Ima seorang gadis desa yang datang dari kampung ingin mengubah kehidupan keluarganya. Ia bekerja di sebuah mini market sebagi seorang kasir. Disanalah berkenalan dengan seorang pria yang membuatnya jatuh cinta.
Gayung bersambut cinta Ima berbalas. Laki - laki itu ternyata juga menyukai Ima. Hubungan mereka makin hari makin dekat,hingga laki - laki itu melamar Ami menjadi pendamping hidupnya.
Awal menikah hidup Ima berubah,rasanya begitu bahagia karna mendapatkan suami yang begitu perhatian. Tapi bencana itu datang saat ia sudah mempunyai seorang anak,sikap suaminya mulai dingin. Ada apa gerangan yang terjadi? apalagi Ima pernah memergoki suaminya menelpon seorang perempuan dengan kata - kata yang tidak sepantasnya . Apakah suaminya sudah bermain api di belakangnya? Bagaimana kelanjutan rumah tangga Ima dengan suaminya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ima Susanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12
Pekerjaan Ima jadi bertambah semenjak ia mengiyakan ajakan kerja sama dengan Papa Bimo. Untung ia hanya bertugas sebatas dikantor saja,kalau di luar kantor bukan tanggung jawab dia lagi.
Hari pertama berjalan lancar,Bimo hari ini bersikap biasa - biasa saja. Ia terlihat mulai serius bekerja,apakah ia mengetahui rencana papanya?
"Tumben pak Bimo hari ini ga kedatangan pacarnya? atau apa dia tau rencana papanya ya?" gumam Ima.
"Hmmkk..." terdengar suara deheman dari belakang Ima, ia jelas saja kaget dan langsung memutar kursinya.
"Eh,bapak." Ima terlihat gugup saat melihat Bimo berada di belakangnya.
"Tadi kamu ngomong apa?" tanya Bimo.
"Ga ngomong apa - apa ,pak. " jawab Ima.
"Mati gue,apa pak Bimo mendengar gue ngomong tadi ya?"bathin Ima dengan wajah memucat tapi sebisa mungkin ia mencoba bersikap biasa - biasa saja.
"Kaya orang gila saja ,ngomong sendirian. " ujar Bimo sambil duduk di depan meja Ima.
"Ada yang bapak butuhkan?" tanya Ima berusah tersenyum menutupi rasa gugupnya.
"Kamu nanti malam ada acara ga?" tanya Bimo sambil memainkan pulpen yang ia ambil di meja Ima.
"Kaya ga ada,pak. Emang kenapa pak?" tanya Ima.
"Kamu bisa ga temanin saya pergi ke acara ulang tahun perkawinan teman saya?" ajak Bimo.
"Pacar bapak mana?" tanya Ima takut - takut.
"Lagi keluar kota bersama keluarganya. " jawab Bimo sendu. " Kamu bisa kan temani saya malam ini?please saya ga ada teman nih." mohon Bimo memelas.
"Aduh gimana ya,pak. Saya ga enak sama pacar bapak,saya takut pacar bapak marah dan nanti menyerang saya." tolak Ima halus.
"Kalau urusan gitu kamu tenang aja,aku jamin pacar saya tidak akan marah." jawab Bimo sambil tersenyum manis pada Ima membuat Ima salah tingkah.
"Tapi,pak. Saya ga punya baju pesta." Ima berusah menolak ajakan Bimo dengan alasan lain.
"Gampang itu,yang penting kamu ikut saya saja." Bimo mengedipkan matanya ke arah Ima.
"Tapi pak..." Ima tidak bisa melanjutkan kata - katanya karna keburu di potong Bimo.
"Jam 3 nanti aku tunggu kamu di parkir." Bimo langsung beranjak masuk keruanganya.
Ima cuma bisa menggeleng - geleng kepala melihat tingkah kocak Bimo.
Seperti janjinya jam tiga Bimo sudah menunggu Ima di parkiran. Ia sudah mengirim pesan ke Ima supaya cepat turun kebawah. Ima yang takut kena marah Bimo bergegas membereskan meja kerjanya dan turun kebawah menemui Bimo.
Bimo menyuruh Ima masuk kedalam mobil,Ima cuma menurut. Mobil Bimo berjalan perlahan meninggalkan parkiran kantor menuju sebuah butik langganan keluarganya.
"Eh,ada mas Bimo." sapa seorang karyawati yang cantik dengan ramah sepertinya karyawati itu sudah mengenal Bimo.
" Kamu tolong carikan baju yang pas untuk gadis ini,sekalian dandani juga!" perintah Bimo.
"Siap,mas Bimo. Mari mbak ikut saya." karyawati itu membawa Ima ke sebuah ruangan untuk mencoba beberapa baju.
Baju yang pertama Bimo tidak suka karna terlalu terbuka, lalu Ima berganti baju yang kedua Bimo pun tidak suka karna tidak sesuai dengan seleranya. Hingga baju ke enam baru Bimo menganggukan kepalanya.
Ima merasa kesal dengan Bosnya itu,"bolak balik ganti baju dikira ga capek apa? " gerutu Ima dalam hati.
Ima mulai di make over oleh perias butik,orang yang dasarnya cantik di apain aja tetap cantik.
"Sempurna." ujar perias sambil menyapu riasan terakhirnya pada wajah Ima.
"Mbaknya cantik amat,saya yakin pak Bimo akan pangling." puji karyawati tadi yang menyambutnya saat tiba di butik ini. Membuat pipi Ima merona mendengar pujian karyawati itu.