Apakah pengasuh hanya berlaku untuk bayi dan anak-anak?
Ariana, gadis berusia 22 tahun di janjikan upah cukup besar hanya untuk mengasuh putra dari seorang duda kaya raya.
Kenakalannya sudah tak bisa di tolerir, namun sang ayah yakin jika Ariana mampu mengubah sifat anak remajanya itu.
Akankah Ariana berhasil menaklukkan anak remaja itu? Atau justru timbul konflik yang rumit di antara mereka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fitri Widia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kebohongan yang Terungkap
”Permisi!”
Teriakan Yatno membuat Ariana yang sedang merapikan kamar majikan keluar menghampirinya. Di tambah lagi suara mangkuk yang dipukul sendok menambah kesal gadis itu.
”Ada apa lagi Pak Yatno?” Tanya Ariana yang kesal dengan tingkah tukang bakso itu.
”Seperti biasa, anak dari pemilik rumah ini menabrak gerobak bakso saya dengan motornya.”
Ariana mengernyitkan alisnya setelah mendengar kalimat yang keluar dari mulut pak tua itu. Dia pun membuka pintu kecil di sisi gerbang, lalu keluar dan melihat wujud dari tukang bakso itu.
”Sebentar yah Pak, saya harus ambil foto bapak dulu. Jadi nanti majikan saya tahu kalau bapak sering rugi sama anaknya.”
Ariana mengambil foto Yatno dan gerobaknya, dengan memikirkan sebuah rencana yang mungkin bisa membuat tukang baso ini tak berani lagi menipu.
”Tapi maaf Pak, hari ini bukan keberuntungan bapak. Karena anak pemilik rumah ini tidak membawa motor sendiri melainkan di antar dengan mobil,” kesal Ariana yang kini tahu jika tukang bakso ini sudah menipu berkali-kali.
Mendengar hal itu, wajah Yatno nampak panik. Kini dia tak bisa menipu lagi pemilik rumah mewah ini, apalagi gadis di hadapannya telah memiliki fotonya.
”Saya akan bayar kamu satu juta. Asal foto saya di hapus,” ucapnya dengan wajah panik.
Ariana tak menggubris, dia tak pernah iba pada orang yang berani menipu meskipun dia sudah tua.
Gadis itu pun segera masuk ke dalam rumah majikannya dan menghampiri Bi Ipeh yang sedang merawat tanaman.
”Bi Ipeh,” panggil Ariana pada pembantu senior itu.
”Ada apa Ari?” Tanya Bi Ipeh yang sedang menyiram bunga mawar di taman belakang.
”Ternyata Pak Yatno itu sudah menipu kita berkali-kali. Kalau saja Tuan Arga tidak menyita motor Tuan Muda, mungkin hal ini tak akan bisa terungkap.”
”Itu sudah pasti, tapi karena Tuan Arga tak pernah mau memperpanjang masalah, selalu dijadikan kesempatan oleh orang-orang licik seperti si Yatno. Apa Tuan menitipkan uang pegangan padamu?”
Ariana menganggukan kepalanya, Bi Ipeh pun meminta agar uang itu di simpan saja. Karena dia yakin hari ini tak akan terpakai.
”Bi, sebentar lagi kan Tuan Muda istirahat makan siang. Bibi tolong siapkan, saya juga mau siapkan baju ganti untuknya pulang nanti.”
Bi Ipeh menganggukan kepalanya, dia yang tentu saja menyayangi Tuan Muda pasti menyiapkan yang terbaik bagi Arkana. Sementara Ariana menyiapkan pakaian ganti dan juga piyama yang akan di pakai untuk malam ini.
Ariana pun siap berangkat ke sekolah Tuan Muda. Dengan memakai jaket oversize dan juga sepatu sneakers berwarna putih, membuat seragamnya terlihat seperti dress biasa. Tak lupa tas bekal yang dia bawa untuk makan siang majikannya.
Beni dengan sigap membuka pintu untuk gadis itu, dan setelahnya dia berlari menuju tempat kemudi. Segera supir tampan itu membawa mobilnya melaju cepat menuju sekolah majikannya.
Mobil pun sampai di sekolah, bertepatan dengan bel istirahat yang berbunyi. Ariana yang tak tahu dimana kelas Arkana, bertanya pada beberapa siswa disana.
”Oh, si Arkana bule itu. Ini kelasnya,” tunjuk seorang siswa yang menunjuk kelas di hadapannya.
Ariana pun segera masuk ke dalam kelas dan mendapati tiga siswa di sana, yang salah satunya adalah sang majikan.
”Bos, tuh baby sitter datang. Hahaha,” Dimas tertawa melihat Ariana yang datang ke kelas dengan membawa kotak bekal, di susul oleh Rio yang tertawa.
...~~~...
”Gue udah bilang gak mau makan siang, kenapa sih punya pengasuh keras kepala banget.”
