Amora, seorang gadis bangsawan yang muak dengan semua aturan yang mengekang pada awalnya hanya ingin keluar dari kediaman dan menjelajahi dunia bersama pelayan pribadinya
Menikmati kebebasan yang selama ini diambil secara paksa oleh kedua orang tuanya pada akhirnya harus menerima takdirnya
Sebagai gadis yang terlahir dengan berkat kekuatan suci, dia memiliki kewajiban menjaga perdamaian dunia.
Amora yang pada awalnya masih berusaha menghindari takdirnya dihadapkan pada kenyataan pahit.
Fitnah keji telah menjatuhkan keluarga Gilbert.
Amora Laberta de Gilbert, merubah niat balas dendamnya menjadi ambisi untuk menegakkan keadilan karena kekuatan suci dalam tubuhnya, menghalanginya.
Demi memuluskan tujuannya, Amora menyembunyikan identitasnya dan bergabung dalam tentara.
Mengawali karir militernya dari tingkat paling rendah, Amora berharap bisa menjadi bagian dari pasukan elit yang memiliki tugas menegakkan keadilan dimana itu selaras dengan tujuannya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon julieta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MASUK DALAM JEBAKAN
Lengkap dengan pakaian tertutup, Rosa kembali ke kediaman Gilbert.
Didalam kamar, Regina telah menunggu dengan sabar.
“Bagaimana Rosa? Apa Oscar mau bertemu?”, tanyanya tak sabaran begitu wujud Rosa ada dihadapannya.
“Tuan muda Oscar bersedia, nona. Akan tetapi pertemuan kali ini tidak bisa dilakukan ditempat biasanya”, ujarnya.
Setiap Regina ingin bertemu dengan kekasihnya, Rosa yang akan bertugas mengunjungi kediaman Count Bouten secara diam-diam, kemudian menyogok pengawal untuk memanggil pelayan pribadi Oscar untuk membuat janji.
“Kenapa begitu?”, tanya Regina sedikit bingung.
“Saya tidak tahu nona. Ruslan hanya mengatakan bahwa keadaan disana sudah tidak aman lagi, selebihnya Ruslan tak menjelaskan apapun”, jawabnya.
Ruslan adalah pelayan pribadi Oscar. Pria mata duitan yang rela mengkhianati kepercayaan Countess Miskha demi uang sogokan dari Regina.
“Pasti sesuatu telah terjadi dikediaman Count Bouten. Oscarku yang malang. Apa dia baik-baik saja?”, wajah Regina berubah menjadi cemas.
“Anda bisa melihatnya sebentar lagi , nona. Karena, tuan muda Oscar bersedia bertemu dengan anda malam ini juga ”, ucap Rosa penuh semangat.
Regina kembali terkejut mendengar penuturan pelayan pribadinya itu, “Benarkah?”, tanyanya antusias.
Rosa mengangguk sopan, “Benar nona. Karena waktu sangat sempit, mari saya bantu anda berdandan sekarang”, ujar Rosa yang bergegas menyiapkan gaun dan beberapa aksesoris yang akan Regina pakai dalam pertemuan rahasia malam ini.
“Buat aku secantik mungkin, Rosa”, senyuman Regina terlihat lebih lebar dari biasanya. Dia terlihat sangat bersemangat.
“Ayah, aku akan menebus kesalahanku dengan menyelamatkan keluarga kita”, batinnya penuh percaya diri tanpa tahu tindakan nekatnya malam ini akan menghancurkannya.
__________________
Klara memperhatikan punggung Regina dan Rosa yang diam-diam keluar dari kediaman Gilbert melalui pintu belakang mansion.
Gerbang belakang dijaga oleh prajurit mata duitan, mereka dengan senang hati menerima uang sogokan yang diberikan oleh Regina dan Amora yang gemar kabur dari rumah.
“Aneh sekali melihat nona Regina berkeliaran dimalam hari. Jika itu nona Amora, saya tak kaget lagi”, komentarnya setelah dia memastikan tubuh Regina dan Rosa menghilang dibalik pepohonan.
Selama ini, aktivitas Regina di luar kediaman selalu dilakukan pada siang hari dan gadis itu akan kembali sebelum sang mentari menyembunyikan wujudnya.
Saking patuhnya pada peraturan dan tata krama kaum bangsawan, semua orang sampai merasa jika Regina seharusnya terlahir sebagai putri raja karena itu sangat sesuai dengan tindak tanduknya.
Melihat kereta kuda yang membawa Regina dan Rosa menghilang dibalik pohon, Klarapun berbalik pergi dan melaporkan semua hal yang dia lihat kepada nona mudanya.
Sementara itu, Regina yang telah tiba di tempat tujuan menatap Rosa dengan kernyitan heran.“Rosa, apa benar ini tempatnya?”, Regina mulai ragu dengan tujuan mereka.
Saat ini, kaki cantiknya menapak di jalan kecil yang kanan dan kirinya penuh dengan bangunan tiga lantai yang biasa dipergunakan untuk tempat berjudi dan melakukan bisnis portitusi.
