NovelToon NovelToon
Lelaki Di Persimpangan Mimpi

Lelaki Di Persimpangan Mimpi

Status: sedang berlangsung
Genre:Lari dari Pernikahan / Konflik etika / Selingkuh / Penyesalan Suami / Tukar Pasangan
Popularitas:3.1k
Nilai: 5
Nama Author: She Amoy

Pernikahan Raina dan Riko menjadi kacau karena kehadiran mantan kekasih Raina. Terlebih lagi, Riko yang sangat pencemburu membuat Raina tidak nyaman dan goyah. Riko melakukan apapun karena tidak ingin kehilangan istrinya. Namun, rasa cemburu yang berlebihan itu perlahan-lahan membawa bencana. Dari kehidupan yang serba ada menjadi tidak punya apa-apa. Ketakutan Riko terhadap banyak hal membuat kehidupannya menjadi konyol. Begitu pun dengan istrinya Raina, Ia mulai mempertimbangkan kelanjutan pernikahan mereka. Masa depan yang diinginkan Raina menjadi berubah.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon She Amoy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kabar Kehamilan Ima

Selepas mengantar Aksa, aku merasa lega. Setidaknya satu persoalan telah selesai. Setidaknya, Aksa tidak menyaksikan kami berdebat, dan setidaknya Aksa tidak akan diperlakukan seenaknya oleh Riko.

“Assalaamualaikum!” sambil masuk kucium tangan Eyang putri.

“Waaalaikumsalam! Sini Na, duduk sini. Mas Riko sini juga!”

Semua yang ada di sana tersenyum bahagia. Sepertinya ada berita gembira yang ingin disampaikan.

“Alhamdulillah Na, Ima akhirnya hamil,” Eyang Putri menyampaikan berita itu kepada kami.(lagi-lagi, Yangti memanggilku dengan nama 'Na'. Padahal aku sedikit keberatan karena panggilan itu sama dengan mantan pacarnya Riko. Tapi mau bagaimana lagi, ketidaknyamanan ini harus kuterima.

“Alhamdulillah, selamat ya Ima!” aku mencium kedua pipi Ima.

Ria meraih Arkana dari tanganku, sambil berceloteh riang kalau di rumah ini akan ada bayi baru. Riko pun tak kalah gembira. Akhirnya, adik bungsunya itu hamil juga.

Karena hari ini merupakan hari yang begitu istimewa, Eyang putri memasak makanan lebih banyak dari biasanya. Ada rendang, soto, ayam goreng, ikan bakar, dan berbagai macam kue yang dibeli di toko langganan kami.

“Gini loh Mas Riko, Raina. Ima kan hamil, sepertinya aku dan Eyang Kakung akan pindah ke rumah Ima. Kami mau urus keperluan Ima dan jaga dia kalau ada apa-apa.”

“Kenapa harus pindah Eyang?” Riko sedikit terkejut dengan rencana ibunya yang tiba-tiba itu.

“Loh? Kamu ini aneh. Ima itu kan harus diurus, dijaga makanannya selama hamil. Kalau dia mual, atau sakit malam-malam gimana?”

“Kan ada suaminya?” Riko merasa keberatan dengan keputusan Yangti.

“Lah, suaminya kerja kok. Pulangnya malam. Kasian Ima sendiri. Orang hamil itu harus bahagia, enggak boleh banyak pikiran. Supaya kelahirannya lancar dan bayinya sehat.”

Eyang menjelaskan pelan-pelan. Riko pun mengangguk-angguk tanda setuju. Dia tidak ingat, bagaimana kondisi psikologisku ketika hamil. Masalah yang dia timbulkan selalu datang bertubi-tubi. Bahkan, sampai hari ini pun, aku merasa kurang bahagia dengan pernikahanku. Apakah aku yang kurang bersyukur?

Satu bulan setelah kehamilan Ima, Eyang tidak begitu rewel memerhatikan apa yang kumakan. Ia sibuk mempersiapkan kepindahannya ke rumah Ima. Padahal, lokasinya juga sama-sama di Jakarta.

Setelah Eyang pindah, Ria ternyata melakukan hal yang sama. Ia memutuskan untuk tinggal di rumah mertuanya. Suami Ria, yang selama ini lebih sering pulang ke rumah ibunya, mengungkapkan keinginannya agar Ria bisa tinggal di rumah mertua. Meskipun berat, akhirnya Ria mengabulkan keinginan suaminya itu.

