Seorang wanita muda bernama Misha, meninggal karena tertembak. Namun, jiwanya tidak ingin meninggalkan dunia ini dan meminta kesempatan kedua.
Misha kemudian terbangun dalam tubuh seorang wanita lain, bernama Vienna, yang sudah menikah dengan seorang pria bernama Rian. Vienna meninggal karena Rian dan Misha harus mengambil alih kehidupannya.
Bagaimana kisahnya? Simak yuk!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon AgviRa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kesambet
Terdengar gelak tawa seorang ibu dan anak. Mereka sedang menikmati makan malam. Siapa lagi kalau bukan Dewi dan Rian. Dewi merasa senang karena Rian benar-benar membawakan makanan yang enak untuk dirinya.
Sedang Tika menatap mereka dengan ekspresi yang tidak bisa ditebak. Sedari tadi dia hanya memperhatikan suami dan mertuanya. Dia seperti tidak bersemangat.
Entah apa yang mengganggu pikirannya sehingga seperti tidak bernafsu. Makanannya saja hanya diaduk-aduk.
Dewi menyadari sikap yang tidak biasa dari Tika.
"Kamu kenapa sedari tadi hanya diam saja?" Tanya Dewi.
Rian pun menoleh kearah Tika dan melihat makanan yang sudah diaduk-aduk oleh Tika.
"Apa makanannya tidak enak? Kenapa hanya diaduk-aduk?"
Tika menggeleng.
"Aku hanya sedang tidak mood. Mungkin bawaan kehamilan. Kepalaku juga pusing. Aku istirahat duluan ya."
Rian dan Dewi hanya mengangguk.
Tika pun beranjak dari sofa dan pergi ke kamar meninggalkan suami dan mertuanya. Tak lupa dia menutup pintu kamar dan merebahkan tubuhnya diatas kasur.
Tika memejamkan matanya, namun pikirannya tidak mau berhenti berpikir. Pikirannya selalu mengingat kejadian hari ini.
Flashback On.
Setelah gagal merayu Refan, Tika menghubungi seseorang. Tika mengajaknya bertemu ditempat biasa.
Kini, di sebuah ruangan kamar hotel, Tika sedang bertengkar dengan seorang pria. Sebut saja dia Ferdi.
"Mas, aku gak mau tahu, kamu harus bertanggungjawab atas perbuatanmu." Ucapnya pada Ferdi.
Tika menatap Ferdi dengan tegas namun juga seperti mengharap.
"Tidak bisa, sayang. Ini semua juga bukan sepenuhnya kesalahan aku. Aku tidak mungkin menikahimu. Nanti kalau sampai istriku tahu, bukan hanya aku yang end tapi, kamu juga ikutan end."
Tika menggelengkan kepalanya.
"Jadi, Mas Ferdi mau bilang kalau ini sepenuhnya kesalahan aku?"
Ferdi menggelengkan kepalanya. Terasa sulit untuk menjelaskan.
"Anak ini anak kandung kamu, Mas. Apa kamu tidak mau mengakuinya sebagai anak? Aku tidak mau anak ini sampai tidak memiliki ayah. Kamu tahu sendiri kan, kalau Rian itu sekarang kere? Apa kamu tega melihat anakmu merasa kekurangan? Aku juga sudah tidak betah bersama Rian."
"Ya terus mau bagaimana lagi, sayang? Bukan masalah itu. Aku-" Belum sempat Ferdi menyelesaikan perkataannya, Tika sudah memotongnya.
"Lalu masalahnya apa lagi? Kita kan bisa menikah secara diam-diam. Aku janji akan diam." Ucap Tika.
"Atau, Mas mau aku mati b*nuh d1ri?" Imbuh Tika melirik Ferdi tajam.
Tika akan terus mendesak Ferdi, sampai Ferdi mau menikahinya. Karena hanya dengan begitu, anak Tika akan menjadi satu-satunya pewaris. Bagaimana tidak? Ferdi dan istrinya bisa dibilang orang kaya, selama 10 tahun menikah mereka belum juga dikaruniai seorang anak. Lalu kini Tika berhasil memberikan calon penerus untuk Ferdi, lalu untuk siapa lagi harta mereka berdua kalau bukan untuk anaknya? Itulah yang ada dipikiran Tika.
Ferdi terlihat menghela nafas.
"Jangan bilang seperti itu. Aku akan bertanggungjawab tapi, tidak dengan menikahimu. Aku akan memberikan apa yang kamu mau, asal tidak dengan yang satu itu."
"Kalau Mas Ferdi kekeh tidak mau menikahiku. Aku bersumpah akan mendatangi istri Mas Ferdi dan b*nuh d1ri di depannya secara langsung." Ancam Tika.
Ferdi terlihat gusar. Dia mengacak-acak rambutnya dan berulang kali mengusap wajahnya.
"Apa Mas Ferdi sudah tidak mencintaiku? Kenapa hanya diam saja?"
Ferdi mengubah posisi duduknya menghadap Tika sepenuhnya. Ferdi meraih tangan Tika. "Bukan begitu, sayang. Tolong kamu mengerti. Ini semua bukan soal aku tidak cinta dengan kamu ataupun anak kita. Ini perihal keamanan kita. Tolong mengertilah."
