Feylindita adalah seorang wanita cantik yang berprofesi sebagai seorang agen rahasia yang bekerja di bawah pusat keamanan negara. Keahlian menembak dan bela diri yang luar biasa, membuatnya menjadi salah satu agen rahasia yang sangat di andalkan. Tak ada yang mengetahui tentang pekerjaannya, termasuk keluarga bahkan suaminya sendiri.
Ia menikah dengan Giantara Aditama seorang CEO sebuah Mall ternama melalui perjodohan. Tepatnya Feylin 'Dijual' pada keluarga Aditama oleh sang paman yang merawatnya sejak kedua orang tuanya meninggal dalam kecelakaan.
Namun ia beruntung karena memiliki mertua dan ipar yang baik. Cobaannya hanyalah suami yang selalu bersikap dingin dan cuek padanya.
Apakah hubungan pernikahan mereka akan membaik?
Apakah keluarganya akan mengetahui pekerjaannya yang sebenarnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fernanda Syafira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
28. Kisah Masa Lalu
Braak!!!
Pintu kamar itu terbuka dengan kasar hingga membentur tembok dan menghasilkan suara keras. Sepasang pria dan wanita yang sedang bergumul di atas ranjang itu pun terlonjak kaget.
Pria yang membuka pintu dengan keras itu pun tak kalah terkejutnya melihat pemandangan di hadapannya. Kekasihnya, sedang bergumul dengan pria yang selama ini ia kenal dengan baik.
"Gian..." Lirih wanita bernama Anya yang sibuk menutupi tubuhnya dengan selimut.
"Jadi ini yang kalian lakukan di belakangku?" Bentak Gian dengan amarah yang tak bisa lagi ia tahan.
Dengan langkah cepat, ia menghampiri si pria dan menarik tubuh pria yang tanpa busana itu hingga terjerembab di lantai.
Buuggh.... Buuggh... Buggh!
Gian mendaratkan bogem mentah ke wajah pria yang justru terlihat biasa saja. Pria itu bahkan tak melawan saat Gian menghantamkan tinjuan ke wajahnya dan perutnya berkali - kali.
"Gian - Gian, berhenti!" Anya berusaha menghentikan aksi Gian yang membabi buta.
"Lepasin aku, Anya!" Seru Gian saat Anya menahan lengannya. Dengan kasar ia menghempaskan tangan Anya.
"Gian, aku bisa jelasin." Ujar Anya yang kembali memegangi lengan Gian.
"Jangan berani kamu sentuh aku. Kamu benar - benar menjijikkan!" Hardik Gian sembari menarik lengannya yang di pegang Anya.
Hatinya hancur berkeping - keping melihat tanda merah yang ada di beberapa bagian tubuh kekasihnya. Wanita yang selama ini dia jaga kesuciannya, justru memberikan kesucian itu pada pria lain.
"Maafkan aku, Gian." Anya mulai menangis terisak.
"Hah! Sudahlah, Baby. Jangan kamu tangisi laki - laki seperti dia. Dia itu cuma laki - laki lemah." Ejek pria yang kini sudah memakai pakaiannya.
"Laki - laki lemah? Hah! Gue bukan bajing an kayak lo, Efril! Gue kira lo itu teman yang baik, ternyata gak lebih dari sekedar sampah." Geram Gian.
"Kamu tau, Anya! Selama ini aku menjagamu, aku gak pernah menyentuhmu karna aku menghormatimu. Aku menghormati orang yang aku cintai. Tapi nyatanya aku salah, perempuan yang aku hormati dan aku jaga kehormatannya cuma seorang perempuan murahan." Ujar Gian dengan tatapan jijik ke arah Anya.
"Stop, Gian! Selama ini aku frustasi. Kamu gak mau menikahi aku, Gian!" Seru Anya yang menangis tergugu.
"Bukan aku gak mau! Aku sedang mengusahakan semuanya, Anya. Aku masih terus membujuk orang tuaku. Apa kamu gak bisa lebih bersabar lagi, hah?" Tanya Gian.
"Aku sudah sabar, Gian. Lima tahun aku nunggu kamu, tapi mana? Gak ada hasilnya. Om Abraham dan Tante Mila tetap gak berubah dan kamu sebagai laki - laki, gak bisa dengan tegas menentang mereka. Itu usaha kamu lima tahun ini?" Sergah Anya yang emosinya pun turut naik.
"Kamu harus mengerti kalau tanpa ada orang tuaku, aku gak akan jadi Gian yang bisa memberikan semua yang kamu inginkan. Aku ingin kita menikah dengan baik - baik dan dengan restu orang tuaku juga orang tuamu. Berapa kali harus aku jelaskan, Anya!" Jawab Gian.
"Aaaarrrgggghh!" Gian meninju tembok tepat di sebelah wajah Anya hingga membuat jarinya berdarah.
