NovelToon NovelToon
Cinta Seindah Khayalan

Cinta Seindah Khayalan

Status: sedang berlangsung
Genre:Anak Genius / Wanita Karir
Popularitas:19.1k
Nilai: 5
Nama Author: Dewi Payang

"Tidak adakah pekerjaan yang bisa kamu lakukan selain mengganggu kesibukan orang lain?" Clive melirik dingin Berry yang duduk disebelahnya.

"Aku hanya ingin wanita itu menjadi ibuku. Bila menunggu Ayah, sampai sekarang tidak ada tanda-tanda kehidupan," Berry ikut melirik dingin pada ayahnya.

"Siapa yang mau menjadi Ibumu? Wanita itu?" Clive tersenyum sinis mendengar ucapan putranya.

"Aku saja tidak mau jadi Ayahmu. Terpaksa saja, karena kamu adalah anakku," Clive membuka sabuk pengamannya, lalu segera turun dari mobil. Ia membuka pintu, lalu meraih tubuh kecil Berry masuk dalam gendongannya dan menyerahkannya pada pengasuhnya.

"Pastikan pria kecil ini tidak membuntutiku lagi."

"Baik Tuan," David membungkuk hormat, lalu menggandeng tangan Berry yang segera ditepis anak itu lalu berlari memasuki rumah.

Ikuti kisah Berry, yang memilih sendiri siapa wanita yang dijadikan sebagai ibunya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dewi Payang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

12. Teletubbies vs Yuna

Ruang kelas Sekolah Tiga Bahasa.

"Aku ingin jadi dokter hewan seperti ayah!"

"Aku ingin jadi dokter anak seperti mommy!"

"Aku ingin jadi Menteri Pertahanan!"

"Aku ingin jadi lawyer seperti papa!"

Seru para murid, berlomba membacakan apa yang telah mereka tulis sesuai tugas yang diberikan sang guru, lalu duduk dikursinya kembali.

"Woah, luar biasa anak-anak! Sekarang giliranmu Yuna," tunjuk sang ibu guru, pada salah satu murid perempuan yang sedari tadi ia perhatikan tidak seriang teman-temannya, terkesan sedih.

Dengan tidak mengubah air mukanya, Yuna berdiri dari duduknya, dan mulai membacakan hasil tulisannya.

"Keinginan terbesarku, bisa memasak sarapan untuk mama--, juga memasak makan malam untuk mama," lirihnya pelan, tidak selantang teman-temannya.

"HUUUU!!! Keinginan murahan!" pekik sebagian besar anak-anak kala mendengarnya, lalu menertawainya begitu riuh.

Yuna hampir menangis, namun ibu guru gegas menegur dan menenangkan para anak didiknya sembari menghibur bocah perempuan itu.

Tepat dikursi belakang Yuna, Berry yang duduk tenang hanya bersikap datar memperhatikan semuanya.

...***...

Kantor Pusat Laboratorium Pengujian Bahan Bangunan.

"Akhirnya, kamu mendapatkan beasiswa itu juga setelah sekian lama menanti," Stefhany tersenyum mengejek, kala melihat Sisy keluar dari ruang direktur dengan membawa formulir ditangannya.

Sisy tidak meladeni, ia lebih memilih berlalu tanpa mau melihat wajah Stefhany.

Merasa penasaran dengan sikap rivalnya yang acuh, Stefhany kembali melontarkan apa yang ada didalam kepalanya.

"Dan sayangnya, sekeras apapun kamu meraih gelar doktormu itu, kamu tidak akan pernah bisa mendapatkan kesempatan kedua memiliki Edwin lagi, dia sudah jadi kekasihku," sambung Stefhany bangga.

Mendengar nama Edwin disebut, spontan Sizy tersulut. Nama yang sudah berusaha ia kubur dalam-dalam ternyata masih menyisakan rasa kebencian yang teramat besar dampaknya.

