NovelToon NovelToon
Apel : Sebuah Kecantikan Dari Kesederhanaan

Apel : Sebuah Kecantikan Dari Kesederhanaan

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cinta Terlarang / Beda Usia / Persahabatan / Cinta Murni / Romansa
Popularitas:4.1k
Nilai: 5
Nama Author: AppleRyu

Ryu dan Ringa pernah berjanji untuk menikah di masa depan. Namun, hubungan mereka terhalang karena dianggap tabu oleh orangtua Ringa?

Ryu yang selalu mencintai apel dan Ringa yang selalu mencintai apa yang dicintai Ryu.

Perjalanan kisah cinta mereka menembus ruang dan waktu, untuk menggapai keinginan mereka berdua demi mewujudkan mimpi yang pernah mereka bangun bersama.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon AppleRyu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 12 : Dilema Ringa

Aku berdiri di antara pepohonan apel yang rindang, menatap Abang Ryu dari kejauhan. Hatiku berdebar-debar, setiap langkahku terasa berat dan penuh keraguan. Ketika akhirnya aku melihatnya, ada perasaan bahagia yang membuncah di dadaku. Tapi kebahagiaan itu cepat berlalu ketika aku melihat dia bersama seorang wanita lain.

"Ringa?" gumamnya tidak percaya.

Aku tersenyum, tapi hatiku terasa hancur. "Hai, Bang. Lama tidak bertemu."

Dia tampak cemas, seolah takut seseorang melihat kami. "Kamu sama siapa? Mana Paman sama Tante?"

"Ah, mereka lagi ke rumah Om Burhan. Aku bilang mau ke rumah temanku, mereka mengizinkan, selama aku gak ketemu abang," jawabku, mencoba terlihat tenang.

Wanita itu, Hana, menatapku dengan ekspresi canggung. Aku bisa merasakan ada sesuatu di antara mereka yang lebih dari sekadar teman. Ketika dia memperkenalkan dirinya, aku menjawab singkat, merasa cemburu yang tidak bisa kutahan.

Kami duduk di bawah pohon apel yang besar, dan aku mulai berbicara. Aku menceritakan betapa sulitnya hidupku setelah dipisahkan dari Abang Ryu. Bagaimana aku merasa kehilangan yang begitu dalam, seolah separuh jiwaku hilang.

"Bang, aku minta maaf karena pesan yang waktu itu Mama kirim. Banyak hal yang terjadi di keluarga kami," kataku dengan mata yang berkaca-kaca.

"Aku mengerti, Ringa. Setiap hari aku berdoa, agar kamu baik-baik saja," jawabnya, mencoba menahan perasaannya.

Aku melihat ke arah Hana, mencoba menilai siapa wanita ini dalam hidup Abang Ryu. "Kamu dan Abang Ryu tampaknya sangat dekat."

Hana tersenyum canggung. "Kami memang banyak menghabiskan waktu bersama di kebun ini. Ryu sangat membantu dalam mengatasi banyak hal."

Aku mengangguk, tapi hatiku masih diliputi rasa cemburu. Aku meminta waktu untuk berbicara dengan Abang Ryu sendirian, dan Hana dengan enggan meninggalkan kami.

"Bang, abang ingat janji abang mau nikahin aku? Ketika aku lihat abang dan wanita itu, hatiku hancur," kataku, suaraku bergetar.

Abang Ryu terkejut. "Ringa, aku juga masih memikirkanmu, aku benar-benar merindukanmu, tidak lepas satu hari pun aku tidak memikirkanmu. Tapi banyak yang telah berubah sejak hari itu."

"Apakah kamu mencintainya?" tanyaku, mencoba menahan air mata yang mulai menetes.

Dia terdiam, lalu menjawab dengan jujur. "Aku tidak tahu, Ringa. Hana adalah teman yang sangat berarti bagiku. Tapi perasaanku padamu tetap ada dan tidak berubah sedikitpun."

Aku menghela napas panjang. "Aku tidak ingin merusak persahabatanmu dengan dia, tapi aku harus tahu apa abang masih memegang janji abang waktu itu?" tanyaku dengan suara bergetar.