Hubungan aku dengan Ria sebenarnya cukup dekat. Ria sering menceritakan berbagai macam kegiatan yang dialaminya. Termasuk menceritakan tentang masa kecil keluarga mereka.

Dari cerita Ria-lah aku mengetahui, seperti apa Riko sesungguhnaya.

Sejak kecil, karena Riko anak dan cucu pertama di keluarga besar Haji Sadik yang merupakan ayah dari Eyang Putri, Riko menjadi anak yang paling dimanja. Tak ada keinginannya yang tidak diikuti. Tak pernah sekalipun Eyang putri dan Eyang kakung mengayunkan tangannya untuk memukul Riko.

Karir Eyang kakung yang semakin menanjak waktu itu, membuat keluarga ini berlimpah materi. Riko menjadi pemuda pecandu dunia. Berbagai fasilitas yang diberikan Eyang, tidak pernah dirawatnya dengan baik. Motor yang sering berganti-ganti, mobil yang hampir tujuh kali jual beli, dan berbagai macam barang lainnya.

Riko memiliki banyak teman untuk diajak bersenang-senang. Hampir semua teman Riko seringkali datang ke rumah. Rumah menjadi tempat pesta yang sangat strategis, sebab Eyang Putri selalu menyediakan banyak makanan yang dipesan oleh Riko.

Selepas lulus kuliah. Riko tidak pernah merasakan proses melamar pekerjaan. Dia tidak pernah diperintah oleh siapapun. Riko memilih untuk membuka usaha sendiri. Meskipun Eyang kakung, beberapa kali menawarkan pekerjaan yang sangat menggiurkan.

Usaha yang dijalani Riko bukan usaha tanpa modal. Bertahun-tahun, Eyang mendukung apapun yang diperlukan Riko. Tempat usaha, modal kerja, karyawan, kendaraan, semua itu hasil jerih payah Eyang. Setiap kerugian yang Riko alami, akan diganti oleh eyang. Tetapi setiap keuntungan yang didapat, tidak satu sen pun diberikan untuk kedua orangtuanya.

Sampai saat ini, sampai ia memiliki istri dan dua orang anak. Tidak tergerak keinginan untuk hidup mandiri di benak Riko.

Setelah semua orang pindah. Tinggalah kami bertiga: aku, Riko, dan Arkana. Pembantu rumah tangga tetap datang setiap hari. Dan sampai saat ini, segala keperluan kami, masih ditanggung oleh Eyang.

Rentetan peristiwa mengejutkan sepertinya tak pernah lepas dari kehidupanku. Segalanya terasa begitu mendadak. Seperti hari ini, belum satu pekan Eyang pindah, kabar itu datang lagi.

Eyang kakung sakit. Usianya yang sudah sepuh, membuat ia pensiun lebih dini. Eyang Kakung dianjurkan untuk lebih banyak di rumah. Mendengar berita ini, Eyang putri panik karena akan berpengaruh terhadap uang bulanan yang biasa ia dapatkan dalam jumlah cukup besar.

Dengan terpaksa, Eyang mulai memberhentikan pembantu di rumah kami. Keperluan rumah tangga pun sudah dihentikan. Sedangkan untuk biaya Alka dan cicilan utang ke Bank, masih ditanggung oleh Eyang Putri.

Riko uring-uringan menghadapi ini semua. Ia yang terbiasa dengan kehidupan yang serba ada tanpa berpikir itu, akhirnya mengalami perubahan yang dirasa tidak menyenangkan.

Buatku, hal ini merupakan kabar gembira. Tanpa pembantu dan support dari orangtua untuk biaya hidup, setidaknya akan membuat Riko lebih dewasa. Jujur saja, aku ingin tau, bagaimana Riko menyelesaikan masalah kami. Apakah dia akan memberiku nafkah? Atau terus menerus meminta dari orangtuanya. Lantas, kemana penghasilan yang didapat dari usahanya selama ini?

Ada senyum di hatiku. Puas rasanya melihat Riko yang berpikir keras. Kalau dia tidak sanggup memberi makan untuk keluarga kecil kami, rencana yang sudah kubuat akan segera kulaksanakan.

Pekerjaan. Ya, aku harus bekerja lagi. Sebuah email masuk dari PT DANA. Perusahaan yang beberapa waktu lalu aku lamar. Aku diminta mengirimkan contoh materi yang bisa kubuat. Sepertinya, ini adalah jalan untuk kembali menjadi Raina yang dulu.

Apa kabar dengan Aksa?