Langkah Sizy terhenti, gegas berbalik dan menemukan Stefhany sedang mengumbar senyum kemenangannya yang sangat menyebalkan.

"Kalian berdua memang sangat cocok dan sejodoh. Bagiku, Edwin tidak lebih dari sampah, dan kamu adalah tong sampahnya, mau menampung pria bajingan seperti dia, menyedihkan sekali."

Senyum kemenangan Stefhany seketika menguap, wajahnya berubah kesal dengan tangan terkepal.

"Sialan!" umpat Stefhany geram, namun Sizy sudah tidak mendengarkannya, karena wanita itu sudah berlalu dan menghilang diujung lorong.

...***...

Sekolah Tiga Bahasa.

"Lihat lauk yang kamu bawa, kepala ikan! Dasar anak miskin!" hina Leo, salah satu bocah dari tiga anak laki-laki yang tertarik merundung Yuna, pasca bocah perempuan itu membacakan keinginan terbesarnya didalam kelas.

"Berikan kotak bekalku Leo!" Yuna melompat-lompat, berusaha merebut kotak bekalnya yang sedang dijunjung oleh anak laki-laki itu.

"Pantas saja kamu gendut seperti ikan buntal, kepala ikan yang tidak ada dagingnya saja kamu makan! Dasar rakus!" ejek Leo semakin menjadi.

"Dasar anak miskin!"

"Dasar ikan buntal jelek!" dua teman Leo ikut mengejek.

"Kembalikan kotak makannya Leo."

Gerakan melompat-lompat Yuna terhenti, begitu pula dengan Leo dan kedua temannya.

"Kamu mau jadi pahlawan?" Leo menatap tidak suka pada Berry yang datang mengganggu kesenangannya bersama dua temannya.

"Kembalikan kotak makannya," ulang Berry lagi, masih dengan raut datarnya. Sedari tadi, ia sudah melihat kesewenang-wenangan Leo dan dua temannya itu saat tidak sengaja melewati kursi taman bertemu dengan David yang mengantarkan bekal makan siangnya.

"Huaah! Kembalikan? Lihat ini!" Leo makin meninggikan kotak bekal Yuna ditangannya, lalu....

Syushh.... Brak!

"Bekalku!" pekik Yuna tertahan, bola mata bocah perempuan itu memerah menahan tangis, memandangi lauk kepala ikannya yang menggelinding diatas rerumputan dengan nasinya yang turut berhamburan disekitar kakinya.

"Hei, apa yang kamu lakukan?! Lepasin sialan! Atau teman-temanku akan memukulmu!" Leo berusaha melepaskan tangan Berry yang sedang mencengkram kerah seragamnya sambil mendorong tubuh kecilnya kebelakang.

"Pergi dari sini Leo, karena aku tidak perlu teman hanya untuk menghajarmu," usir Berry sembari mendorong kasar, melepas cengkramannya dari kerah baju Leo.

"Kamu pikir aku takut dengan ancamanmu?!" Leo yang hampir terjerembab berhasil menguasai bobot tubuhnya agar tidak terjatuh, lalu menerjang dengan kencang kearah tubuh Berry tanpa perhitungan.

Wush!

Melihatnya, Berry refleks menghindar, dan...

Brugh!

"Aghhhh! Sial!" Leo mengumpat kesal, saat tubuh kecilnya menghantam lantai beton yang tidak ada rumputnya, tentu saja lutut kaki dan tapak tangannya terparut karenanya.

"Aku belum menghajarmu Leo, tapi kamu sudah tidak berdaya seperti itu," Berry berlalu tanpa rasa bersalah, mendekati Yuna yang tengah memungut kepala ikannya diatas rumput.

"Ini untukmu," Berry menyodorkan kotak bekalnya.

