NovelToon NovelToon
9 Pintu Perunggu

9 Pintu Perunggu

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Misteri / Time Travel / Cinta pada Pandangan Pertama
Popularitas:788
Nilai: 5
Nama Author: Herwanti

Anila mencoba meraba disekitarnya hingga dia merasakan ada dinding di sebelah kirinya. Dia berjalan melangkah ke depan.

Tapi dia tersandung oleh sesuatu membuat dia jatuh ke tanah.”Ini dimana sih kenapa semua gelap. Seharusnya ini masih siang. Kenapa gelap sekali,”ucap Anila dengan wajah binggung. Tapi dimana saat itu Anila berada akan dia bisa keluar dari kegelapan itu dan kembali ke tempat asalnya. Anila akan bisa menemukan teka-teki yang dia dapatkan?.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Herwanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 12

“Soal peninggalan itu ya. Bagaimana ya aku mengatakannya. Aku bingung ini?,”ucap Baki yang tidak tahu harus mengatakan atau tidak.

“Kalau memang sulit tidak harus mengatakannya,”ucap Anila yang tidak bisa memaksa Baki.

“Kalau sudah ada waktunya aku akan memberitahu kamu Anila,”ucap Baiki yang merasa bersalah dan berat hati. Anila hanya tersenyum saja. Sampai di depan rumah mereka keluar dari mobil. Anila yang merasa lelah duduk di dalam mobil ingin segera mandi air dingin.

“Anila kamu ingin pesan apa?,”ucap Bani hendak memesan makanan.

“Aku ingin ayam dan sayur kalau bisa ada nasinya juga. Ohhh iya jangan yang pedas,”ucap Anila.

“Baiklah,”kata Bani. Semua masuk ke dalam Harits yang duduk bersantai di teras. Bani yang masuk ke dalam bersama Baki mengambil minum. Anila segera masuk ke kamar untuk mandi. Di kamar Anila segera melepaskan semuanya dan masuk ke dalam kamar mandi. Shower air sudah dia nyalakan dengan suhu dingin sedang Anila merasa nyaman di bawah guyuran air. Tubuhnya yang tadi lengket karena sinar matahari sekarang sudah tidak lagi lengket.

“Nyamannya,”ucap Anila sambil mengeringkan rambutnya. Setelah rambut kering Anila membuka laptopnya hendak mengirim novel yang belum dia kirim sebelumnya. Tapi dia juga mencari tentang lukisan yang dia lihat di museum Seca. Setelah menemukan beberapa lukisan yang sama. Dia mencari yang persisi dengan gambar lukisan itu di dunia nyata.

“Ternyata memang ada ya,”guman Anila segera melihat nama lokasinya.

“Pegunungan  Tratam. Lokasinya memang persisi dengan gambar lukisannya sih. Apa aku harus mencari lebih banyak lagi tentang pegunungan ini ya,”pikiran Anila sambil menatap layar laptopnya. Hingga dia mendengar suara langkah kaki dari lorong kamarnya. Anila  segera menutup kepalanya dan berjalan ke arah pintu. Tepat pintu terbuka Harits hendak mengetuk pintu.

“Kakak ada apa,”ucap Anila yang sudah membuka pintunya.

“Anila, hampir saja. Ayo turun makanan kita sudah datang,”ucap Harits. Anila mengangguk dan mereka segera turun bersama. Di bawah sudah ada Bani membuka makanannya bersama dengan Baki. Di saat merek makan Bani berkata,”Anila besok kamu masih ingin pergi ke museum tidak?.”

“Kurasa tidak aku akan pergi ke perpustakaan. Aku tadi melihat ada lokasi yang persis dengan lukisan di museum yang sama. Aku ingin memastikan apa itu benar tidak,”ucap Anila sambil makan.

“Dimana itu?,”ucap Harits disampingnya.

“Pegunungan Tratam. Kalian tahu tidak,”ucap Anila.

“Pergunungan Tratam. Apa kamu yakin disana lokasi kedua yang ingin kamu jelajahi,”ucap Baki.

“Aku juga tidak tahu. Jadi aku harus pergi ke sana bukan. Tapi aku belum tahu dimana itu berada,”ucap Anila dengan santai.

“Kalau begitu biar kamu menemani kamu pergi ke sana,”ucap Bani dengan wajah biasa saja.

“Apa kalian serius akan menemani aku.Tapi bukan kalian sibuk ya,”ucap Anila melihat ke mereka bertiga.

“Tidak, Jadi tenang saja,”ucap Harits.

“Apa benar?,”ucap Anila merasa tidak percaya.

“Itu benar. Mustahil kami membiarkan kamu pergi sendiri. Apa lagi kamu baru saja datang ke sini bukan,”ucap Baki dengan wajah tersenyum.