"Ringa, aku masih mencintaimu. Tapi orangtua kita melarang kita menjalin hubungan, mama dan ayahmu melarang keras kita menjalin hubungan," jawabnya dengan sedih.

Aku menatapnya dengan air mata yang mengalir. "Baiklah, bang. Aku tahu abang sudah suka dan cinta dengan wanita lain, janji abang selama ini cuma kebohongan, aku sekarang bukan lagi anak SD bang. Aku sekarang sudah mau naik kelas 3 SMP, 3 tahun lagi aku juga akan lulus SMA, waktu itu sebentar kan? Abang gak bisa nepatin janji abang sendiri."

Aku berdiri dan berjalan menjauh, merasa hancur. Aku berlari meninggalkan kebun apel, meninggalkan semua kenangan dan harapan yang pernah aku gantungkan di sana.

Saat aku akhirnya tiba di tempat yang sepi, aku membiarkan diriku tenggelam dalam kesedihan. Aku duduk di bawah pohon besar, menangis tanpa henti. Air mata ini seperti tidak akan pernah habis. Aku merasa dikhianati, tapi juga tahu bahwa Abang Ryu tidak sepenuhnya salah. Kami berdua terjebak dalam situasi yang tidak kami inginkan.

"Kenapa ini harus terjadi padaku?" gumamku pada diri sendiri. "Kenapa aku harus merasakan kehilangan yang begitu dalam? Apa salahku?"

Aku memeluk diriku sendiri, mencoba mencari kenyamanan di tengah keputusasaan ini. "Aku mencintaimu, Abang Ryu. Tapi kenapa semua ini begitu sulit? Kenapa kita harus terpisah? Apakah cinta kita tidak cukup kuat untuk melawan semua ini?"

Aku merasakan angin sepoi-sepoi yang biasanya menenangkan, tapi kali ini tidak ada rasa nyaman. Hanya ada rasa hampa yang semakin mendalam.

Hari ini aku bertemu Abang Ryu. Aku merasakan kebahagiaan saat melihatnya, tapi kebahagiaan itu cepat hilang saat aku melihat dia bersama wanita lain. Aku merasa cemburu, marah, dan sedih. Abang Ryu mengatakan bahwa dia masih mencintaiku, tapi banyak yang telah berubah sejak kami terakhir bersama.

Aku merasa hancur. Hatiku terasa seperti pecah menjadi ribuan keping. Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan. Aku mencintainya, tapi aku tahu bahwa situasi ini sangat sulit. Orangtua kami melarang kami untuk bersama, dan sekarang ada wanita lain dalam hidupnya.

Saat aku berdiri di bawah pohon apel, melihat Abang Ryu dan Hana berbicara sambil tertawa. Suara tawa mereka terdengar seperti duri yang menusuk hatiku. Kebencian yang kupendam selama ini mulai muncul ke permukaan, menguasai seluruh pikiranku. Hana, wanita yang berdiri di samping Abang Ryu, adalah penghalang antara aku dan cinta sejati yang telah lama kunantikan.

"Kenapa dia harus ada di sana?" gumamku pelan, suaraku dipenuhi dengan rasa sakit dan cemburu. "Kenapa dia yang mendapatkan waktu bersama Abang Ryu, sementara aku, jauh dan selalu sakit karena merindukanmu Abang Ryu."

Aku mengingat kembali hari-hari indah yang kuhabiskan bersama Abang Ryu. Semua kenangan itu terasa seperti mimpi yang kini telah hancur berkeping-keping. Setiap kali aku melihat Hana, kenangan itu semakin terasa jauh dan tak terjangkau.

"Hana, apa yang kamu miliki sehingga membuat Abang Ryu begitu tertarik padamu?" pikirku dalam hati. "Apakah senyumanmu? Kelembutanmu? Atau apakah kamu hanya hadir di saat yang tepat, saat aku tidak bisa berada di sana?"

