Kisah sepasang CEO yang merintis bisnis mereka dari nol dan pernah berkecimpung di dunia bawah, keduanya memiliki masalah dengan keluarga dan hubungan toxic mereka masing masing sehingga mereka sulit untuk mempercayai orang orang di sekitar mereka.
Mereka menggunakan dua nama, nama untuk di dunia bisnis sebagai CEO dan nama untuk kehidupan pribadi mereka. Mereka juga memilih hidup sederhana dan mengerjakan pekerjaan yang menjadi hobi mereka. Namun keduanya ternyata tinggal di sebuah apartemen dan unit mereka persis bersebelahan.
Tanpa mereka sadari, mereka ternyata klik dan saling jatuh cinta, namun mereka memakai identitas kehidupan pribadi mereka, tanpa mengetahui sisi kehidupan bisnis mereka satu sama lain walau perusahaan mereka bekerja sama. Walau saling mencintai, keduanya menyimpan rahasia terhadap satu sama lain sampai terbongkar suatu hari nanti.
Akankah mereka bahagia atau malah sebaliknya ?
Genre : Urban, fiksi, komedi, drama, sedikit action, psikologi
100% dewasa.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mobs Jinsei, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 8
“Klink...klink,” suasana hening menyelimuti unit apartemen Ethan, yang terdengar hanyalah suara garpu dan pisau mereka yang beradu dengan piring. Keduanya makan tanpa bicara apa apa walau saling menatap satu sama lain dan tersenyum. Tiba tiba, “dling,” sebuah pesan masuk ke dalam smartphone Ethan, Brad mengirim pesan, isinya adalah bukti transfer sebesar $ 150.000,- sebagai uang muka untuk “tugas” nya, “dling,” sebuah pesan susulan masuk,
“Tolong Lily ya dan satu lagi, Lily bilang terima kasih kamu mau mengurus mama angkat nya, lalu baru saja Lily konfirmasi kalau calon mantan istri mu sudah menandatangani surat gugatan cerai sore tadi dan tidak ada perlawanan, besok Lily mengurus nya setelah berkasnya kembali ke kantor,” ujar Brad melalui pesan.
“Ok, makasih ya uang muka nya dan sampai makasih pada Lily,” ujar Ethan.
Ethan membuka aplikasi bank nya untuk melihat saldo nya. Total saldo rekening pribadi nya mencapai $ 12,8 juta, setelah itu dia kembali menaruh smartphone nya di meja dan meneruskan makan nya dengan santai, Elena yang terus memperhatikan Ethan, sempat melihat raut wajah Ethan berubah walau kembali seperti semula dengan cepat,
“Ada masalah ?” tanya Elena cemas.
Kaget mendengar pertanyaan Elena, Ethan mengangkat kepalanya, garpunya berhenti di tengah jalan dan dia menatap Elena seakan akan mempelajari ekspresi Elena.
“Tidak ada masalah,” jawab Ethan tersenyum.
“Oh baguslah kalau gitu,” balas Elena yang tidak mau bertanya lebih jauh lagi.
Keduanya kembali meneruskan makan mereka dengan khidmat dan tanpa bicara walau masih curi curi pandang. “Dling,” kali ini smartphone Elena yang berbunyi, dia langsung mengambil smartphone nya di meja dan membuka pesan nya. Pesan itu ternyata dari bagian keuangan perusahaan nya yang isi nya adalah bukti transfer komisi lelang yang di lakukan hari ini di salah satu balai lelang yang di kelola perusahaan nya. Total nilainya $ 1,2 juta dan komisi Elena $ 500 ribu dolar. Elena langsung membuka aplikasi perbankan nya dan melihat jumlah saldo nya. Total uang di rekeningnya mencapai angka $ 11,6 juta.
“Ada masalah ?” tanya Ethan yang memperhatikan Elena.
“Hmm ? enggak sih, lancar hehe,” jawab Elena sambil menaruh smartphone nya.
“Bagaimana hari ini di rumah sakit ?” tanya Ethan.
“Hmm....cukup repot, hari ini banyak anak anak yang rewel tapi akhirnya bisa di atur sih, trus ada ibu yang melahirkan jadi kita sibuk di ruang persalinan, biasa saja sih, kalau kamu ? bengkel ramai ?” tanya Elena antusias.
“Hari ini aku buka setengah hari jadi sepi, paginya aku keluar kota dulu karena ada urusan,” jawab Ethan.
“Oh gitu, besok pasti ramai, tenang saja,” ujar Elena santai.
“Terima kasih ya,” balas Ethan.
Keduanya kembali diam dan meneruskan makan mereka. Setelah selesai makan, keduanya membawa piring masing masing ke dapur dan langsung mencuci piring mereka masing masing berdampingan di depan wastafel. Selesai mencuci piring dan gelas, Ethan memberikan piringnya kepada Elena agar di taruh di lemari dan Elena memberikan gelasnya kepada Ethan agar di taruh di rak. Setelah mencuci piring dan sendok, Ethan mencucikan loyang milik Elena kemudian memberikannya kepada Elena yang langsung mengeringkannya menggunakan kain lap secara otomatis.
