Keberanian tidak akan pernah absen dari ketakutan.
Orang berani bukan berarti mereka tidak pernah merasa takut, akan tetapi mereka berhasil menaklukkan rasa takut itu.
Hanya karena kau pernah gagal lalu terluka di masa lalu, bukan berarti semua yang kau hadapi sekarang itu sama dan menganggap tidak ada yang lebih dari itu.
Kau salah . . . . . !!!
Briana Caroline MC.
Yang arti nya KEBERANIAN, TANGGUH, KUAT DAN PENAKLUK DUNIA.
Tidak seperti arti dari namanya yang diberikan orang tuanya. Justru malah sebalik nya.
Bayang-bayang dari masa lalunya membuat dia TRAUMA. Itulah yang membuatnya selalu menghindari apapun yang akan masuk ke dalam hidupnya.
Dia lebih memilih untuk lari ketimbang menghadapinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fidha Miraza Sya'im, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21
Flash Back...
Anya dan Raysha berjalan di tengah-tengah hutan yang begitu gelap. Mereka melarikan diri dari acara akhir sekolah untuk menemui Chiko.
Mereka sedang merencanakan sesuatu dan yang pasti rencana itu adalah rencana buruk untuk Briana.
"Loe yakin Nya bakal ngelakuin rencana loe sama Chiko disini?". Raysha menggandeng tangan Anya sembari berjalan dengan modal sebuah senter di tengah-tengah hutan yang gelap di malam hari.
"Ya yakin lah. Lagian ini waktu yang tepat buat gue dan Chiko buat ngelakuinnya. Kapan lagi coba kalau bukan sekarang. Percuma donk si Chiko sudah mengupayakan acara kelulusan senior di tempat outdoor kayak gini kalau kita sampai enggak jadi ngelakuinnya". Anya menjawab dengan yakin sembari melirik ke sekitar mereka yang sangat gelap.
"Mending gue balik saja deh. Gue serem sama rencana loe berdua". Raysha berusaha melepaskan gandengannya namun di tahan oleh Anya.
"Nanti dulu donk Ray! Tunggu sampai Chiko datang ke sini, lagian loe penakut amat sih". Ucapnya sembari menggerakkan tubuhnya seperti cacing kepanasan.
"Ahh enggak mau gue. Nanti gue juga ikut-ikutan terlibat sama kasus kalian. Mending gue gabung sama yang lain". Raysha berkata lalu berhasil melarikan diri dari Anya.
"Ray..... Dasar penakut! Gaya loe saja yang kayak laki tapi tetap saja nyali loe nyali perempuan". Anya meneriaki Raysha yang sudah jauh meninggalkannya.
"Sorry gue lama". Tiba-tiba Chiko muncul dan mengagetkan Anya.
"Ahh elo ngagetin gue saja". Anya menepuk pundak Chiko yang bidang.
"Sorry sorry. Jadi gimana? Sudah sesuai rencana kita kan?". Chiko memastikan kembali pada Anya atas rencananya.
" Sudah! Loe tenang saja semuanya sudah gue atur. Si Briana juga kayaknya sudah minum minuman yang sudah gue campur sama obat-obatan itu". Jawab Anya dengan tersenyum jahat sembari mendekatkan tubuhnya pada Chiko seperti ingin menggodanya.
Chiko pun sedikit terpancing lalu ia meraba tangan Anya dari bawah hingga ke atas kemudian berbisik pada telinga Anya.
"Mantap. Gue suka cara kerja lo. Enggak sia-sia gue percaya sama loe"
Anya mulai terangs*ng akibat bibir Chiko yang menyentuh pada telinganya, sempat ia mengelu pelan ketika nafas Chiko menderu begitu hangat.
Chiko tersenyum merendahkan dirinya ketika ia melihat reaksinya yang begitu gampangan lalu ia sedikit menjauh.
"Tapi itu enggak bakal membahayakan nyawa dia kan?".
Anya sempat terdiam kesal karena Chiko menghentikan aksinya.
"Enggak! Loe tenang saja. Terus loe sudah nyiapin yang lainnya enggak?".
