Setelah mengalami kecelakaan, Carla di nyatakan koma.
Namun gelang pemberian seorang nenek misterius membawa jiwanya berkelana dan masuk ke dalam tubuh seorang istri dari seorang pangeran yang mati di bunuh.
Dengan gelang itu juga, Carla mendapatkan bantuan untuk menolong orang-orang yang dalam kesulitan di masa itu.
Bagaimana kisah selanjutnya? Bisakah Carla kembali ke tubuh aslinya? Penasaran? Baca yuk!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pa'tam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 32
Carlina tidak bisa menghalangi keinginan putri nya yang lebih memilih berprofesi sebagai seorang dokter.
Lagipula pekerjaan seorang dokter itu mulia. Carlina tahu, putri nya memilih pekerjaan itu bukan semata-mata untuk gelar saja. Melainkan untuk membantu orang yang dalam kesulitan.
Jika ada orang sakit dan tidak memiliki uang untuk berobat, baik Carla maupun Arsy menanggung biaya orang itu.
"Aku pergi dulu Ma," kata Carla lalu mencium tangan mama nya.
"Hati-hati, kalau sudah larut malam sebaiknya menginap saja. Jangan paksakan untuk mengemudi di saat mengantuk," ujar Carlina.
Carla mengangguk, dia tahu mamanya khawatir dan tidak ingin kejadian seperti dulu terulang lagi.
Carla masuk ke dalam mobilnya, dia sengaja tidak menyimpan mobilnya di garasi. Karena sudah pasti akan ada panggilan darurat untuknya.
Carla pun melajukan mobilnya setelah keluar dari pintu gerbang. Setibanya di rumah sakit, Carla masuk ke dalam ruangannya sebelum merawat pasien.
Dia harus memastikan jika dirinya benar-benar bersih. Barulah dia menemui pasien yang akan segera ditangani.
"Dok," sapa Hana.
"Eh bukan nya kamu kuliah?" tanya Carla.
"Hari ini tidak ada kelas, jadi aku masuk kerja siang hari," jawab Hana.
"Ya sudah, kamu bantu aku," ujar Carla.
Hana mengangguk, lalu mengikuti Carla ke ruang UGD. Saat masuk ke dalam, ternyata sudah ada dokter Haris yang menanganinya.
"Maaf Dok saya terlambat," ucap Carla.
"Tidak apa-apa," ujar Haris.
Carla pun segera menangani pasien yang lain. Karena ada beberapa orang yang terluka karena kecelakaan.
Setelah semuanya selesai, pasien pun di pindahkan ke ruang perawatan. Carla pun menghela nafas lega.
"Dokter Carla, Anda ada waktu?" tanya dokter Haris.
"Katakan saja dokter Haris," jawab Carla. Carla tahu jika Haris menyukainya. Namun Carla selalu menghindar dan berbagai alasan dia buat.
"Oh ya, jangan terlalu formal," tambah Carla.
"Dok, saya pergi dulu," kata Hana yang memberi ruang untuk mereka berdua.
"Hana, kamu tetap di sini. Aku tidak ingin timbul salah paham," kata Carla.
Haris yang mendengar hal itupun merasa tidak nyaman. Namun ia tetap memberanikan diri untuk mengajak Carla makan.
"Aku ingin mengajakmu makan malam," kata Haris.
"Tapi aku sudah janji dengan Hana. Iyakan Hana?"
Hana kebingungan mau menjawab apa? Carla memberi kode kepada Hana dan akhirnya Hana pun mengiyakan.
Carla pamit hendak ke toilet, kemudian dengan cepat dia menarik tangan Hana agar segera pergi dari situ.
Haris yang melihat hal itupun hanya tersenyum hambar. "Sulit sekali ingin dapatkan kamu. Ramah pada orang, namun sulit di dekati," batin Haris.
Carla menarik Hana sampai ke ruangannya. Kemudian Carla menghela nafas karena merasa bebas.
"Untung ada kamu, jika tidak aku tidak punya alasan lagi untuk mengelak," kata Carla.
"Kenapa dokter tidak tidak terus terang saja?"
"Aku sudah bilang sejak dulu, dianya saja yang tidak mengerti."
"Dokter Carla cantik, siapapun cowok pasti akan tertarik," ujar Hana.
"Sudah, pokoknya kamu jangan jauh-jauh dari aku," kata Carla.
Carla istirahat sebentar sebelum memeriksa pasien. Sudah pasti Hana yang akan menemaninya nanti untuk memeriksa pasien.
Sementara Arjuna sudah berada di ruangannya. Namun Mayang terus saja mendesak nya untuk segera bertunangan dengan Diana.
Arjuna tetap bersikukuh kalau dirinya tidak mau bertunangan dengan Diana. Karena ia sama sekali tidak memiliki perasaan apa-apa pada Diana.
"Sebaiknya Mama pulang dan temani papa di rumah, masalah ini akan aku pikirkan nanti," kata Arjuna akhirnya.
Diana tersenyum mendengarnya. Dia mengira jika Arjuna sudah berubah pikiran dan mau dengannya.
