NovelToon NovelToon
Jodoh Ke-2 Penyempurna Hidup

Jodoh Ke-2 Penyempurna Hidup

Status: sedang berlangsung
Genre:Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu / Wanita Karir / Romansa
Popularitas:5.8k
Nilai: 5
Nama Author: Mom Azzqa

Mia Maulida seorang wanita berusia 36 tahun dengan dua orang anak yang beranjak remaja menjalankan multi peran sebagai orangtua, isteri dan perempuan bekerja, entahlah lelah yang dirasa menjalankan perannya terbersit penyesalan dalam hati kenapa dirinya dulu memutuskan menikah muda yang menjadikan dunianya kini terasa begitu sempit, Astaghfirullahal'adzim..lirihnya memohon ampun kepadaNYA seraya berdoa dalam hati semoga ada kebaikan dan hikmah yang dirasakan di masa depan, kalaupun bukan untuknya mungkin untuk anak anaknya kelak.

Muhammad Harris Pratama seorang pengusaha muda sukses yang menikah dengan perempuan cantik bernama Vivi Andriani tujuh tahun lalu, nyatanya kini merasakan hampa karena belum mendapatkan keturunan. Di saat kehampaan yang dialaminya, tak disangka semesta mempertemukan kembali dengan perempuan cantik berwajah bening nan teduh yang dikaguminya di masa putih abu-abu. Terbersit tanya kenapa dipertemukan saat sudah memilki kehidupan dengan pasangan masing-masing?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mom Azzqa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 34

Sesuai permintaan dan arahan dari Aris Nina datang ke rumah sakit dengan menggunakan ojek online untuk menemani Mia yang sedang berduka, sedangkan Santy bersama pak Antony meluncur ke rumah Mia untuk membantu persiapan di sana. Benar saja saat Nina datang, Mia langsung menghambur memeluk sahabatnya dan Nina membalas memeluk erat hangat sahabatnya, mengusap punggungnya lembut memberikan kekuatan.

Mia menumpahkan tangisnya di pelukan Nina, ia mengeluarkan segala kesedihan yang ada di dalam hatinya. Aris yang melihatnya menghembuskan nafasnya merasa sedikit lega, karena melihat Mia yang menemukan sandaran untuk berbagi kesedihannya. Sungguh Aris rasanya sangat iba dan tidak tega melihat Mia yang menangis di pelukan sahabatnya. Namun begitu menurut Aris Mia cukup kuat menghadapi kenyataan pahit yang terjadi begitu tiba-tiba, terbukti Mia masih kuat tidak sampai pingsan atau menangis kejer, histeris yang bagaimana, mungkin bukan karakter Mia juga yang seperti itu.

Setelah menunggu beberapa lama, Budi menghampiri mereka menginformasikan kalau sebentar lagi jenazah Andi sudah bisa dibawa pulang karena mobil ambulance sedang dipersiapkan, Mia memutuskan memandikan jenazah suaminya di rumah, agar anak-anak dan keluarganya bisa ikut memandikan.

Mia ikut naik ke dalam mobil ambulance mengiringi jenazah suaminya ditemani Nina, Mia sudah meminta Nina untuk ikut mobil pak Aris saja barangkali Nina tidak nyaman berada di ambulance bersama jenazah dan ia merasa tidak enak hati merepotkan, tapi Nina menolaknya karena mengkhawatirkan keadaan Mia dan ingin menemaninya, padahal ia sendiri sudah merasa lebih baik, lebih tenang dan cukup kuat berusaha ikhlas menerima kenyataan takdir yang ada.

Sepanjang perjalanan menuju rumahnya Mia banyak cerita tentang saat-saat terakhir suaminya kepada Nina, tentang kebersamaan menyenangkan keluarga mereka tadi malam dari yang mengajak sholat berjamaah lengkap dengan anak-anak, mengajak keluar di malam hari padahal sebelumnya tidak pernah, kata-kata maafnya, perubahan sikapnya dan perkataan yang menyiratkan akan perpisahan, sampai tadi pagi Mia yang menolak keinginan suaminya untuk mengantarkan pergi ke kantor dan salam perpisahan saat berpamitan yang terasa sangat berbeda. Mia menceritakannya dengan beberapa kali menitikkan air matanya, membuat Nina ikut terbawa menitikkan air mata juga dengan menggenggam tangan Mia.

Setelah iring-iringan mobil jenazah sampai di depan rumahnya, ternyata sudah berkumpul banyak orang ada tetangga, saudara, teman dan kerabat yang menyambut dan mengucapkan bela sungkawa kepadanya, ada karangan bunga dari kantor suaminya bekerja PT. Bumi Indah Nusantara dan tempatnya bekerja PT. Terlaksana Sukses Abadi yang keduanya merupakan bagian dari Pratama Group.

Jenazah Andi diletakkan di ruang tamu sambil menunggu persiapan proses dimandikan dan dikafani, pak de Dirja beserta Bu de Sari sudah datang tinggal menunggu kakak laki-lakinya yang masih dalam perjalanan. Mia beserta anak-anaknya dan beberapa orang yang melayat ikut mendoakan dengan mengaji.

Setelah semua dirasa sudah siap dibantu oleh petugas pemulasaraan jenazah, pak de Dirja, Mia dan anak-anaknya ikut dalam proses memandikan suaminya dengan iringan doa dan sholawat, sebisa mungkin Mia tidak meneteskan air matanya itu juga yang ia katakan pada si sulung Zahra, karena kalau tidak kuat Mia menyarankan Zahra lebih baik tidak terlibat, Zahra menyanggupi untuk kuat tidak menangis. Padahal tetap saja Zahra dan Mia beberapa kali menitikkan air mata memandangi wajah Andi sang pahlawan keluarga yang terbujur kaku, tidak sama dengan Zayan yang terlihat begitu tegar. Sebelum jenazah disucikan berwudhu petugas memberi kesempatan terakhir kepada isterinya Mia jika ingin menyentuhnya, dan Mia dengan berusaha tegar mencium tangan, kedua pipi dan kening suaminya lembut untuk yang terakhir kalinya, itu juga yang dilakukan anak-anaknya.