Aku menggigit bibirku, mencoba menahan air mata yang hampir tumpah. Kebencian ini begitu kuat, seperti racun yang menyebar dalam aliran darahku. Aku tahu bahwa ini tidak sehat, bahwa menyalahkan Hana atas semua penderitaanku tidak akan mengubah apa-apa. Tapi perasaan ini sulit untuk diabaikan. Setiap kali aku mengingatnya, aku merasa marah, merasa diriku dirampas sesuatu yang berharga.

Di dalam diriku, ada suara yang berbisik, memintaku untuk berjuang, untuk merebut kembali apa yang menjadi milikku. Tapi ada juga suara lain, yang mengatakan bahwa mungkin sudah saatnya aku melepaskan, bahwa Abang Ryu mungkin sudah tidak lagi menjadi milikku. Aku terjebak di antara dua perasaan ini, kebencian dan keraguan, dan tidak tahu bagaimana cara keluar dari jeratannya.

Perasaan ini begitu berat, seolah-olah ada beban besar yang menghimpit dadaku. Aku merasakan kebingungan yang mendalam, terjebak di antara dua pilihan yang sama-sama sulit: melepaskan atau meneruskan perasaanku pada Abang Ryu.

"Haruskah aku melepaskan?" pikirku dalam hati. "Mungkin ini yang terbaik. Mungkin aku harus merelakan Abang Ryu dan menerima kenyataan bahwa dia mungkin sudah tidak lagi menjadi milikku."

Aku menatap ketika Abang Ryu yang sedang berbicara dengan Hana di kejauhan. Senyuman di wajahnya, cara dia memperlakukan Hana dengan begitu lembut, membuat hatiku terasa perih. Setiap kali aku melihat mereka bersama, rasa cemburu dan sakit hati itu semakin kuat. Aku merasa seperti seorang penonton dalam kisah cinta mereka, tersisih dan tidak berdaya.

"Tapi aku masih mencintainya," bisikku pelan, hampir tak terdengar. "Aku masih merasakan cinta yang sama seperti dulu. Bagaimana mungkin aku bisa melepaskannya begitu saja?"

Aku teringat pada janji yang pernah kami buat. Janji untuk selalu bersama, untuk saling mendukung dan mencintai. Janji itu masih ada dalam hatiku, terukir begitu dalam. Tapi kenyataan yang ada di depan mataku membuatku ragu. Apakah janji itu masih berarti? Apakah Abang Ryu masih merasakan hal yang sama?

"Mungkin meneruskan perasaan ini adalah kesalahan," kataku dalam hati, mencoba menenangkan diriku sendiri. "Mungkin dengan terus memegang perasaan ini, aku hanya akan menyakiti diriku sendiri lebih dalam."

Tapi melepaskan Abang Ryu bukanlah hal yang mudah. Aku telah menghabiskan begitu banyak waktu memikirkan masa depan bersama, membayangkan kebahagiaan yang bisa kami raih. Melihatnya bersama Hana, aku merasa seperti mimpi itu hancur berkeping-keping. Bagaimana mungkin aku bisa melupakan semua kenangan indah itu? Bagaimana mungkin aku bisa melanjutkan hidup tanpa dirinya?

"Apa yang harus aku lakukan?" pikirku sambil menghela napas panjang. "Apakah aku harus berjuang untuk cinta ini, ataukah aku harus merelakannya dan mencari kebahagiaan lain?"

Aku merasa terjebak di antara dua pilihan yang sama-sama menyakitkan. Jika aku memilih untuk melepaskan, aku harus menghadapi kenyataan bahwa Abang Ryu mungkin tidak akan pernah menjadi milikku lagi. Aku harus belajar untuk hidup tanpanya, menemukan cara untuk bahagia tanpa kehadirannya. Tapi jika aku memilih untuk meneruskan, aku harus berjuang melawan perasaan cemburu dan sakit hati setiap kali melihatnya bersama Hana. Aku harus siap menghadapi kemungkinan bahwa perjuanganku mungkin tidak akan membuahkan hasil.