“Baiklah kalau kalian tidak sibuk. Aku terima tawaran kalian, terima kasih,”ucap Anila merasa senang. Kembali mereka menikmati makanannya hingga Harits berkata,”Kapan kita berangkat?.”

“Kalau soal itu aku harus menyiapkan barang yang harus aku bawa bukan. Bagaimana kalau kita pergi setelah tiga hari persiapan saja,”ucap Anila. Ketiganya tidak keberatan mengangguk. Tepat malam tiba Anila sedang menyiapkan apa yang dia butuhkan.

“Kurasa harus pergi ke sana mengambil pesenanku,”ucap Anila yang membuat senjata.

Di malam hari di kamar Anila yang menulis beberapa catatan tentang kehidupan dia. Tapi saat dia menulis dia merindukan rumah yang selalu ada orang tuanya.”Bagaimana kabar mereka ya. Apa aku masih hidup disana atau aku sudah mati.,”guman Anila merasa perasaan sedang tidak baik. Anila berjalan ke teras melihat langit dimana ada bulan yang tampak bercahaya.

“Langit yang indah,”ucap Anila tapi wajah dia merasa sedih.

‘Jika bukan karena raja bodoh itu aku tidak akan disini. Kenapa aku harus pergi ke tempat yang aku tidak kenal ini. Membuat aku frustasi saja. Awas saja jika aku menemukan makam kamu raja bodoh. Aku akan menghancurkannya,”ucap Anila merasa tidak senang.

Tapi saat dia berbicara sendiri Harits di balik pintu teras mendengar semuanya.”Anila siapa kamu kenapa kamu berbeda dengan kami.Apa benar kamu datang dari tempat lain. Tapi bagaimana jika kamu bisa kembali.Apa aku tidak bisa bertemu dengan kamu lagi,”hati kecil Harits yang merasa tidak ingin melepaskan Anila.

Di bawah Bani dan Baki yang sedang duduk sedang berbincang tentang Harits dan Anila.”Hai Bak kamu lihat tidak sikap Harits ini berbeda tadi?,”ucap Bani.

“Aku juga tahu. Kurasa Harist menyukai Anila. Bagaimana kalau kita mendukung mereka berdua,”ucap Baki.

“Tunggu dulu. Kita belum tahu Anila ini siapa. Apa Harits benar suka atau hanya kasihan saja. Dia itu tidak mudah di tebak sih,”ucap Bani sambil berpikir.

“Masak kamu masih tidak mengerti kakak kecil kita ini. Dia walaupun pendiam dan tidak suka melihat yang lain. Aku yakin mataku tidak salah kalau Harits suka dengan Anila hanya saja dia tidak sadar dengan perasaannya itu,”ucap Baki setelah mengamati dari awal hingga akhir.

“Lalu bagaimana rencana kita untuk mendekatkan mereka berdua. Anila ini sunggu berhati-hati tahu tidak,”ucap Bani dengan wajah serius.

“Kamu benar juga. Kita mulai bertanya saja dengan tipe yang dia sukai saja,”ucap Baki.

“Itu awal yang bagus,”ucap Bani. Dimana mereka akan menjalankan renancanya saat mereka berkumpul bersama. Di atas Anila yang telah menjalankan kewajiban dia sebagai penganut agama yang berbeda dengan mereka. Selalu sholat di waktu yang berbeda menurut keyakinan Anila. Walaupun sedikit sulit Anila ingin dekat dengan penciptanya. Apa lagi dia jauh dari orang terdekat.

Di malam saat semua sudah tertidur Harits dengan diam masuk ke teras Anila dan membuka pintunya dengan hati-hati. Anila yang tidur dengan pulas tidak sadar dengan kehadiran Harits yang sudah masuk ke dalam kamarnya. Harits yang melihat Anila sudah tidur apa lagi saat itu dia melihat ramput hitam Anila yang terlihat olehnya yang selama ini tertutup oleh kerudung atau kain.

Hati Harits sangat berdebar saat melihat wajah dan rambut Anila yang sangat berbeda dengan saat dia menutupnya. Harits datang mendekat dan dia duduk disamping Anila yang tidur pulas. Harits perlahan menyentuh wajah Anila dan hingga sampai di bibir Anila yang sangat indah dimata Harits.

Debaran hatinya tambah kecang tubuhnya terasa berkeringat. Sinar rembulan menyinari ruangan membuat Harits mendekat perlahan ke wajah Anila. Tampak Harits melihat wajah Anila yang membuat dia ingin memakannya. Tapi hati Harits harus bisa menahannya hingga perlahan Harits mencum bibir Anila yang sedang tertidur.

Saat ada pergerakan sedikit saja dari Anila. Harits segera menghilang dari ruangan Anila kembali kemarnya dengan wajah memerah setelah menciumnya. Harist juga memegang bibirnya karena dia masih merasakan sentuhan lembut dan manis dari bibir Anila. Tapi akan mereka berdua bisa bersama?.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!