"Tidak perlu, itu bekalmu. Terima kasih sudah menolongku," tolak Yuna. Bocah perempuan itu berlalu membawa kotak bekalnya yang hanya berisi kepala ikan, sementara nasinya tidak bisa ia selamatkan karena sudah terlalu kotor terinjak-injak oleh Leo dan dua temannya.

Di pekarangan samping sekolah, Yuna menghampiri salah satu wastafel yang ada disana. Ia mengeluarkan lauk kepala ikannya dari kotak makanan, lalu membersihkan sedikit tanah dan rumput yang menempel disana menggunakan air kran.

Setelah dirasa cukup bersih, Yuna mulai menggigitnya, mengunyah kulit-kulit kepala ikan berlemak itu dengan gerakan pelan, sambil menahan tangisnya ia menelan hasil kunyahannya, hanya punggung kecilnya saja yang sedari tadi terus berguncang.

Dari tempat yang sedikit tersembunyi, Berry melihat semuanya. Pria kecil itu segera beranjak membawa kotak makanannya yang sama sekali belum tersentuh olehnya begitu mendengar bunyi bel yang nyaring, menandakan jam istirahat makan siang sudah berakhir.

...***...

"Berry sayang, ibu membelikanmu hadiah," Sizy melambaikan tangannya, sambil mengangkat paper bag ditangannya tinggi sejajar wajahnya.

Berry mendekat bersama Sky, anjing buldog-nya yang berwajah garang. Clive yang baru tiba-pun ikut mendekat.

"Terima kasih ibu," Berry menerimanya dengan raut penasaran.

"Maaf ya sayang, ibu baru sempat membelikanmu hadiah selama kita bersama. Ayo dibuka sekarang."

Berry menatap raut semangat Sizy, lalu beralih menatap Clive yang segera memberi isyarat agar pria kecilnya itu membuka hadiahnya.

"Baju Teletubbies?" wajah Berry sedikit meringis melihat baju barunya, spontan ia teringat pada Yuna, yang memiliki postur tubuh mirip dengan ke-empat tokoh kartun itu.

"Apa kamu tidak suka sayang?" Sizy menatap reaksi Berry.

"Aaa--, s-suka bu, terima kasih," sahut Berry terbata-bata, lalu memaksakan sedikit senyum terukir diwajahnya.

"Syukurlah sayang, ibu senang sekali," Sizy tersenyum ceria, dan mengambil sesuatu dari dalam tas kerjanya.

"Dan ini hadiah buatmu suamiku," Sizy menyerahkan formulir yang diberikan oleh direkturnya tadi siang.

Clive terperangah mendengar Sizy berucap demikian padanya, tapi tetap menerimanya walau terlihat bingung, menatap isterinya yang berlalu pergi sambil bersenandung tanpa menjelaskan apapun mengenai berkas yang diberikan padanya.

"Lagi-lagi ibu menganggapku anak kecil dengan memberikan baju bergambar kartun sepert ini," Berry mengibarkan baju barunya didepan wajah Clive, membuyarkan lamunan ayahnya itu.

"Jangan mengeluh padaku, jujur saja sana pada ibumu," setelah mengatakan itu, Clive beranjak, menyusul Sizy yang telah mendahuluinya masuk.

Bersambung...✍️

1
@Intan.PS_Army🐨💜
ih Bunda mah
Dewi Payang: Kenapa kak?😄
total 1 replies
neng ade
aku idola Chairil Anwar puisi nya yg berjudul Aku pernah jadi ajang lomba saat aku duduk di bangku SMEA meski dapat juara ke 3 tapi aku bangga 😁😍🙏
Dewi Payang: Wow, mantap kakak👍👍 pasti seru lombanya...🥰🥰 aku malah gak pernah juara lomba baca puissi kak😂😂😂
total 1 replies
Mei Mei
Luar biasa
Dewi Payang: Terima kasih kak Mei untuk apresiasi rate bintang 5 nya🫰🫰
total 1 replies
Rembulan Pagi
is is is
Dewi Payang: 😭😭😭😭😭😭
total 1 replies
F.T Zira
5🌹 buat ka author yg udh membagikan ilmunya...