"Kalau itu loe enggak perlu khawatir, justru dari tadi pagi gue sudah menyiapkan tempat yang special untuk kami berdua he he he".
"Ya sudah! Kalau gitu gue balik lagi kesana. Gue mau lihat kondisi si Briana. Kalau Briana sudah tepar. Gue langsung bawa dia ke tempat loe". Anya berkata.
Chiko mengacungi jempolnya sembari tersenyum licik lalu berkata dengan menggebu-gebu.
" Oke siiip. Jangan lama-lama. Gue sudah enggak sabar ingin menik**ti Briana sepuasnya dan membuat dia mengemis sama gue seumur hidupnya ha ha ha".
...
Seluruh siswa menikmati acara akhir sekolah tahun 2017. Di tengah-tengah kegembiraan mereka, Briana merasa sedikit pusing dan merasa enggak nyaman pada tubuhnya. Anya dan Raysha pun melirik dirinya karena mereka tahu bahwa reaksi obat itu bekerja dengan sempurna.
"Loe kenapa Bri?". Anya bertanya seolah ia mengkhawatirkan dirinya.
Briana menggelengkan kepalanya sembari berusaha membuka matanya.
"Gue enggak apa-apa". Briana merasa sempoyongan lalu tubuh mulai tidak seimbang.
Sebelum yang lain melihat kondisi Briana, dengan sigap Anya menuntun Briana ke tempat yang sepi.
Tak lama Briana pun sudah tidak berdaya. Anya sempat mengajak Raysha namun Raysha menolaknya. Dengan kegigihannya Anya memapah Briana yang bertubuh lebih tinggi dari dirinya. Ia membawa Briana ke tempat yang sudah di sediakan oleh Chiko. Dimana tempat itu ialah sebuah gubuk kecil dengan lampu yang remang-remang.
Chiko membantu mengalihkan tubuh Briana dari Anya. Kini Briana berada di gendongan Chiko lalu mereka tersenyum kemenangan melihat Briana sudah berada di tangan mereka.
"Loe balik sana cepat, nanti ketahuan sama yang lain, bisa berabe kita". Chiko mengusir Anya.
"Iya iya, enggak sabar amat sih loe". Cibirnya.
"Iya donk. Sudah lama gue menanti-nantikan hari ini. Jadi jangan sampai ada yang merusak malam indah gue termasuk loe". Chiko menyentuh wajah Briana yang lembut dan sempat ia menyentuh bibir Briana lalu mengusir Anya.
"Ya sudah gue balik. Selamat bersenang-senang". Anya pun pergi meninggalkan mereka sambil memastikan tidak ada orang lain selain mereka.
Sungguh kejam makhluk Tuhan yang satu ini, demi keuntungannya dia tega mencelakai hidup seseorang serta merusak masa depannya.
Chiko yang sudah tidak sabar untuk mencumbui Briana. Ia pun berjalan menuju ke gubuk kumuh itu dengan menggendong tubuh Briana yang terkulai.
...
Perlahan Briana membuka matanya lalu merasakan kepalanya sangat pusing. Semua terlihat samar dari pandangannya. Briana sangat terkejut ketika dia melihat bahwa dirinya sudah berada di tempat yang tidak ia ketahui.
"Gue dimana? Apa gue sedang bermimpi? Ssh ah au". Briana melirik ke sekeliling area hutan sempat ia memegang kepalanya yang terasa sakit. Dia masih merasa bingung dan mengingat apa yang terjadi dengan dirinya sehingga ia tergeletak di bawah pohon di tengah-tengah hutan dengan kondisi dirinya yang berantakan.
Briana mengingat apa yang ia lakukan tadi malam. Yang hanya ia ingat, dia berada di tengah-tengah keramaian pada acara akhir sekolah dan tak banyak hal yang ia lakukan. Ia hanya duduk santai bersama Anya dan Raysha dengan segelas minuman yang di suguhi oleh Anya.
Kepala Briana semakin terasa pusing. Ia berusaha berdiri hingga matanya melihat sesuatu yang sangat mengerikan.
"Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa". Briana menjerit histeris ketika ia melihat ternyata Chiko sudah mati tergantung di atas pohon besar yang ada didepannya.