Sebagai gadis bangsawan dengan kehormatan tinggi, Regina tak akan pernah sudi menginjakkan kakinya disini, jika tidak demi Oscar, kekasih hatinya.
“Benar nona, Ruslan bilang, semakin berbahaya tempat itu maka semakin aman rahasia pertemuan anda dan tuan muda”, Rosa menjawab dengan sopan.
Kali ini dia berjalan bersisian dengan nonanya, tidak dibelakang seperti biasanya. Regina menggandeng lengan Rosa dengan kuat.
Dalam benak gadis itu, tempat seperti ini adalah yang paling menjijikkan dari semua tempat yang ada di dunia dan tak layak untuk dikunjungi.
Sekalipun tidak pernah terpikir akan mendatanginya, namun saat ini justru dia berada ditempat menjijikkan itu dan berkeliaran seperti wanita liar.
“Nona, ini tempatnya”, Rosa berhenti di sebuah bangunan paling ujung, bercat putih.
Bangunan itu terlihat tua dan memiliki tiga lantai seperti yang lainnya.
Bagian teras tidak terlalu terang hingga Regina harus berhati-hati saat melangkah kesana.
Pintu terbuka, seorang pria paruh baya dengan janggut lebat menyambut dengan senyuman super lebar. “Selamat datang dipenginapan Lavecia. Kami adalah penginapan terbaik di gang ini”.
Melihat Regina berdiri mematung, Rosapun melepaskan pegangan sang nona di lengannya dan berjalan maju.
“Kami datang untuk bertemu dengan seseorang yang telah memesan kamar”, ujar Rosa tenang.Nada bicaranya luwes, dia tidak terlihat grogi sama sekali.
“Baik, pesanan atas nama siapa?”, tanya pria itu untuk memastikan.
“Ruslan”
“Ah! Tuan Ruslan yang tampan. Mari ikuti saya”, jawabnya ramah.
Regina mengeratkan pegangannya pada lengan Rosa. Mereka pun berjalan bersisian masuk kedalam penginapan.
Lantai satu penginapan dipergunakan sebagai tempat perjudian sehingga suasananya sangat ramai.
Tak ingin menarik perhatian lawan jenisnya, Regina menunduk sedalam mungkin. Dia tak ingin sampai ada orang yang melihatnya berkeliaran disini dan mengenalinya.
Rosa melirik sekilas pada eratnya genggaman tangan sang nona dilengannya. Itu terasa sakit, namun dia memilih untuk tidak mengatakannya.
Di depan pintu kamar yang telah disewa, Ruslan menyambut kedatangan Regina dan Rosa, pria itu segera berdiri tegak setelah tadinya bersandar pada pintu yang terkunci. “Salam, nona Regina”.
Regina hanya mengangguk kikuk. Dia tidak bisa berhenti melirik kemana-mana, berharap tak menemukan sosok yang dikenalnya disini.
Reputasi baik yang selama ini dibangunnya tak boleh hancur karena tindakan gegabahnya malam ini.
Pemilik penginapan yang merasa sudah tak diperlukan lagi, segera bersiap untuk undur diri.
“Kalau begitu, saya pamit undur diri. Selamat menikmati malam yang indah ini”, ujar pemilik penginapan sambil berlalu pergi tanpa tahu ucapannya membuat Regina tersinggung.
Dia adalah gadis terhormat yang terpaksa datang ke tempat seperti ini. Kata menikmati malam terlalu vulgar baginya.
Ruslan yang peka, segera menenangkan kekasih tuan mudanya itu agar misi yang diembannya malam ini bisa berjalan lancar.
“Jangan dengarkan dia nona Regina. Saya tahu, anda gadis terhormat”, Ruslan memberi penghiburan, berharap perasaan Regina bisa segera membaik.
Menyadari suasana hati Regina tak kunjung membaik, Ruslan yang takut gadis itu akan berbalik arah dan pergi pun segera kembali bersuara, “Tuan muda ada didalam nona”, lanjutnya seraya membuka kuncian pintu.
Regina sedikit ragu ketika hendak melangkah masuk kedalam ruangan yang tak terlalu besar itu.
Detak jantung sang gadis menggila. Seumur hidup, ini merupakan pertamanya kalinya dia datang ke tempat maksiat seperti ini.
Membayangkan akan berduaan didalam kamar bersama sang kekasih, membuat jantung Regina berdebar semakin kencang.
Bahkan telapak tangannya sudah dingin oleh keringat karena belum pernah mengalami kegugupan sehebat ini.
“Akhirnya kamu datang”, sambut Oscar sambil tersenyum hangat begitu wujud Regina tertangkap netranya.
Saat itu juga, belenggu dihati sang jelita menghilang. Dia tersenyum haru seraya berlari menerjang prianya dengan pelukan erat.
“Aku takut”, keluhnya manja.
Tangan halus Oscar mengusap surai panjang Regina dengan penuh cinta.
