My Little Angel

Angel menelan ludahnya kasar menatap Marvel yang berjalan mondar-mandir sambil menatapnya tajam.

"Ini apartemen ku dan kau harus menuruti semua peraturan yang aku berikan," ujar Marvel. "Ini," ucapnya lagi sambil menyodorkan secarik kertas pada Angel.

"Apa ini?" tanya Angel

"Kau bisa membaca, kan. Harusnya kau tahu apa itu?"

Angel berdecak pelan dan membaca isi dari kertas tersebut. Ia melebarkan kedua matanya dan memekik keras, "WHAT? Apa aku tidak salah? Kau ingin aku yang mengerjakan semua pekerjaan rumah? Kau gila ya?"

"Kau istri ku sekarang, tentu saja semua itu adalah tugasmu. Kau pikir dengan menjadi istri ku, kau bisa berleha-leha menikmati uangku, hah? tentu tidak. Aku akan membuatmu merasakan hidup di neraka. Dan kita akan memulainya dari sekarang," seringai Marvel.

Sudah Angel duga, Marvel mengajaknya tinggal di apartemen agar bebas menyiksanya. Tapi apa Angel akan menerimanya begitu saja? Tentu tidak.

"Aku tidak mau melakukan semua ini," ujar Angel sambil merobek-robek kertas tersebut menjadi kecil-kecil.

"Apa yang kau lakukan, hah?" sentak Marvel

"Aku seorang istri, bukan pembantu. Jika kau menginginkan seorang istri yang bisa melakukan semua ini, lebih baik kau menikah dengan pembantu saja. Kebetulan pembantu di rumahku ada yang masih lajang. Jika kau mau, aku bisa meminta Daddy untuk menikahkan kalian."

"Kau ... "

"Apa? Jangan kau pikir, aku akan mengalah begitu saja." Angel menarik kopernya, hendak ke kamar. Namun langkahnya terhenti, ia menghampiri Marvel dan berkata, "bukan aku, tapi kau yang akan merasakan hidup di neraka bersamaku," seringai Angel. Dia kembali menarik kopernya dan membawanya ke kamar.

"Bocah itu ... Sepertinya aku sudah salah menilainya. Baiklah, kita lihat!! sampai kapan kau betah tinggal bersamaku." Marvel memilih keluar untuk menenangkan diri. Rencana pertamanya gagal, tapi ia masih mempunyai rencana yang lain untuk membuat gadis itu jera dan meminta maaf padanya.

Ya, sepertinya dari awal Marvel sudah menaruh dendam pada Angel. Pertemuan mereka yang meninggalkan kesan tidak baik, membuat Marvel tidak suka dengan Angel.

...****************...

Angel merapikan bajunya dan memasukkan nya ke dalam lemari. Dia juga menata buku-buku pelajaran nya di meja yang akan ia gunakan untuk belajar nantinya.

"Hah, akhirnya selesai juga," ucapnya bermonolog. Ia menoleh kesana kemari dengan kening yang mengerut karena setelah ia ke kamar, ia tidak mendengar suara Marvel sama sekali. Apa dia pergi meninggalkannya begitu saja?

"Ck, apa peduliku. Biarkan saja jika dia pergi. Kamar ini menjadi milikku." Angel tertawa jahat. Ingin menindasnya? Tentu tidak bisa. Dia bukan gadis lemah yang bisa di perintah sesukanya.

Apalagi ia belum pernah sekalipun menyentuh peralatan kebersihan, bagaimana mungkin Marvel dengan tega menyuruhnya untuk mengerjakan semua pekerjaan rumah. Dia istrinya dan bukan pengasuh ataupun pembantunya.

Lagipula, dia masih sekolah dan tidak lama lagi akan menghadapi ujian kelulusan. Dia tidak mau dengan statusnya ataupun pekerjaan rumah membuatnya tidak bisa belajar dan mendapatkan nilai rendah.

Kruuk ...

"Aish ... Aku lapar," gumam Angel sambil memegang perutnya.

"Dia tidak ada di sini, lalu bagaimana aku makan? Aku kan tidak bisa masak," gerutu Angel

"Tidak, kau tidak boleh mengeluh apalagi mengandalkan pak tua itu, Angel. Kau harus membuktikan jika kau bisa." Angel yakin jika ia bisa melakukan apapun sendiri. Jadi, ia pergi ke dapur dan mulai mengeluarkan bahan makanan yang tersimpan di kulkas.

"Oke, apa yang harus aku lakukan? Tidak, tidak, tapi apa yang akan aku buat dengan bahan sebanyak ini?" gerutu Angel. Dia tampak bingung karena ia sama sekali belum pernah melakukan pekerjaan dapur. Jangankan memasak, memotong sayuran saja ia belum pernah. Lalu, bagaimana caranya ia akan mengeksekusi semua bahan makanan ini?

"Ayo berfikir Angel!! Kau selalu punya ide cemerlang, bukan?" Angel berjalan kesana kemari, memikirkan cara untuk membuat bahan mentah itu menjadi makanan lezat. Sampai ia mendapatkan ide cemerlang.

"Tanya kang utup ." Angel mengeluarkan ponselnya dan mulai melakukan pencarian cara memasak. Setelah menemukan video yang ia inginkan, dia memutar video tersebut dan mengikuti step by step cara memasak.

