Kevin Darmawan pria berusia 32 tahun, ia seorang pengusaha muda yang sangat sukses di ibukota. Kevin sangat berwibawa dan dingin ,namun sikapnya tersebut membuat para wanita cantik sangat terpesona dengan kegagahan dan ketampanannya. Banyak wanita yang mendekatinya namun tidak sekalipun Kevin mau menggubris mereka.
Suatu hari Kevin terpaksa kembali ke kampung halamannya karena mendapat kabar jika kakeknya sedang sakit. Dengan setengah hati, Kevin Darmawan memutuskan untuk pulang ke kampung halamannya, Desa Melati, sebuah tempat kecil yang penuh kenangan masa kecilnya. Sudah hampir sepuluh tahun ia meninggalkan desa itu, fokus mengejar karier dan membangun bisnisnya hingga menjadi salah satu pengusaha muda yang diperhitungkan di ibukota.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Irh Djuanda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Insiden kecelakaan
Setelah liburan bersama, Andy membawa Alya pada ibunya. Ia ingin ibunya memberi restu pada mereka. Senyum manis terukir pada kedua insan itu. Dalam perjalanan itu Andy tak melepas genggaman nya. Seolah tak ingin melepasnya lagi.
Saat di persimpangan Andy yang tak melihat sebuah truk dari arah kanan melintas hingga kecelakaan pun tak terelakkan. Mobil yang mereka tumpangi terpental hingga berguling beberapa kali hingga akhirnya berhenti ditepi.
Suara benturan keras menggaung, diikuti dengan bunyi gesekan logam dan kaca pecah yang memenuhi udara. Dunia seakan berhenti sejenak. Debu mengepul, dan aroma tajam bensin memenuhi udara.
Andy terdiam, tubuhnya terkulai lemah dengan darah mengalir dari pelipisnya. Alya, yang masih setengah sadar, mengerang pelan sambil mencoba meraih tangan Andy. Genggaman itu belum terlepas meski tubuhnya penuh luka dan pandangannya mulai buram.
“An...dy…” gumamnya lirih.
Beberapa menit kemudian, suara sirene ambulans dan mobil polisi mulai terdengar mendekat. Orang-orang berkerumun, mencoba membantu. Seorang pria membuka pintu mobil yang penyok dan berteriak meminta pertolongan.
Petugas medis segera membawa keduanya ke rumah sakit. Dalam perjalanan, Alya terus memanggil nama Andy, walau dengan suara yang nyaris tak terdengar. Ia memaksakan diri tetap sadar, menatap wajah pria yang dicintainya.
Setibanya di rumah sakit, keduanya segera dibawa ke ruang gawat darurat. Alya mengalami patah tulang dan luka dalam, sementara kondisi Andy lebih parah—ia mengalami benturan keras di kepala dan harus segera dioperasi.
Di ruang tunggu, ibu Andy datang tergesa-gesa dengan wajah cemas. Ia menggenggam tangan Alya yang sudah terbaring di ranjang dengan selang infus.
"Apa yang terjadi, Nak? Kenapa bisa begini?" tanyanya, air mata mengalir.
Alya hanya bisa menatap ibu Andy lemah.
“Bu… tolong… doain Andy. Jangan biarkan dia pergi...”
Ibu Andy menatap ke ruang operasi dengan doa yang tak henti terucap. Harapannya hanya satu: Putranya selamat—karena ia tahu, Abdy itu telah menjadi separuh nyawa gadis itu.
Di tempat lain Kevin terkejut mendengar kecelakaan yang menimpa Alya dan Andy. Ia langsung meninggalkan ruang rapat saat Bane memberitahunya melalui pesan singkat. Para pemegang saham berusaha mencegahnya namun Kevin tak perduli. Ia terus saja berjalan keluar dan segera menuju rumah sakit.
Beberapa jam berlalu dengan ketegangan yang menggantung di udara. Lampu merah di atas ruang operasi belum juga padam. Alya sudah dipindahkan ke ruang perawatan, meski tubuhnya masih lemah dan perih, ia menolak tidur. Tatapannya terus menatap pintu, menunggu kabar.
Pintu ruang operasi akhirnya terbuka. Seorang dokter dengan wajah lelah keluar dan melepas masker bedahnya. Ibu Andy dan Alya langsung menegakkan tubuh, nyaris bersamaan bertanya,
“Bagaimana kondisinya, Dok?”
Dokter menarik napas panjang.
“Operasinya berjalan lancar. Namun… Andy masih dalam kondisi koma. Kami sudah melakukan yang terbaik, sekarang semuanya tergantung pada kekuatan tubuhnya dan harapan dari orang-orang yang mencintainya.”
Air mata Alya langsung jatuh. Tubuhnya yang masih lemah bergetar. Ibu Andy memeluknya erat, mencoba menenangkannya walau dirinya sendiri hampir tak kuat berdiri.
Tak lama kemudian, Kevin tiba di rumah sakit. Nafasnya tersengal, wajahnya pucat. Ia langsung mencari tahu di mana kamar Alya, lalu mendorong pintu ruang rawat dengan cepat.
“Alya!” serunya.
Alya menoleh. Matanya bengkak, pipinya pucat.
"Tuan...”
Tanpa banyak bicara, Kevin menghampiri dan menggenggam tangannya.
“Apa kamu baik-baik saja? Kenapa... bisa terjadi?.”