malu sangat diriku,, gak terlalu banyak tau tentang budaya sendiri🥲🥲🥲
Dewi Payang: Iya kak, apa lagi udah jadi IKN😂
F.T Zira: masama akak🥰🥰🫰🫰

wihhh.. keren nih akak ku,, aku cuma bebebrapa aja, gak sampe sebanyak itu😱😱😱
total 3 replies
F.T Zira
aahh... lanjut kan😏😏
Dewi Payang: 🤣🤣🤣🤣🤣🤣
total 1 replies
F.T Zira
duhh jantungmu aman gak Clive🤭🤭
Dewi Payang: 🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
F.T Zira: bahaya🤣🤣🤣🤣
total 3 replies
F.T Zira
ho oh.. curiga.. kan Sizy istrimu🤭🤭🤭
Dewi Payang: 😄😄😄😄😄😄
total 1 replies
F.T Zira
sudah mengakui ya kalo satu keluarga😏😏😏
Dewi Payang: 😂😂😂😂😂😂😂😂
F.T Zira: asyeekkk... siap siap kecebongnya berenang bebas... ehhh🤭🤭🤭🤭
total 3 replies
Teteh Lia
10 iklan meluncur ....

iklan ku masih lengkap padahal udah malem.🤭
Dewi Payang: Ma kasih banyak kak🫰😁 aku tu kadang lupa pake iklan, jadi angus😄
Kakak apa kabar? siapa yg sakit kak? yg bolak balik rumah sakit kapan hari itu?
total 1 replies
Teteh Lia
balai pustaka... ah... jadi ingat masa sekolah... mojok di perpustakaan...
Dewi Payang: Lebih khusuk bacanya klo mojok ya kak😄
total 1 replies
Teteh Lia
justru aq malah suka bau keringat misua..🤭
Dewi Payang: Sama dengan Sizy donk Kak😄😄 bau keringatnya selalu buat rindu yaa kak🤭🤭🤭🤭🤭🤭🤭
total 1 replies
Teteh Lia
curiga mah wajar donk ya ..
Dewi Payang: Yup betul😁😁😁😁😁
total 1 replies
Teteh Lia
berbuntut panjang seperti ini... ya ampun... malah jadi masalah besar pula
Dewi Payang: Nah, itu dia kak.....
total 1 replies
Teteh Lia
bimbang bin dilema pasti nih babang Clive ..
Dewi Payang: 😁😁😁😁😁😁😁
total 1 replies
Teteh Lia
bisa gagal ngadon nanti...🙈
Dewi Payang: Hahaaaaaa
total 1 replies
Teteh Lia
Berry kecil tentu harus seperti ayah Clive yang bertanggung jawab.
Dewi Payang: Siyap kak....
total 1 replies
@Intan.PS_Army🐨💜
Aku malu Banyak yang aku tak tahu Tentang Budaya indonesia 😭😭😭😭
Dewi Payang: Nah itu dia kak😁
@Intan.PS_Army🐨💜: bener Bun mau kasihan Dia aja Ngga kasihan Korban nya ampe di Tembak tau Bun,mungkin berita nya nyampe masuk tv kali
total 15 replies
Zenun
Salut sama Clive👍, tahu tentang budaya Indonesia
Zenun: Iya betul kak😁👍
Dewi Payang: Biasanya Kak, para turis lebih banyak tau, sama sepeti kita kalau ke negera mereka, kita musti belajar teori dulu tentang negara mereka, baik itu budaya, agama, makanan, supaya saat disana gak buta2 amat, iya kan kak?😁😁😁😁😁
total 2 replies
Zenun
yah, asam lambung dah 😁
Dewi Payang: 😄😄😄😄😄
Zenun: sama aku juga 😄
total 3 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!