Angel terlihat hati-hati memotong sayuran dan meracik bumbu. Dan setelah semua selesai, ia mulai memasak sesuai dengan video yang ia lihat.

"Huummm, harumnya. Ternyata memasak mudah juga." Angel melanjutkan kegiatan masaknya dan setelah semua matang, ia memindahkan masakan di piring dan membawanya ke meja makan.

"Akhirnya selesai juga." Angel duduk di kursi dan hendak mengambil nasi bersamaan dengan Marvel yang baru saja datang. Pria itu mencium bau harum dari arah dapur dan kesana untuk mengeceknya.

"Apa yang kau lakukan?" tanya Marvel

"Apa kau buta? Sudah tahu aku mau makan, masih saja bertanya," gerutu Angel

Marvel berdecak kesal. Dia menatap makanan yang tersaji di meja mencium bau harum dari masakan tersebut. "Kau yang memasak semua ini?" tanya Marvel tidak percaya.

"Jika bukan aku, siapa lagi? Setan?" ucap Angel ketus.

"Sulit di percaya," gumam Marvel. Dia ikut duduk dan menyodorkan piring pada Angel. "Ambilkan aku nasi!!" perintahnya.

"Kau ... "

"Ingat pesan mommy, kau harus melayani suamimu," ujar Marvel

"Ah ya, aku lupa jika harus melayani pak tua seperti mu," sahut Angel yang membuat Marvel melotot seketika.

"Apa kau bilang? Pak tua? Hei bocah, aku bukan pak tua. Usiaku baru 28 tahun dan ... "

"What? 28 tahun?" Angel menghitung dengan jarinya dan berkata, "Lihat, usia kita bahkan terpaut 11 tahun. Kau dengar itu? 11 tahun. Kau beruntung mendapatkan gadis manis sepertiku. Sedang kan aku? Malangnya nasibku harus mengurus pak tua seperti mu," ujar Angel dengan ekspresi sedih

"Kau ... " Marvel mengepalkan tangannya erat dan menghela nafas panjang untuk meredam amarahnya. Dia menatap tajam Angel dan berkata, "bukan kau, tapi aku yakin bernasib sial karena harus menikah dengan bocah ingusan seperti mu."

"Apa kau bilang? Bocah ingusan? Usiaku sudah 17 tahun dan aku bukan bocah ingusan. Astaga, ini masih terlalu awal tapi aku sudah mendapatkan ujian berat dengan berdebat dengan pak tua seperti mu. Sepertinya aku membutuhkan stok kesabaran untuk menghadapi pak tua seperti mu."

"Kau benar-benar membuatku kesal bocah," geram Marvel.

Terlihat kilatan permusuhan dari tatapan keduanya. Tidak ada rasa takut dan keinginan untuk mengalah satu sama lain. Namun bunyi perut lapar keduanya membuat mereka salah tingkah dan terpaksa memutuskan tatapan keduanya.

"Kita tunda dulu permusuhan ini. Aku harus mengisi tenaga agar tidak kalah saat beradu mulut denganmu," ujar Angel

"Deal." Baik Marvel maupun angel bergantian mengambil nasi dan lauk pauk yang tersaji di meja. Mereka mulai memasukkan makanan ke dalam mulut masing-masing, namun tiba-tiba ....

"Hmmpp ... " Angel dan Marvel berlomba-lomba lari ke wastafel dan memuntahkan makanan mereka.

"Hoek ... Hoek .. Hoek , Kau membuat makanan atau racun, hah? Rasanya sangat aneh," sentak Marvel.

"Mana aku tahu rasanya seperti ini," gerutu Angel

"Kau tidak mencicipinya?" tanya Marvel yang di jawab gelengan oleh Angel.

"Astaga, jika terus seperti ini, lama-lama aku bisa mati keracunan." gerutu Marvel

Angel melebarkan kedua matanya sempurna. Dia mendorong Marvel hingga mundur beberapa langkah. Dia berkacak pinggang dan berkata, "tidak ada yang menyuruh mu makan masakan ku. Kau sendiri yang berinisiatif untuk makan sendiri. Kenapa sekarang kau berbicara seolah-olah aku ingin aku mempunyai niat buruk padamu?"

"Jika sudah begini, apa kau masih ingin aku mengerjakan semua pekerjaan rumah, hah? Kau tidak takut aku membakar apartemen mu?"

Marvel terdiam. Bayangan Angel saat membersihkan apartemen nya terlintas di pikirannya. Bukannya bersih, angel justru menghancurkan semua perabot rumah dan membakar apartemen nya karena kelalaiannya saat memasak. Tidak hanya itu, bukannya merasa bersalah, Angel justru tertawa jahat di depannya.

"NO!!" pekik Marvel yang membuat Angel terkejut.

"Kau sudah gila ya? Kenapa tiba-tiba kau berteriak?" sentak Angel.

Marvel hanya menatap Angel sambil menggelengkan kepalanya dan terus bergumam tidak jelas. Hal itu membuat Angel merasa ada yang aneh. Apalagi ekspresi Marvel yang seolah ketakutan dan pergi begitu saja.

"Dia kenapa? Aneh sekali," gumam Angel