Alya terpaku menatap tajam Kevin yang kini berada dihadapannya itu. Kevin melepas tangannya ,lalu tiba-tiba Alya berkata,
"Kau yang menyebabkan Andy seperti ini ,bukan?"
Kevin terdiam. Matanya membelalak sejenak, seolah tak percaya dengan tuduhan yang keluar dari mulut Alya. Nafasnya tercekat, dan untuk beberapa detik suasana di ruangan itu menjadi dingin dan menegangkan.
“Alya… apa maksudmu?” tanyanya pelan, namun nada suaranya jelas bergetar.
Alya menatapnya penuh luka. Luka bukan hanya karena tubuhnya yang penuh jahitan, tapi karena hatinya yang sedang hancur.
“Aku tahu semua, Kevin…” suaranya melemah, tapi penuh keyakinan.
“Aku tahu kau menyuruh orang mengikuti kami sejak sebelum liburan. Andy tak pernah mengatakan, tapi aku tahu dia menyembunyikannya agar aku tak khawatir.”
Kevin menggeleng perlahan.
“Tidak… aku tidak pernah berniat mencelakai kalian…”
“Kau pikir aku bodoh? Aku tak tahu apa yang kalian bicarakan terakhir kalinya. Tapi... aku tahu ,kau dibalik ini semua."
Ibu Andy yang mendengar mulai menatap Kevin penuh kecurigaan. Ia berdiri, melindungi Alya dengan tubuhnya.
“Tuan, kalau benar itu ulahmu… maka kau telah menghancurkan anakku.”
Kevin mengatupkan rahangnya.Tak percaya Alya mengatakan itu. Walau ia menginginkan Alya kembali tapi tidak pernah terbesit dipikirannya untuk mencelakai mereka.
"Al, dengarkan aku... Aku tak melakukan ini, Aku bersumpah..."
Alya menyeringai pahit.
“Hentikan Kevin. Aku harap kau tidak muncul di hadapanku."
Kevin menunduk. Tatapannya kosong. Untuk sesaat, tak ada suara di ruangan itu selain suara monitor medis yang berdetak pelan. Kevin perlahan mundur, tak sanggup menahan pandangan Alya yang penuh luka dan kebencian.
“Alya…” bisiknya, tapi tak ada kata yang mampu memperbaiki.
Alya memalingkan wajah.
“Pergilah, Kevin. Jangan datang lagi. Jika Andy tak pernah bangun… aku tak akan pernah memaafkan mu.”
Kevin menatapnya sekali lagi, lalu membalikkan badan dan melangkah keluar. Setiap langkahnya terasa berat. Di ambang pintu, ia berhenti sejenak, menahan air mata.
Alya menekannya ke dadanya, dan air matanya jatuh lagi, lebih deras dari sebelumnya. Malam pun turun. Andy masih terbaring diam, tubuhnya dipenuhi alat bantu medis. Tapi di balik sunyi nya malam dan suara mesin, seutas harapan tetap menyala dari setiap doa yang mengalir, dan dari cinta yang belum selesai.
Bane, yang sejak awal menunggu di koridor, langsung mendekati Kevin saat pria itu keluar dari ruang rawat. Melihat wajah Kevin yang hancur dan mata yang masih memerah, ia tidak berkata apa-apa. Hanya menunduk, menunggu perintah.
Kevin menarik napas dalam, lalu menatap Bane tajam.
“Cari tahu semuanya. Detailnya. Siapa sopir truk itu, siapa yang menyewa, dan kenapa bisa terjadi persis di persimpangan yang bahkan tidak ada lampu lalu lintas mati di sana. Aku mau semuanya. Dan secepat mungkin.”
Bane mengangguk tegas.
“Akan saya urus malam ini juga. Saya curiga... ini bukan kecelakaan biasa, Tuan.”
“Dan pastikan...” Kevin menghela napas berat, nada suaranya nyaris seperti ancaman,
“…jika ini ulah siapa pun yang mencoba menjatuhkanku—atau menyentuh Alya—aku akan hancurkan mereka.”
Bane melangkah cepat, membuka ponselnya dan mulai menghubungi jaringan informannya. Sementara itu, Kevin menatap jendela rumah sakit yang gelap, pikirannya masih pada wajah Alya, pada luka yang tak bisa ia sembuhkan, dan pada satu nama—Andy.
Secara kan....,, dulu Alya sempat pernah punya cinta utk tuan Kevin,, tapi apa daya cinta itu layu sebelum berkembang,, bahkan d balut dgn luka yg begitu dalam.
Sedangkan tuan Kevin,, butuh waktu utk dia menyadari perasaan yang sebenarnya utk Alya....,, dan ketika dia menyadari itu...., Alya sudah menemukan rumah yg baru.
Tapi,, d akhir cerita ini tuan Kevin sama Alya kan ....,, penasaran dgn season 2 nya Kaka.....
Qta tunggu sj kemanakah cintanya Alya akan benar2 berlabuh.....,, mengingat kondisi Andy yg kritis.
Aq bayangkan Andy akan minta tolong tuan Kevin utk menjaga Alya,, karna tugas Andy d dunia sudah selesai.... jahat yaa, maafkan aq ...,, hanya sj aq merasa ini tentang kisah cinta tuan Kevin dan Alya.....,, bukan Andy. ( Maaf yaaa kalo ad yg ga setuju,, just my opinion🙏🏻🙏🏻🙏🏻)
Sebagai mana Soraya mulai merasakan karnadari apa