"Aku capek, Gian. Aku capek nunggu kamu bertahun - tahun lamanya-"
"O.K kalau kamu capek, kita berhenti sampai di sini. Jangan pernah kamu hubungi aku lagi." Jawab Gian yang memotong ucapan Anya.
Gian kemudian meninggalkan Apartemen mewah yang ia hadiahkan untuk kekasihnya dengan penuh amarah. Segalanya sudah ia upayakan untuk membahagiakan Anya termasuk dengan terus membujuk Papa Abraham dan Mama Mila yang menentang hubungannya dengan Anya untuk merestui mereka.
*Flashback Off.
"Dua minggu setelah kejadian itu, Papa menjodohkan kita dan akhirnya aku menerima perjodohan itu." Ujar Gian dengan lirih setelah menceritakan kisah masa lalunya yang berhubungan dengan Efril.
"Sayang, maaf karna selama ini aku memperlakukanmu dengan tidak baik-"
"Karna kamu masih terjebak dengan cinta masa lalumu yang menyakitkan, kan? Karna hatimu masih dimiliki perempuan bernama Anya itu?" Fey memotong ucapan Gian.
"Maaf, Sayang. Sekarang aku udah lupain semuanya." Jawab Gian.
"Kenapa kamu terima aku saat itu, Kak? Kamu mau mencari pelarian, atau mau menjadikanku pelampiasan?" Tanya Fey.
"Aku cuma berharap bisa membuka lembaran baru dengan orang baru. Aku cuma berharap bisa hidup bahagia walaupun mencintaimu dengan perlahan. Saat itu, aku berharap bisa melupakan Anya karena sudah ada kamu." Jawab Gian sambil menghentikan mobilnya. Mereka sudah sampai di garasi rumah mereka.
"Tapi ternyata gak semudah itu, kan?" Tanya Fey yang membuat Gian diam. Pria itu hanya bisa menunduk.
"Memang gak semudah itu, ternyata." Lirih Gian sambil perlahan menghadap ke arah Fey.
"Tapi, Sayang, sekarang aku sudah mencintaimu. Mencintaimu dengan setulus hatiku." Ujar Gian sambil menatap mata Istrinya.
"Aku masih butuh waktu." Jawab Fey yang merasa sedikit kecewa saat mengetahui jika selama ini ia hanyalah pelarian. Pantas saja sikap Gian selalu dingin padanya dulu.
"Sayang, Maafin aku." Ujar Gian dengan tatapan memohon. Namun, istrinya itu bergeming.
Fey keluar dari mobil dan berjalan dengan cepat menuju ke kamarnya. Gian sendiri hanya bisa mengekor di belakang Fey dengan rasa bersalah.
Ada penyesalan kenapa ia harus bercerita masa lalu pada Fey, padahal ia sudah bisa memperkirakan jika masalah ini akan menyinggung perasaan Istrinya. Namun, ada kelegaan juga karna ia bisa mengungkapkan sebuah kejujuran pada istrinya.
Sudah dini hari, namun Gian masih saja gelisah. Ia kemudian keluar dari kamarnya dan berjalan menuju ke kamar Fey di lantai dua. Seperti biasa, Fey memang jarang mengunci pintu kamarnya.
Gian berjalan perlahan dan duduk di samping Fey yang nampak tertidur pulas. Walaupun hanya dengan cahaya dari lampu tidur, namun Gian bisa memperhatikan wajah cantik Istrinya.
Gian kemudian merebahkan tubuhnya di samping tubuh Fey. Ia menyibak anak rambut yang menutupi wajah Fey dengan pelan. Netranya kemudian menyusuri setiap lekuk wajah Fey.
"Kemana saja aku selama ini? Kenapa aku gak sadar ada wanita yang begitu cantik dan baik hatinya di sampingku." Bisik Gian sambil mengingat - ingat saat ia memperhatikan Fey bersikap begitu baik padanya, pada orang - orang di sekitarnya, terutama pada keluarganya.
Tak ada orang yang tak bahagia saat berada di dekat Fey. Keberadaan wanita itu seperti membawa kebahagiaan untuk orang di sekitarnya.
Sikapnya yang ramah dan ceria, selalu menular pada orang - orang di sekitarnya. Fey, bisa dengan mudah menghidupkan suasana di sekitarnya dengan keceriaan dan ketulusan yang ia miliki.
"Maafin aku ya, Sayang. Terima kasih sudah bertahan selama ini. Aku janji akan membuatmu selalu bahagia. Tetap di sisiku, ya, jangan tinggalin aku." Lirih Gian sembari meraih tangan Fey dan mengecup punggung tangan istrinya.
jgn d gntung yaa
q pdamu thor 😃
lg seru2ny nic
Gian lucuuu 😃
mkin sru critanya