Arkana tak menyentuh kotak bekal itu, sementara Ariana sendiri tak akan pulang jika majikannya tak memakannya.
”Ya sudah bos, dari pada mubazir mending ini buat kita. Ya kan Dim? Mana kita juga dilarang ke kantin,” Rio segera meraih kotak bekal yang tak di sentuh oleh Arkana. Pemuda itu pun membukanya dan melihat beberapa menu kesukaan Arkana.
”Wow, udang asam manis. Terus ini egg roll, sama beef enoki. Beneran nih bos, gak mau makan.”
Arkana tak bergeming mendengar perkataan Dimas, walaupun perutnya lapar dan makanan yang di hadapannya adalah favoritnya, dia tetap diam sebagai bentuk protes.
”Tuan Muda, kalau anda seperti ini maka Tuan Besar akan semakin marah,” ancam Ariana yang tak membuat Arkana takut.
”Justru ini kan yang loe mau!”
”Maksud Tuan Muda apa?” Tanya Ariana bingung.
”Motor dan dompet yang di sita sama papa, itu karena loe kan? Kemarin malam loe pergi berdua sama papa, habis ngapain? Apa jangan-jangan loe mau godain papa, dan datang berpura-pura sebagai pengasuh?”
Emosi Arkana tersulut, dia tak pernah menyangka jika kedatangan gadis ini ke rumahnya akan membawa kesulitan baginya dalam semalam. Bukankah kemarin dirinya bersenang-senang menjahilinya, lalu kenapa sekarang dirinya seolah kalah.
”Tuan muda, terserah anda mau berkata atau menuduh saya apapun itu. Tapi yang jelas semua ini keputusan Tuan Besar. Dan karena hal ini pula, saya jadi tahu jika tukang bakso itu penipu.”
Arkana terdiam mendengar penjelasan pengasuhnya, tukang bakso mana? Sementara dia hanya pernah sekali menabrak gerobak bakso, itupun 3 bulan yang lalu.
Sementara itu, Rio dan Dimas terus beralih pandangan ketika dua orang di hadapannya saling melempar kalimat, sembari menikmati masakan Bi Ipeh.
”Bos udah bos, makan dulu. Dinginkan pikiran, isilah perut. Ini kita masih sisakan kok makanannya,” ucap Rio dengan mulut penuh mencoba menenangkan Arkana.
Arkana pun akhirnya duduk dan mengambil makanan yang untungnya masih tersisa. Setelah kotak bekal itu kosong, dia berikan pada pengasuhnya dan mengusirnya.
”Sana pulang, emosi banget lihat muka lu!”
Ariana segera pergi menuju mobil yang sudah di tunggu oleh Beni, seperti biasa dia membukakan pintu untuk gadis itu.
”Kemana senyum manisnya? Kok jadi hilang?”
Perkataan Beni membuat Ariana tersenyum. Cukup sakit rasanya jika dia yang berniat bekerja malah di musuhi oleh majikannya sendiri.
”Kalau Tuan Muda bicara yang lain-lain, jangan di dengar. Dia memang begitu, tapi bukan dia yang ngasih kita upah kan? Untung saja Tuan Arga baik, itulah yang membuat saya betah kerja disini.”
Penjelasan Beni menenangkan Ariana, dia seharusnya bisa berpikir seperti itu dan bertahan bekerja demi ibu dan adiknya.
Kedua orang itu pun terlibat obrolan yang cukup menarik, Ariana merasa nyaman dengan Beni yang dewasa. Dia kini memiliki teman untuk saling berkeluh kesah.
Tak terasa, mereka pun sampai di rumah sang majikan. Saat Ariana masuk ke dalam rumah, dia melihat Arga yang sedang mondar mandir sambil memainkan ponselnya di ruang tamu.
”Selamat siang Tuan Besar, saya sudah mengantar makan siang untuk Tuan Muda.”
Arga memperhatikan Ariana dari atas ke bawah. Gadis itu sangat cantik, apalagi dengan rambut terurai dan bando mutiara yang dipakainya.
”Ada laporan mengenai Arkana?”
”Tak ada laporan mengenai Tuan Muda, tapi saya mau menunjukan sesuatu.”
Ariana menunjukan foto seorang tukang bakso pada majikannya. Dia pun menceritakan jika orang ini ternyata penipu yang selalu mengatakan jika dia ditabrak oleh Arkana.
”Ya, salah saya yang selalu menggunakan uang. Sampai tak sadar jika ada yang memanfaatkan keadaan seperti ini. Terima kasih, kita bisa tahu hal ini karena saran kamu.”
Gadis itu pun segera pergi menuju dapur dan mencuci kotak bekal makan siang Arkana. Namun tuduhan Arkana masih saja terngiang di telinganya, membuat gadis itu merasa harga dirinya begitu rendah.