Aksa baik dan sehat. Kata Ibu, Aksa selalu makan dengan lahap. Ia tampak kelaparan setiap pulang dari sekolah. Padahal, di sekolah itu, anak-anak diberikan makan siang satu kali dan cemilan dua kali. Tetapi Aksa selalu bilang masih kurang.

Aku tersenyum sendiri mendengar cerita Ibu. Seringkali Aksa meminta makanan teman-temannya yang tidak habis. Rupanya anak itu sedang doyan makan.

Aksa juga aktif bergaul di sekolah. Beberapa kali, diundangnya teman-temannya itu ke rumah.

“Terus, kalau di rumah ngapain aja Bu?” sahutku di telepon sambil mendengarkan cerita soal Aksa.

“Main segala macam Va. Kemarin nyoba-nyoba mincing ikan. Mereka sibuk cari-cari cacing ke sawah di ujung sana.”

“Ya, syukurlah Bu. Nanti kalau Raina ada waktu, Raina ke Bogor ya!”

Aku menutup telepon dari Ibu. Rencana yang kubuat untuk mengunjungi Aksa setiap minggu gagal. Sejak tidak ada pembantu di rumah, aku disibukkan untuk membersihkan rumah yang cukup besar ini. Belum lagi memasak dan mengurus bayi. Kedua tangan ini tak pernah berhenti bergerak.

Arkana sudah berusia enam bulan. Artinya, bayi itu sudah bisa ditinggal lebih lama dari biasa. Ria cukup sering mengunjungi kami ke rumah untuk bermain bersama Arkana. Bayi itu mulai disuapi makanan lain selain ASI. Sesekali, aku juga memberinya susu formula.

Dengan keadaan Arkana yang semakin besar, aku berencana pergi ke luar kota sendiri. Tapi alasan apa yang akan kupakai. Terlintas sebuah nama di benakku, Intan dan Dini.

Berita soal Krisna yang sudah meninggal memang disampaikan Dini dengan terburu-buru. Lagi-lagi Dini juga melarang aku untuk hadir ke pemakaman Krisna. Dia bilang, pemakaman itu jauh. Lokasinya di Sukabumi.

Kota itu memang tidak asing di telingaku. Beberapa kali aku sempat ke sana, dan beberapa kali juga Krisna menyebutkan kota itu. Kalau tidak salah, keluarga istrinya berasal dari kota tersebut.

“Siapa yang meninggal, Sayang?” Sahut Riko sambil melirikku yang baru saja menutup telepon dari Intan.

“Ibunya. Kena serangan jantung. Gimana ya Mas, aku nggak enak kalau enggak ngelayat.”

Sambil memancarkan kesedihan, kurendahkan suara sehingga terkesan lemas dan penuh beban. Biasanya, Riko merasa iba jika melihat orang lain menderita.

"Waktu itu Bapaknya, sekarang Ibunya? Kasihan amat temanmu itu." Riko merespon dengan datar. Aku tidak berharap banyak kali ini. Kalau diizinkan, aku memang akan melihat makam Krisna, setidaknya aku bisa membaca namanya tertera pada nisan. Meskipun kami tidak bisa bertemu lagi.

1
pembaca setia
bagus ih ceritanya. ayo lanjutkan Thor
Fathan
lanjut thor
Fathan
bagus banget ceritanya. relate sama kehidupan nyata dan gak lebay.
Fathan
pusing banget tuh anak
Fathan
bodoh
Fathan
tinggalin ajaaa
Fathan
rAina bodoh
Fathan
ngeselin rikooo
Fathan
menarik nih, seru
Fathan
rapi bahasanya
pembaca setia
ceritanya menarik. mengungkap sebuah kejujuran perasaan penulis. Bahasa rapi dan minim typo. rekomendid novelnya
Sunshine🤎
1 like+subscribe untuk karya mu Thor. semangat trus sering² interaksi dan tinggalkan jejak di karya author lain, dan jangan lupa promosiin karya agar popularitas meningkat/Good/
SheAmoy: makasih kakak
total 1 replies
anggita
like👍+☝iklan buat author.
SheAmoy: makasih kak
SheAmoy: makasih banyak kakak
total 2 replies
SheAmoy
thanks kak
Necesito dormir(눈‸눈)
Makin lama makin suka, top deh karya thor ini!
SheAmoy: makasih kaka
total 1 replies
Black Jack
Saya benar-benar tenggelam dalam imajinasi penulis.
pembaca setia: menarik banget nih
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!