Kisah sepasang CEO yang merintis bisnis mereka dari nol dan pernah berkecimpung di dunia bawah, keduanya memiliki masalah dengan keluarga dan hubungan toxic mereka masing masing sehingga mereka sulit untuk mempercayai orang orang di sekitar mereka.
Mereka menggunakan dua nama, nama untuk di dunia bisnis sebagai CEO dan nama untuk kehidupan pribadi mereka. Mereka juga memilih hidup sederhana dan mengerjakan pekerjaan yang menjadi hobi mereka. Namun keduanya ternyata tinggal di sebuah apartemen dan unit mereka persis bersebelahan.
Tanpa mereka sadari, mereka ternyata klik dan saling jatuh cinta, namun mereka memakai identitas kehidupan pribadi mereka, tanpa mengetahui sisi kehidupan bisnis mereka satu sama lain walau perusahaan mereka bekerja sama. Walau saling mencintai, keduanya menyimpan rahasia terhadap satu sama lain sampai terbongkar suatu hari nanti.
Akankah mereka bahagia atau malah sebaliknya ?
Genre : Urban, fiksi, komedi, drama, sedikit action, psikologi
100% dewasa.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mobs Jinsei, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 29
Setelah masuk ke dalam kantornya, Ethan keluar sekali lagi untuk menemui Clara di ruang interview. “Klek,” Ethan membuka pintunya, dia melihat seorang wanita yang cantik dan sedikit mirip dengan Elena namun sedikit kurus yang nampaknya bukan kurus yang sehat, memakai pakaian yang nampaknya mahal dan bermake up tebal. Ethan bisa melihat sebuah koper besar di sebelah kursi nya. Dia melihat Ethan masuk dan tersenyum sambil sedikit menunduk. Ethan menutup pintunya dan duduk di seberangnya, dia merapihkan jas nya dan meletakkan sesuatu di bawah meja.
“Selamat pagi pak Eric,” sapa Clara sambil berdiri dan menjulurkan tangannya.
“Selamat pagi bu....”
“Clara, nama saya Clara,” balas Clara meneruskan ucapan Ethan sambil menjabat tangan nya.
Kemudian mereka duduk kembali di kursi masing masing, setelah merapihkan jasnya, Ethan bersandar sambil menyilangkan kakinya,
“Ada apa ibu mencari saya ?” tanya Ethan santai.
“Begini pak Eric, saya kemari hanya ingin bertanya pada anda, saya lihat anda kenal kakak saya, namanya Elena, benar ?” tanya Clara.
“Hmm kenapa anda bisa berasumsi saya mengenal kakak anda,” jawab Ethan.
Clara mengambil smartphone barunya dari dalam tas tangannya, kemudian dia membukanya dan menaruhnya di meja kemudian mendorongnya ke hadapan Ethan. Mata Ethan sedikit membulat ketika melihat foto dirinya berciuman dengan Elena di lantai dansa, namun dia tetap menjaga ekspresinya agar tenang.
“Hmm orang di foto ini mirip dengan saya,” ujar Ethan santai dan tenang.
“Jadi anda mengatakan kalau orang di foto ini bukan anda ?” tanya Clara.
“Benar, dia bukan saya,” jawab Ethan konsisten.
Clara terdiam, namun Ethan bisa melihat kalau dia sebenarnya tidak percaya dengan kata katanya dan pikirannya mencari cara untuk memutarbalikkan agar dirinya mengakui kalau dirinyalah yang mencium Elena di lantai dansa.
“Kakak saya seorang perawat di rumah sakit dan foto ini di ambil ketika pesta perayaan nama rumah sakit, kebetulan saya seorang dokter di rumah sakit yang sama namun berada di kota lain, saya kemari ingin mencari petunjuk tentang kakak saya sebab dia menghilang,” balas Clara.
“Oh begitu, saya turut prihatin (hmm dia tidak terlihat seperti dokter),” balas Ethan santai.
“Maaf saya sudah mengganggu waktu anda, apa boleh saya minta nomor anda ? mungkin anda bertemu kakak saya di jalan,” balas Clara.
“Mungkin anda bisa menghubungi saya di kantor saja, tapi mohon maaf sebelumnya, karena kesibukan, saya jarang berada di kantor,” balas Ethan tersenyum.
“Baiklah kalau begitu, saya permisi dulu,” balas Clara berdiri dan tersenyum.
“Baik, terima kasih sudah berkunjung bu Clara,” balas Ethan sambil berdiri siap mengantar Clara keluar.