"Pokoknya aku gak mau tahu, Mas. Kalau Mas Ferdi mau aku nekat, ya sudah." Ucap Tika melepas genggaman tangannya dari Ferdi dan hendak beranjak pergi.
Tika berharap Ferdi akan mencegahnya tapi, ternyata Ferdi hanya diam saja.
Tika merasa kesal dan memilih meninggalkan Ferdi di dalam kamar hotel sendirian.
Flashback Off.
Tika membuka matanya kembali. Dia mengepalkan kedua tangannya.
'Tidak bisa begini, aku harus bisa membuat Ferdi mau menikah denganku. Lihat saja Ferdi, besok aku akan menemui istri tercintamu itu. Kita lihat, bagaimana reaksinya. Pasti dia akan menangis histeris.' Batin Tika tersenyum licik.
*****
Misha saat ini sedang dalam perjalanan membawa Refan ke Rumah Sakit. Dia begitu panik dengan keadaan Refan yang sudah terkulai lemas dan tak sadarkan diri.
"Mas, bertahanlah. Sebentar lagi kita sampai." Ucapnya merasa panik namun berusaha tetap fokus mengemudi.
10 menit kemudian, Misha berhasil sampai di Rumah Sakit. Dia gegas meminta perawat untuk menolongnya.
Perawat pun dengan cepat menolong dan membawa Refan keruang IGD.
Saat ini Refan sedang diperiksa oleh Dokter.
"Apakah, Anda istri pasien?" Tanya Dokter.
Misha menunjuk dirinya.
"Saya, bu-eh iya, Dok. Jadi, apa sebenarnya yang membuat suami saya seperti ini, Dok?" Tanya Misha. Sebenarnya dia merutuki dirinya sendiri karena sudah lancang mengaku sebagai istri Refan.
"Kalau boleh tahu, pasien sebelumnya mengeluhkan sesuatu tidak?" Tanya dokter pada Misha.
"Tadi, ketika kita mau makan malam, Mas Refan bilang perutnya terasa mulas, Dok."
Dokter mengangguk.
"Apa pasien merasa mulas ketika sudah memakan makanan tersebut?"
Misha mengangguk. "Iya, Dok. Tadi Mas Refan mencicipi makanan yang saya masak."
Dokter menghela nafas.
"Saya menduga, makanan yang pasien makan ada pencaharnya dan dosis yang diberikan melebihi aturan. Sehingga pasien akan bolak balik ke belakang dan semua yang sudah dia makan sebelumnya akan terkuras. Pasien menjadi dehidrasi, wajar kalau pasien sampai lemas seperti ini." Jelas Dokter.
"Pasien harus menjalani rawat inap agar kondisinya membaik. Kalau tidak kasihan suami, Anda. Anda bisa mengurus administrasi terlebih dahulu." Imbuh Dokter.
Misha mengangguk. "Baik, terima kasih, Dok."
Dokter pun berlalu pergi.
"Mas, aku urus administrasi dulu ya, maaf karena sudah lancang. Entah apa yang sudah merasukiku. Semoga Mas Refan segera pulih." Bisik Misha.
Misha pun melangkahkan kakinya menuju loket admnistrasi.
Sementara di tempat lain, seseorang sedang tertawa membayangkan rencananya akan berhasil.
"M4mpus kamu. Aku pastikan setelah ini kamu akan diusir dari rumah itu. Haha."
Mendadak dia merubah ekspresinya menjadi sedih. "Cuma, aku kasihan sama ayang Refan. Maafin aku ya ayang Refan, maaf karena demi melancarkan rencanaku, ayang Refan harus ikutan terkena dampaknya."
Tiba-tiba dia merasa kesal. "Lagian ayang Refan kenapa sih harus membawa wanita itu? Disini ada aku yang selalu menunggu dan mengharapkanmu. Apa coba kurangnya aku? Coba kalau ayang Refan mau melirikku, pasti hal ini tidak akan terjadi."
Dia menggeleng.
"Eh, tapi tidak masalah lah, pasti diobati sedikit saja ayang Refan akan sembuh, orang berduit mah gampang. Sedang dia, aku doakan kamu m4ti ajalah sekalian. Sok cantik sok yes. Ah aku tidak sabar ingin melihat pertunjukan besok." Imbuhnya.
Dia adalah Arum. Arumlah yang telah menaburkan obat pencahar ke dalam makanan yang sudah dimasak Misha.
Sejak pertama melihat Refan, Arum bercita-cita ingin menjadi nyonya di rumah Refan. Sudah berulang kali Arum mencari perhatian Refan, hanya saja Refan tidak pernah menghiraukan Arum. Melirik padanya saja tidak mau. Apalagi Refan yang terlalu jarang pulang.
Itulah alasan Arum tidak suka dengan Misha, dia merasa tidak suka ketika Refan mengajak Misha tinggal di rumah Refan. Dia merasa tersaingi, kedatangan Misha membuatnya tidak bisa menonjolkan dirinya dihadapan Refan. Tapi, Misha yang baru hadir langsung bisa mendapat perhatian khusus dari Refan.
Entah apa yang sedang dipikirkan oleh Arum. Arum tidak menyadari jika ini bukanlah cinta, melainkan sebuah obsesi terhadap Refan.
Hmm, bagusnya Arum ini diapakan ya nanti?