Dia tersenyum lembut dan berkata, “Maaf, pergerakanku menjadi terbatas setelah Marques Boryet tiba”.
Regina mendongak, “Kamu pasti menderita. Katakan padaku, apa yang pria tua itu lakukan di kediamanmu”, untuk sementara, Regina lupa pada tujuannya.
Mendengar Oscar kesulitan, dia merasa perlu memberi penghiburan.
“Beliau sering membicarakan banyak hal diam-diam dengan ibuku. Aku dan ayah harus waspada, jadi aku memilih tempat seperti ini untuk bertemu denganmu. Orang seperti Marques Boryet tak akan sudi melangkahkan kakinya dipenginapan murah seperti ini, jadi aku memilihnya", ucap Oscar penuh kebohongan yang terlihat tulus dimata Regina.
Regina yang dimabuk cinta, percaya penuh terhadap sang kekasih sehingga diapun mengangguk mengerti, “selama ada kamu, aku tidak akan takut menghadapi apapun”, ujarnya.
Netra Regina mengandung kesungguhan yang menguar dengan jelas. Dia sangat mempercayai kekasihnya.
“Minumlah, kamu pasti lelah setelah berjalan jauh”, Oscar menyodorkan segelas air putih pada Regina.
Gadis itu menerima dengan senang hati, kemudian meneguknya secara anggun hingga tandas.
Senyum aneh Oscar terlewat dari pandangan sang primadona. Setelah menghabiskan segelas air, gadis itu duduk di sofa lusuh yang terletak tidak jauh dari sebuah ranjang berukuran queen size yang ada didalam kamar.
“Oscar, sebenarnya ada hal penting yang ingin aku sampaikan kepadamu”, ucap Regina membuka percakapan dengan ekspresi serius
“Apa itu?”, tanya Oscar, setelah ikut mendudukkan diri disamping sang kekasih.
“Marquess Boryet , tiba-tiba saja datang ke kediaman Gilbert untuk mencariku. Beliau menginginkan aku, Oscar ”, Regina merengek diakhir kalimatnya.
“Tidak bisa dibiarkan! Kamu adalah segalanya bagiku, tidak ada pria lain yang boleh memilikimu”, ucap Oscar dengan geram.
Regina mengangguk setuju. “Aku juga tidak ingin dimiliki pria selain kamu”.
“Tenang saja sayang, aku akan memperjuangkanmu meski harus melawan ibu”, ucap Oscar penuh kepalsuan.
Regina tersenyum senang, akan tetapi dia tidak bisa menjadi ekspresif sebab rasa kantuk hebat tiba-tiba datang menyerang.
“Ada apa sayang?”, tanya Oscar penuh kekhawatiran.
Regina menggelengkan kepala, mencoba mengusir rasa kantuk yang mendadak hinggap. Perjuangan keras sang gadis tidak membuahkan hasil, dia jatuh tertidur dengan kepala terkulai dibahu prianya.
“Ruslan”, panggil Oscar. Wajah pria itu tanpa ekpresi, sangat datar.
Suara kuncian pintu terdengar jelas, setelah daun pintu itu mengeluarkan bunyi “Kriettt”. Seseorang muncul, namun bukan Ruslan.
“Kerja bagus Oscar”, suara jelek itu, milik Marques Boryet.
Oscar mengangkat Regina dan meletakkan gadis itu diatas ranjang.
Dia kemudian menoleh pada Marques Boryet, sang pria tua tengah tersenyum mesum dengan binar mata penuh eforia bahagia.
“Aku belum menyentuhnya. Bahkan berciuman pun, kami tidak pernah”, kata Oscar dengan wajah datar.
“Bagus! sangat bagus, kamu akan mendapatkan putri seorang duke sebagai gantinya!”, ucapnya sangat senang.
Oscar mengangguk, “Itu bayaran yang pantas, tuan”, jawabnya kalem.
“Selamat bersenang-senang”, lanjutnya, sebelum pergi tanpa menoleh pada Regina.
Pria itu mantap meninggalkan kekasihnya bersama pria tua. Kekasih yang sangat mencintai dan mempercayainya.
Pintu tertutup.
Oscar melirik pada Ruslan dan Rosa yang berdiri bersisian didekat pintu, “Kerja bagus Rosa”, ucapnya sebagai bentuk apresiasi.
Rosa mengangguk sopan, “senang bisa berguna untuk tuan muda”, jawabnya pelan.
Memilih membelot bukanlah hal yang mudah. Dia awalnya ragu menerima tawaran Ruslan sore tadi.
Akan tetapi pernyataan Amora yang mengatakan jika Klara adalah rumahnya, menyambangi ingatannya, membuat Rosa menjadi geram.
Rosa menjadi tak puas dengan Regina, nona muda yang sudah selama sepuluh tahun ini dia layani.
Sehingga, tanpa ragu, diapun menyetujui kerjasama yang Ruslan ajukan. Dapat uang dan sakit hatinya terbayarkan dengan kontan, memikirkan hal itu sudah bisa membuat hati Rosa merasa senang.