Namun belum sempat mengantar Clara keluar, “driiiiing,” smartphone Ethan berbunyi, dia melihat conference call dari Emily, Brad dan Lily tampil di layarnya. Tanpa ragu Ethan mengangkat nya, dia melihat wajah Emily yang cantik dan sudah mengenakan blazer, kacamata, rambut di ikat ponytail dengan background ruang meeting yang masih kosong dan Jenny di sebelah nya sebagai notulen, conference call itu juga menampilkan wajah Brad dan Lily di kantor masing masing, di dampingi tim masing masing.
“Baiklah, selamat pagi pak Eric CEO dari Reed’s Garage, pak Brady CEO dari Power Logisgtic dan bu Lily CEO dari ALC Construction, hari ini kita mau membicarakan mengenai poin poin yang akan kita tulis di kontrak perjanjian kita bersama,” ujar Emily.
Clara yang mendengar suara Emily langsung terkesiap, dia bergeser kemudian berdiri di belakang Ethan dan mengintip layar smartphone Ethan, mata Clara membulat ketika melihat wajah Emily, matanya melirik melihat nama Emily, jabatan dan nama perusahaan nya di layar.
“Kakak ?” tanyanya spontan.
Ethan langsung menoleh kebelakang dan melihat Clara berdiri di belakangnya, wajah Emily pun kaget melihat Clara ada di belakang Ethan,
“Kamu sedang ada tamu Ric, bukankah kita janji jam 9 ?” tanya Brad.
“Ah iya, aku baru saja mau keluar, aku akan pindah menggunakan laptop, mohon di undang lagi dalam waktu lima menit, maaf,” jawab Ethan sambil melirik Clara dan mematikan smartphone nya.
Tanpa menunggu reaksi Clara, Ethan langsung keluar dari ruang interview meninggalkan Clara yang bingung sendirian di dalam.
“Kakak...CEO dari Good Eye’s ? tapi namanya Emily dan kakak kan tidak pakai kacamata, aku harus menggali soal kak Elena lebih dalam lagi, aku jadi tidak yakin dengan foto yang ku miliki ini, sekarang aku cari hotel dulu dan pikirkan langkah selanjutnya,” ujar Clara dalam hati.
******
Sementara itu, setelah keluar dari gedung milik Ethan, Katie terus bejalan di sepanjang trotoar di wilayah bisnis sedangkan Lauren dan Jake mengikuti nya di belakang.
“Kak Katie, tunggu,” teriak Jake.
Walau mendengar teriakan Jake, Katie terus berjalan tanpa arah tujuan sama sekali dan cepat. Lauren dan Jake terus mengejar nya. Akhirnya mereka malah sampai di sebuah pertokoan dan menjadi bingung,
“Ini dimana ?” tanya Lauren.
“Tidak tahu, coba aku lihat di map dulu,” jawab Jake.
“Kalian ada uang ? kita pulang naik taksi saja,” balas Katie.
“Ga ada kak, lagian kenapa sih jalan begitu cepat dan tanpa arah, sekarang kita jadi nyasar ke tempat ga jelas,” balas Lauren.
“Aku kesal....aku masih belum puas, aku harus ketemu Ethan sekali lagi, aku harus minta penjelasan dari dia tentang kapan dia bersama perempuan yang kata kamu perawat itu,” ujar Katie geram.
“Aduh kak, sudah dong, memang ga ada cowo lain apa,” balas Lauren.
“Kamu bicara enak, kamu belum menikah, aku sudah lima tahun bersama Ethan, tidak mungkin dia secepat itu menggantikan ku dengan perempuan lain, memangnya perjalanan kita selama lima tahun tidak ada artinya hah,” ujar Katie emosi.
“Kita di pertokoan distrik selatan, cukup jauh dari kantor kak Ethan, gimana nih ?” tanya Jake sambil memperlihatkan smartphone nya.
“Kalian tidak ada uang ?” tanya Katie.
“Tidak ada kak,” jawab Jake.
“Aaaah gimana sih, ya udah (memeriksa sekitar dan melihat toko gadai emas) kita kesitu,” ujar Katie sambil melepas gelang yang di pakainya.
Tanpa menunggu jawaban Lauren dan Jake, Katie berjalan ke arah toko gadai emas dan masuk ke dalam, dia langsung bertanya kepada pegawai pria paruh baya yang berdiri di konter.
“Ada yang bisa di bantu ?” tanya sang pegawai.
“Ini berapa kalau di jual,” jawab Katie sambil menaruh gelang emas nya di meja konter.
“Jual emas ya, bisa,” balas sang pegawai.
Sang pegawai mengambil gelangnya dan memeriksa nya, dia menimang nimang berat emasnya dan menggoreskannya ke kain hitam, setelah itu dia menuangkan semacam cairan untuk memeriksa kadar emasnya,
“Hmm emas murni 24 karat dan beratnya 3 gram, harga emasnya $ 325,-, harga jual $ 304,-, tapi kalau di lihat ini gelang kuno ya ?” tanya sang pegawai.