Sebelum dibawa ke pemakaman umum, jenazah dibawa ke masjid komplek perumahan "Nurul Huda" untuk disholatkan. Kakak laki-lakinya, mas Hilman beserta isteri dan anaknya akhirnya tiba, mas Hilman beserta anak laki-lakinya langsung menuju masjid untuk ikut menyolatkan. Shafa dan maminya meminta maaf tidak ikut ke pemakaman, dengan mengucapakan bela sungkawa diiringi pelukan mereka berpamitan pulang dan Mia sangat berterima kasih kepada mami Shafa yang telah banyak membantu dan banyak direpotkan. Begitu juga dengan Santy dan Pimpinannya pak Tony yang ikut pamit pulang.

Zayan yang beranjak remaja dengan perawakan badannya yang tinggi ikut terjun turun langsung ke liang lahat bersama mas Hilman dan petugas pemakaman untuk menerima jenazah papanya dan membaringkannya ke peristirahatan terakhirnya, lalu Zayan mengumandangkan adzan dengan suara yang sedikit bergetar membuat haru siapapun yang mendengarkannya tak terkecuali dengan Aris. Mia dan Zahra sampai meneteskan air matanya apalagi ketika liang lahat mulai ditutup dengan tanah, Zahra langsung menangis histeris lalu Mia merengkuh tubuh anaknya Zahra yang lemas menyaksikannya.

Pak ustadz yang memimpin do'a dan talqin jenazah setelah pemakaman memberikan kata sambutan mewakili keluarga memintakan maaf pada siapapun yang berhubungan dan berinteraksi dengan almarhum semasa hidupnya untuk memaafkan segala khilaf dan kesalahannya, jika ada yang masih mempunyai urusan hutang piutang dengan almarhum agar bisa menghubungi isteri dan ahli warisnya. Pak ustadz juga menyampaikan beliau bersaksi sebagai orang yang mengenal bapak Andi Pradana sebagai warga adalah orang yang baik, sopan bahkan beliau menyampaikan waktu shubuh tadi pagi masih menyapa dan berinteraksi dengan Andi yang sholat berjamaah di masjid.

Pak ustadz juga menyampaikan kalau kematian adalah sebaik baik peringatan bagi manusia yang masih hidup untuk selalu membenahi diri untuk lebih bertakwa kepada Allah, dan kematian adalah hal yang paling terdekat dengan semua manusia, karena datangnya bisa kapan saja dan di mana saja. Lalu pak ustadz membacakan satu hadits tentang bahwa semua amalan manusia akan terputus pahalanya ketika meninggal dunia, kecuali ada tiga hal yaitu : shodaqoh jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak Sholeh yang selalu mendoakannya. Pak ustadz meyakini dari ketiga hal itu almarhum insya Allah memiliki doa anak-anak Sholeh yang selalu mengalirkan pahalanya kepada almarhum, dan memberi pesan kepada anak-anaknya almarhum, Zayan dan Zahra untuk tidak putus mendoakan ayahnya setiap waktu.

Apa yang disampaikan oleh pak ustadz itu seperti mengusik jiwa Aris yang mendengarkannya, merasa kerdil dengan keadaannya, bagaimana dengan dirinya yang bahkan belum memiliki keturunan. Siapa yang akan mendoakannya kelak kalau ia pergi dari dunia ini, jika ia tidak memiliki penerus. Ia ingin ketika kelak meninggal dunia jasadnya dimandikan, disholatkan, dikuburkan dan di adzan kan oleh anak kandungnya sendiri seperti yang dilakukan Zayan kepada ayahnya.

Kemudian terakhir pak ustadz menyampaikan untuk mempersilahkan siapa saja yang ingin mendoakan untuk ikut dalam doa bersama di rumah almarhum selama tujuh malam ke depan. Dan mengucapkan banyak terima kasih atas nama keluarga almarhum kepada semua pihak yang telah memberikan waktu dan tenaganya untuk membantu dalam proses pengurusan jenazah sampai selesai karena telah menjalankan kewajiban fardhu kifayah sebagai sesama manusia.

Setelah pak ustadz selesai dengan sambutannya dengan menutup salam, para pelayat membubarkan diri satu persatu. Mia menyalami dan kadang mengangguk mengucapkan terima kasih kepada para pelayat yang pulang. Hingga tinggal keluarganya ditemani Aris dan Nina orang lain yang masih setia menunggunya di belakang sedikit menjauh tapi belum meninggalkan. Mia menunduk memegang nisan suaminya sambil melantunkan doa-doa dengan khusyuk, Zayan menatap nanar makam papanya, dan Zahra yang masih saja menangis seakan air matanya itu tak habis-habis menangisi papanya. Akhirnya Mia mengucapkan salam kepada suaminya berpamitan untuk pulang karena hari semakin petang dan sudah terdengar suara orang mengaji dari masjid yang menandakan tidak lama lagi adzan Maghrib akan berkumandang.

1
Yaky De la rosa
Saya merasa ikut diajak ke kisah ini, thor.
Stephanie Vanessa Cortez Lopez
Gak bisa berhenti baca
Mom Azzqa: Terimakasih /Rose/
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!