"Ringa, kamu harus kuat," kataku pada diri sendiri. "Kamu harus membuat keputusan yang tepat, meskipun itu berarti harus menghadapi rasa sakit."

Keesokan harinya, aku pergi ke kebun apel, menatap langit yang mulai berubah warna menjadi oranye saat matahari mulai tenggelam. Cahaya senja itu memberikan sedikit ketenangan, seolah-olah alam mencoba menenangkan hatiku yang gelisah. Aku tahu bahwa apapun keputusan yang aku ambil, itu tidak akan mudah. Tapi aku harus membuat pilihan, aku harus mengambil langkah ke depan.

"Mungkin melepaskan adalah jalan terbaik," pikirku akhirnya. "Mungkin dengan merelakan, aku bisa menemukan kedamaian dalam diriku sendiri. Aku harus belajar untuk mencintai diriku sendiri sebelum mencintai orang lain."

Namun, dalam lubuk hatiku, masih ada secercah harapan. Harapan bahwa suatu hari nanti, mungkin Abang Ryu akan kembali padaku. Harapan bahwa cinta kami masih memiliki kesempatan untuk tumbuh kembali. Aku tahu bahwa harapan itu mungkin hanya ilusi, tapi aku tidak bisa sepenuhnya mengabaikannya.

Abang Ryu menghampiriku di kebun apel dan sebelum aku berbicara, dia memutuskan dan mengungkapkan perasaannya terlebih dahulu, aku sudah tahu, dia ingin berpisah denganku.

Aku menghela napas panjang, merasa sedikit lebih lega setelah mendengarnya mengungkapkan perasaanya. "Apapun yang terjadi, aku akan tetap kuat. Aku akan menemukan jalanku sendiri, dengan atau tanpa Abang Ryu."

Dengan itu, aku meninggalkan kebun apel, pulang ke Kotaku, membawa serta semua kenangan dan perasaan yang bercampur aduk. Aku tahu bahwa perjalanan ini masih panjang, tapi aku siap untuk menghadapi segala tantangan yang ada di depan. Aku akan melanjutkan hidup, dan apapun yang terjadi, aku akan menemukan kebahagiaan dalam diriku sendiri.

1
ᴋɪᷡɴᷟɢ
Cerita ini kompleks, jujur unexpect banget ternyata Inggit ada hubungannya dengan bapaknya Ringa. Dunia memang sesempit itu, gue penasaran bgt sama lanjutannya, buat Author walaupun ceritanya sepi, sampai disini gue akuin ini cerita bener-bener masterpiece, gue gak nyangka dan diluar nalar banget.. bikin cliffhanger yang bagus di setiap episodenya, gila author nya diluar nalar cooook
Mitsuha
Itu kebun apelnya Abang Ryu sama Ringa, maen ngomong kita aja
Mitsuha
Novelnya bagus bangeeeet🫶🏻🫶🏻🫶🏻
流大伊佐山豊
Cepet banget, update thooor update
流大伊佐山豊
Laura idup lagi?
流大伊佐山豊
Apel
流大伊佐山豊
Gila sih, apasih lawak woy lawak.. meninggal? tiba2 bangeeeeeeeeeet
流大伊佐山豊
Hana b*b*
流大伊佐山豊
Ryu nih masih naif, apakah dia akan jadi Xu Zhu?
流大伊佐山豊
Anzaaaaaay Ryu dan Ringa ga siiii 😂😂
流大伊佐山豊
Ryu dan Hana ga sih 😂
流大伊佐山豊
Lah emang bener kata si Hana, Ryu ini bener-bener gak bisa lepas dari Ringa.. tapi Hana juga ya elah Hana Hana
流大伊佐山豊
Stress nih cewe
流大伊佐山豊
Kocak banget Hana, astagaaa
流大伊佐山豊
Niat banget si Laura
流大伊佐山豊
Laura.. Beautiful name
流大伊佐山豊
Asli keluarganya Ringa kelewatan
ona
hana redflag banget woy /Right Bah!/
ona
eh hana bjir banget /Panic/
流大伊佐山豊
Orangtuanya Ringa kolot ya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!