NovelToon NovelToon
SEKRETARIS INCARAN

SEKRETARIS INCARAN

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cintapertama / Selingkuh / Persahabatan
Popularitas:5.4k
Nilai: 5
Nama Author: Noona Rara

Febi adalah gadis cerdas dan menawan, dengan tinggi semampai, kulit seputih susu dan aura yang memikat siapa pun yang melihatnya. Lahir dari keluarga sederhana, ayahnya hanya pegawai kecil di sebuah perusahaan dan ibunya ibu rumah tangga penuh kasih. Febi tumbuh menjadi pribadi yang tangguh dan mandiri. Ia sangat dekat dengan adik perempuannya, Vania, siswi kelas 3 SMA yang dikenal blak-blakan namun sangat protektif terhadap keluarganya.
Setelah diterima bekerja sebagai staf pemasaran di perusahaan besar di Jakarta, hidup Febi tampak mulai berada di jalur yang cerah. Apalagi ia telah bertunangan dengan Roni, manajer muda dari perusahaan lain, yang telah bersamanya selama dua tahun. Roni jatuh hati pada kombinasi kecantikan dan kecerdasan yang dimiliki Febi. Sayangnya, cinta mereka tak mendapat restu dari Bu Wina, ibu Roni yang merasa keluarga Febi tidak sepadan secara status dan materi.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Noona Rara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

JOGJA TRIP

Arkandan Febi kini sedang dalam perjalanan ke Yogyakarta. Mereka duduk berdampingan di pesawat Garuda Indonesia yang lepas landas dari Jakarta. Dibutuhkan waktu satu jam lima belas menit hingga pesawat mereka mendarat dengan mulus di Bandara Internasional Yogyakarta, Kulon Progo.

Setibanya di bandara, mereka dijemput oleh salah satu orang kepercayaan Arkan. Perjalanan menuju hotel yang terletak tak jauh dari kawasan Malioboro memakan waktu sekitar satu setengah jam. Di dalam mobil, Febi bersandar pada dada bidang Arkan. Ia menghela napas panjang dan menutup mata.

Di dalam mobil, Febi tampak lelah. Ia memiringkan tubuhnya dan meletakkan kepala di dada Arkan yang bidang. Menghela napas panjang, matanya pun perlahan tertutup.

"Lelah, sayang?" tanya Arkan pelan sambil mengelus kepala Febi dan menggenggam tangannya dengan lembut.

Febihanya berdehem kecil sebagai jawaban.

"Tidur saja, nanti aku bangunin pas sampai hotel." bisik Arkan sambil kembali fokus ke tabletnya. Meski perjalanan ini terkesan santai, sebenarnya ia tetap membawa pekerjaan. Hanya saja keberangkatannya ke Jogja memang dipercepat demi bisa berdua lebih lama dengan sang kekasih.

Jadwal resmi pertemuan tetap hari Selasa. Ini semua murni akal-akalan Arkan.

Memasuki kota Jogja, hujan turun membasahi jalanan. Sore yang basah menyelimuti kota dengan lampu-lampu jalan yang mulai menyala temaram. Suara hujan membentuk simfoni yang khas, tenang, romantis dan sedikit melankolis. Angkot pelan melaju di jalanan, sementara para pengendara motor mengenakan jas hujan warna-warni yang kontras dengan langit kelabu.

Mereka tiba di hotel, akhirnya. Tidak seperti perjalanan sebelumnya, kali ini mereka tidak perlu berbagi kamar. Marko sudah memesan dua kamar yang letaknya berhadapan di lantai sembilan.

Di depan kamar, Arkan sempat menggoda. "Gimana kalau kita satu kamar aja? Aku nggak bisa jauh-jauh dari kamu, sayang."

Febi mencubit pinggang Arkan cepat. "Lebay banget sih, Mas."

Arkan tertawa ringan. "Yaudah, mandi dulu dan istirahat, ya. Nanti malam kita makan bareng di bawah."

Febi mengangguk. Namun sebelum masuk kamar, Arkan sempat menarik tangannya dan mengecup keningnya.

"Maass!" seru Febi kikuk, buru-buru masuk ke kamarnya dengan wajah memerah. Arkan pun masuk ke kamarnya dengan senyum lebar.

Malam harinya, tepat pukul setengah delapan, mereka makan malam di restoran hotel. Obrolan mereka ringan, membahas pekerjaan, ide-ide kantor dan masa depan hubungan mereka.

Setelah makan, Febi mengusulkan untuk jalan-jalan ke Malioboro. Awalnya Arkan menolak karena khawatir Febi kelelahan. Namun karena Febi bersikukuh, akhirnya ia menuruti juga.

Mereka berjalan menyusuri trotoar Malioboro, masuk ke toko-toko suvenir, tertawa bersama melihat barang-barang lucu. Febi membeli gantungan kunci dan syal batik. Mereka juga berfoto di depan Tugu Jogja, kedekatan mereka terlihat dari cara Arkan merangkul Febi erat-erat.

Lalu Febi menarik Arkan menuju delman. "Naik itu yuk mas! Pasti seru!”

"Ah, nggak ah. Aku nggak mau naik delman." tolak Arkan cepat.

"Kamu takut, ya mas?" goda Febi sambil tertawa geli.

