeff. Rea mulai gencar mendekati Jeff ketika tahu bahwa mereka sekelas.

Namun, selama ini Jeff hanya menganggap Rea sebagai teman tidak lebih. Baginya, Rea sama sekali tidak membuatnya tertarik. Berulang kali Rea memberikannya perhatian. Tetap saja itu tidak membuat Jeff jatuh hati padanya.

Hingga kenaikan kelas 11, Jeff mulai bertemu dengan Risa. Saat itulah perhatian Jeff sedikit teralihkan pada gadis cantik namun dingin itu. Terlebih ia mengetahui bahwa Risa mengajar adiknya bela diri. Semenjak mengenal Risa, Jeff semakin mengacuhkan Rea.

Bahkan setelah sadar Jeff tidak menaruh suka padanya. Rea tetap saja berusaha mendekati Jeff. Cinta memang buta. Rea telah dibutakan oleh cintanya yang bertepuk sebelah tangan.

*****

Saat ini Jeff berdiri tegak tepat di depan rumah Risa. Tangannya terlihat menenteng sebuah bingkisan berisi buah. Ia ingin mengetuk pintu namun ragu. Sudah cukup lama Jeff hanya berdiri di sana dengan kepalanya yang menunduk.

“Huhf, oke. Lo harus berani, Jeff.” Gumam Jeff yang menyemangati dirinya sendiri. Dengan sedikit ragu, Jeff mulai mengetuk pintu itu pelan.

Ketukan yang pertama tak ada jawaban. Ketukan kedua pun masih sama. Hingga ketukan ketiga, hasilnya pun sama. Apakah tidak ada seseorang di dalam? Jeff memberanikan diri mengeluarkan suaranya.

“Apa Risa nggak denger ya?”

Berulang kali Jeff memanggil nama Risa. Namun, tak ada sahutan apapun dari dalam. Jeff pun memutuskan untuk menaruh bingkisan itu di depan pintu. Sepertinya memang Risa sedang tidur.

Jeff menghela napasnya panjang. Ia pun berbalik dan berjalan pelan meninggalkan rumah itu. Sebelum benar benar pergi, Jeff kembali menoleh ke belakang. Berharap seseorang yang ia cari keluar.

Akan tetapi, sama saja. Pintu masih tertutup rapat. Jeff pun kembali menunduk dan berjalan pergi hingga tubuhnya benar benar hilang.

Setelah Jeff melenggang pergi, tiba tiba pintu terbuka dengan sedikit lebar. Muncullah seseorang yang sedari tadi Jeff cari dari balik pintu. Risa melihat bingkisan buah yang berada di bawah kakinya.

Tangannya mulai mengambil bingkisan itu. matanya mulai berkaca-kaca yang membuat pandangannya sedikit buram. Risa menghapus kasar air mata yang jatuh begitu saja.

Jujur saja, Risa tahu bahwa Jeff datang ke rumahnya. Ia mendengar suara yang begitu familiar. Risa ingin menemui Jeff, tapi ia tidak bisa. Keadaannya saat ini sangat kacau. Ia tidak mau Jeff melihatnya yang begitu kacau.

Sok kuat! Risa sadar bahwa ia rapuh. Ia tahu dirinya tak sekuat itu. Tapi, entah kenapa Risa tidak mau orang orang melihat sisi rapuhnya. Ia ingin terlihat baik baik saja. Nyatanya dirinya tak sekuat itu.

“Ibu, Risa lelah.”

*****

HAPPY READING👀✨

1
Esti Purwanti Sajidin
vite dine ayuk thor up yg buanyak
Dadi Bismarck
Suka banget sama ceritanya, harap cepat update <3
hyeon': terima kasih sudah berkenan membacaa, akuu pastiin secepatnya bakal update>⁠.⁠<
total 1 replies
fianci🍎
Wuih, nggak sabar lanjutin!
hyeon': aaaaa, terima kasih atas dukungannya. semogaa sukaaa yaa🥺💐
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!