"Mama pulang dulu, jangan lupa besok temani Diana ke butik untuk membeli gaun. Oh ya, di Viora butik gaunnya bagus-bagus, mama sudah pernah ke sana," kata Mayang.
"Hmmm, ya nanti aku ke sana," ujar Arjuna.
"Yuk sayang kita pulang. Besok Arjuna akan menjemput mu untuk ke butik," kata Mayang.
"Terima kasih ya Tante," ucap Diana.
Setelah Mayang dan Diana keluar, Arjuna menyandarkan tubuhnya di sandaran kursi. Ia tersenyum mengingat Carla yang berinisiatif mengajak nya ketemuan terlebih dahulu.
Namun seketika wajahnya berubah sendu saat mengingat jika mamanya selalu memaksanya untuk bertunangan dengan Diana.
"Dari kecil aku selalu patuh kepada orang tua, ternyata sampai dewasa pun aku di paksa untuk menuruti kemauan yang tidak aku suka. Aku harus tegas, aku sudah dewasa dan harus menentukan pilihan ku sendiri. Masalah pernikahan bukan masalah yang bisa di buat permainan," batin Arjuna.
Arjuna lupa jika besok dia dan Hendra ada pertemuan. Jadi saat teringat jika besok ada pertemuan, Arjuna pun menepuk keningnya pelan.
Arjuna jadi tidak fokus bekerja, hingga tanpa sadar jam waktu pulang kerja pun tiba. Hendra masuk setelah mengetuk pintu.
"Tuan sudah sore saatnya untuk pulang," kata Hendra.
"Ah iya." Arjuna langsung bangkit dari duduknya dan mengambil jas nya yang sempat di lepas. Lalu memakainya kembali.
"Bagaimana pertemuan besok?" tanya Arjuna. Saat ini mereka sudah berada di dalam lift.
"Sudah di atur Tuan, tepat jam makan siang," jawab Hendra.
"Bagus, jadi aku ada alasan untuk tidak menemani Diana ke butik," ujar Arjuna.
Hendra melihat raut wajah frustrasi dari tuannya. Ia tahu jika tuannya terpaksa menerimanya. Tapi Hendra juga tidak bisa apa-apa.
Mereka masuk ke mobil masing-masing saat tiba di parkiran. Para karyawan dan karyawati juga sudah pulang semuanya. Hanya tinggal penjaga keamanan yang tersisa.
Mobil Arjuna bergerak perlahan, ia lebih memilih tidak pulang ke rumah. Melainkan ke apartemen miliknya.
Entahlah, rasanya ia malas berhadapan dengan sang mama yang semaunya sendiri. Tanpa memikirkan perasaan orang lain. Terutama perasaan Arjuna.
Namun sebelum ia tiba di apartemen, ponselnya berdering. Dengan malas Arjuna menjawabnya. Sudah bisa di tebak jika itu dari sang mama.
Merasa terganggu karena sudah berkali-kali berdering. Akhirnya Arjuna pun menjawab panggilan tersebut.
"Assalamualaikum Ma, ada apa lagi?" tanya Arjuna.
"Waalaikumsalam, kamu sudah pulang sayang? Pulang ke rumah ya, jangan ke apartemen."
Arjuna menghela nafas, mama nya seolah tahu jika dirinya tidak pulang ke rumah. Akhirnya Arjuna pun berbalik arah dan kembali ke rumah.
Setibanya di rumah, Arjuna langsung memasukkan mobilnya ke garasi mobil. Dengan langkah lesu ia keluar dari mobil.
"Sayang sini." Mayang menepuk sofa meminta Arjuna untuk duduk.
Arjuna pun duduk di samping Mayang. Kemudian Mayang memperlihatkan gambar dekorasi untuk pertunangan Arjuna dan Diana.
"Bagus yang mana Nak?" tanyanya. Ada tiga gambar dekorasi yang bagus-bagus.
"Terserah mama sajalah. Yang penting mama bahagia," jawab Arjuna. Kemudian Arjuna langsung bangkit dari duduknya dan hendak ke kamar.
"Ma, apa kamu tidak keterlaluan? Kamu memaksa Arjuna untuk bertunangan dengan Diana. Kamu bisa lihat Arjuna kelihatan tidak bahagia," kata Baim.
"Mama lakukan semua ini juga untuk kebaikan Arjuna Pa," ujar Mayang.
"Baik bagi kamu Ma, belum tentu baik bagi Arjuna. Sudahlah Ma, tidak perlu ikut campur urusan anak. Lagipula Arjuna sudah dewasa dan sudah pasti bisa membedakan mana yang terbaik untuknya," kata Baim.
"Pa, Diana itu anaknya baik dan sopan, juga kita sudah tahu latar belakang keluarganya."
Baim memilih diam. Percuma jika melawan istrinya yang ujung-ujungnya tetap kalah debat.
ngeklik iklan sllu pembernya blng...
"iklan tidak tersedia,coba lagi nanti"
padahal sdh 4 hari begini🤔🤔
apa dia hui lin