“Trus, mau nonton dulu kayak biasa ?” tanya Ethan santai.
“Ok, di unit ku aja,” jawab Elena.
“Hmm ok,” balas Ethan.
“Tapi kalo mau di sini juga ga apa apa,” balas Elena.
“Aku sih bebas di mana saja, biar aku ambil soda dulu,” ujar Ethan yang berjalan ke kulkas dan membukanya.
Setelah mengambil dua botol minuman bersoda, Ethan mengajak Elena berjalan keluar unit miliknya dan masuk ke dalam unit Elena. Mereka langsung duduk berdampingan di sofa, Elena menyalakan televisi nya dan keduanya mulai menonton sambil minum. Beberapa saat kemudian, keduanya mulai bergeser dan mendekat, Ethan mengangkat tangannya merangkul Elena sedangkan Elena merebahkan dirinya ke dada Ethan yang bidang. Keduanya pun berpikir,
“Kita tiap hari kayak gini selama tiga bulan ya ?” tanya Ethan.
“Yap, kenapa memangnya ?” tanya Elena santai.
“Tidak apa apa sih, tapi kok kayaknya sayang ya, kita pake dua apartemen buat apa,” ujar Ethan.
“Hmm bener juga, ada usul ?” tanya Elena.
“Usul ya....belum kepikir,” jawab Ethan.
“Gimana kalo kita patungan beli rumah aja (sebenernya sih ga usah patungan ga apa apa, tapi...tes aja deh, aku baru cerai 10 bulan lalu, masih takut),” usul Elena.
Ethan langsung menoleh melihat Elena yang sedang merebahkan kepala dengan tangannya mendarat di dada Ethan.
“Hmm ok aja, kalo patungan (hmm masih fresh dari cerai nih, ini bukan cuman pelampiasan karena aku baru cerai apa enggak ya....hmm pelan pelan ajalah, tapi beli rumah dan menetap di kota ini ide bagus juga),” balas Ethan.
“Ok, sabtu besok kita cari cari rumah aja,” balas Elena.
“Setuju, tapi kita cari cari dulu di situs properti,” balas Ethan.
“Yap, besok deh, udah malam,” ujar Elena yang semakin mendekat kepada Ethan.
“Ok, hari ini juga udah cape,” tambah Ethan.
Keduanya kembali diam, tangan Ethan naik ke kepala Elena dan mengelus rambutnya seakan akan tangannya sudah alami dan seharusnya berada di sana, sedangkan jari Elena mulai bermain main di dada Ethan dengan natural, namun mata keduanya tetap ke televisi.
“Ini kecepetan ga sih....tapi sama Elena beda ketika aku sama Katie....ama Elena terasa mudah aja dan kita sudah seperti ini walau belum jelas status nya, bingung tapi nyaman, jadi ya teruskan saja dan tidak usah di pikir,” gumam Ethan di kepalanya.
“Aku dan Ethan statusnya apa ya ? tetangga ? teman sekamar ? pacar ? hmm bingung, tapi enak aja sama dia, beda banget dengan Oliver yang penuh sandiwara, sama Ethan....semuanya terasa mudah walau baru tiga bulan, liat ajalah sampai dimana nanti,” gumam Elena di kepalanya.
“Aku masih punya masalah untuk mempercayai orang lain selain diriku sendiri saat ini, lagipula kalau dia tahu aku punya uang banyak gimana reaksinya,” ujar Ethan dan Elena dalam hati masing masing.
Walau mereka diam tidak bicara, namun pikiran mereka terus melayang kemana mana walau mereka menikmati kedekatan mereka.
******
Keesokan paginya, “ugh,” Ethan membuka matanya, dia melihat sekeliling dan menyadari kalau dirinya berada di unit apartemen Elena.
“krrr...krrr,”
Terdengar suara dengkuran halus di pelukannya, dia melihat Elena tertidur di dadanya dan merangkul pinggangnya. Ethan tersenyum dan tangannya kembali merangkul Elena agar Elena tidak kedinginan.
“Hmm,”
Elena melenguh dan berbalik, Ethan melepaskan Elena dan ketika Elena sudah berbalik, dia kembali merangkulnya.
“Setiap pagi kayak gini, kalau ga di sini, di sebelah, kayaknya beli rumah ide bagus,” ujar Ethan dalam hati.
"Dling," smartphone Ethan berbunyi, dengan susah payah dia menjulurkan tangannya ke meja untuk mengambil smartphone miliknya tanpa membangunkan Elena, sebuah notifikasi email masuk, dia langsung membukanya.
Isinya adalah draft perjanjian yang di buat oleh pengacara Emily dan sudah di periksa oleh pengacara perusahaan nya. Setelah membaca nya,
"Hmm sudah ok, bertemu di kantor pengacara jam 10, berarti masih lama, santai aja,"
Ethan membalas email nya dengan kata "ok." Tak lama kemudian, "dling," sebuah pesan masuk ke smartphone Elena yang berada di meja makan.