"Aku? Takut? Mana mungkin. Aku ini lelaki gagah, mana mungkin aku takut. Hanya saja aku sedang tidak ingin naik itu." sanggah Arkan.

Febi menantang Arkan, dan akhirnya Arkan mengalah. Mereka pun naik delman, duduk bersebelahan. Awalnya Arkan tegang, tapi setelah Febi menggenggam tangannya, ia mulai menikmati perjalanan keliling kota malam itu.

Hujan turun lagi saat mereka hampir tiba di hotel. Pakaian mereka sedikit basah.

"Mandi air hangat, ya. Jangan sampai flu." kata Arkan saat mereka tiba di lantai sembilan.

Febi menurut. Setelah selesai mandi dan hendak tidur, bel kamarnya berbunyi. Ia membuka pintu dan Arkan langsung masuk begitu saja.

"Mas? Ngapain masuk jam segini?"

"Aku nggak bisa tidur. Kamarku angker. Boleh tidur di sini?"

"Mas Arkan! Keluar sana! Jangan ngarang-ngarang deh!"

"Sumpah. Kartu aksesku ketinggalan di dalam. Aku nggak bisa buka pintu."

"Yaudah aku panggilin staf hotel aja."

"Jangan dong! Malu. Nanti dikira aku... ya kamu tau lah."

Febi menggerutu kesal. Ia tau ini hanya akal-akalan Arkan saja. Arkan pun dengan cepat merebahkan diri di kasur.

"Mas, ayo keluar!" Febi menarik tubuh Arkan. Tapi ia malah terjatuh tepat di atas pria itu.

Mata mereka bertemu. Pandangan mengunci. Arkan perlahan mendekatkan wajah.

"Mas!" Febi buru-buru berdiri dan membenarkan pakaiannya. "Kalau nggak keluar, aku yang pindah ke kamar Mas!"

"Kartu aksesnya di kamar." elak Arkan lagi.

Dengan napas berat, Febi menyerah. Ia sudah sangat mengantuk. Ia berbaring di kasur, di sisi paling pinggir.

Arkan tersenyum lebar. "Tenang aja. Aku cuma mau peluk."

Ia menarik Febi dalam pelukannya. Febi protes, tapi tak ada kekuatan lagi untuk menolak.

"Jangan macem-macem, ya mas. Kita belum nikah."

"Aku tahu. Cuma peluk aja. Nggak lebih. Paling grepe-grepe dikit..."

"Massss Arkan!"

Arkan tertawa pelan. "Oke, oke. Cuma peluk. Aku janji."

Mereka akhirnya tertidur, dalam pelukan hangat satu sama lain.

**

Di tempat lain, Raisa sedang berbunga-bunga. Besok Roni akan datang melamarnya. Ia merasa telah menang. Roni kini menjadi miliknya.

Namun tetap saja, ada yang mengganggu pikirannya. Ia mendengar kabar burung kalau Febi punya hubungan khusus dengan bosnya sendiri.

Raisa tidak rela. Ia harus unggul dari Febi dalam segala hal.

Hari ini, ia sudah memesan cincin berlian senilai 20 juta rupiah. Roni sempat menolak, namun dengan sedikit rayuan, cincin itu pun terbeli.

Seserahan yang disiapkan juga tidak main-main. Semua branded dan mewah. Lebih dari yang pernah Febi terima dulu. Raisa memastikan tidak akan ada perbandingan, ia harus terlihat lebih segalanya dari Febi.

Dompet Roni pun menjerit. Tapi apa daya, ia menurut.

**

Di rumah Roni, Bu Sekar ngomel-ngomel.

"Roni! Ngapain kamu beli cincin segitu mahal? Uang segitu bisa buat beli gelang buat Ibu, tahu!"

"Buat calon istri, Bu. Masa manajer ngasih cincin murahan. Gengsi dong. Nanti keluarga Febi lihat."

Bu Sekar mendecak. "Ya itu…emang benar sih takutnya keluarga Febi menertawakan kita. Tapi Ibu tetep nggak setuju kamu dibodohin Raisa. Padahal ada loh cincin 1,5 juta juga bagus dan tak kalah mewahnya kalau dilihat. Kamu aja yang dimanfaatkan oleh Raisa."

Roni hanya bisa menghela napas. Kepalanya pusing, pikirannya bercabang. Di satu sisi ia ingin membuat Raisa bahagia, di sisi lain... entah mengapa, Febi masih saja menghantui relung hatinya.

Namun lusa, ia akan resmi bertunangan dengan Raisa. Tidak ada jalan mundur.

Atau... masih ada?

Ah tapi tidak. Ia mantap akan menikahi Raisa, apalagi saat ini Raisa mengandung anaknya. Soal Febi, ia akan pikirkan nanti. Siapa tahu saja Febi masih punya rasa dengannya, dan setelah menikahi Raisa, dia akan mencoba merebut hati Febi kembali. Apalagi saat ini jabatan Febi sangat menjanjikan. Posisi Roni yang manajer dan Febi sekretaris perusahaan besar tentu kalau gaji mereka digabungkan akan sangat banyak. Roni senyum-senyum sendiri membayangkannya.

1
Andriyani Lina
namanya juga suka Febu, ya gitu2 kelakuan bos kalau mau dekat2 sama karyawan
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!