“Iya, ini warisan nenek ku,” jawab Katie.
“Hmm kalau mau jual sesuai harga emas saja bisa, tapi apa tidak sebaiknya di appraisal dulu untuk melihat nilai sejarahnya ? siapa tahu berharga kan,” balas sang pegawai.
“Bisa taksir harganya ?” tanya Katie.
“Soal kuno atau tidak nya, kita tidak bisa, kita hanya menaksir harga emas, apa anda mau menjual dengan harga emas saja ?” tanya sang pegawai.
“Tidak, dimana kalau mau apraisal ? ini peninggalan nenek saya dan hanya satu satunya, saya tidak mau kalau hanya menjual dengan harga emas,” jawab Katie.
“Oh kebetulan di sebrang ada toko jual beli dan lelang barang antik, di sana ada appraisal nya, silahkan ke seberang,” ujar sang pegawai.
“Baik terima kasih pak,” balas Katie.
Mereka pun keluar dan langsung melihat sebuah toko jual, beli dan lelang barang antik bernama Good Eye’s store. Tanpa menunda lagi, Katie, Lauren dan Jake menyebrangi jalan kemudian masuk ke dalam toko. Di dalam, ada seorang pegawai pria yang terlihat masih muda dan seorang pegawai wanita yang sepertinya seniornya berdiri di belakang konter. Di sekeliling mereka terlihat banyak guci antik, senjata antik, topeng topeng antik, koin antik yang di susuk rapi di dalam bingkai dan masih banyak lainnya.
“Ada yang bisa di bantu ?” tanya sang pegawai pria karena melihat Katie, Lauren dan Jake yang nampak bingung.
“Oh iya, saya mau menjual ini,” jawab Katie sambil memberikan gelangnya kepada sang pegawai.
Sang pegawai langsung mempelajari gelangnya, dia memakai kaca pembesar untuk melihat tulisan di gelang kemudian dia berdiskusi dengan seniornya, setelah selesai dia langsung berbicara kepada Katie.
“Gelang ini sudah berusia lebih dari 1500 tahun lalu, ini sebenarnya gelang warisan keluarga kerajaan jaman dahulu, kalau di nilai dari harga sejarah, kelangkaan nya dan emasnya yang hanya 3 gram karena sudah terkikis waktu, mungkin bisa laku sampai $ 2000,- di lelang, apa anda ingin melelangnya ?” tanya sang pegawai.
“Lelang ? kalau di jual saja apa tidak bisa ?” tanya Katie.
“Hmm bisa, tapi kita hanya bisa beli seharga $ 1200,- karena kita harus melelangnya dan tentu ada biaya lelangnya,” jawab sang pegawai.
“Hei, gimana ?” tanya Katie sambil menoleh melihat Lauren dan Jake di belakangnya.
Tapi Lauren dan Jake sedang melihat sebuah foto seorang wanita yang bernama Emily dan di tulis sebagai pendiri Good Eye’s store. Lauren terlihat membandingkan foto di dinding dengan foto Ethan yang sedang berciuman dengan Elena di lantai dansa.
“Wanita itu....wanita yang berciuman dengan kak Ethan kan ? kamu lihat kan Jake ?” tanya Lauren.
“Iya ya, mirip sekali, kalau kacamata di lepas dan ikat rambutnya di lepas juga....sama,” jawab Jake.
“Kalian liat apa sih ? (melihat foto di dinding) itu foto siapa ?” tanya Katie.
“Oh itu foto ibu pendiri dan CEO perusahaan Good Eye’s auction and appraisal, namanya ibu Emily West,” jawab sang pegawai wanita di belakang.
Katie, Lauren dan Jake menoleh melihat pegawai wanita di belakang dengan wajah tertegun, kemudian mereka kembali melihat foto Emily di dinding dan membandingkannya dengan foto di smartphone Lauren.
“Tidak salah lagi, CEO ini orang yang ada di foto kak Lauren,” ujar Jake.
“Iya, aku juga yakin, kalau kak Ethan CEO, tidak mungkin kekasihnya perawat, lebih masuk akal kalau dia CEO juga, aku yakin ibu Emily ini pacar kak Ethan,” ujar Lauren.
“A..apa ? jadi perempuan di foto yang berada di smartphone Lauren CEO juga ? tidak mungkin,” balas Katie membantah walau dia sendiri juga tidak yakin dan jauh di dalam hatinya, dia menyadari kalau Ethan sudah berada di luar jangkauan nya walau dia sama sekali tidak mengakui nya.