Maaf, Aku Selingkuh Mas!

Berulang kali Alika membalikan tubuhnya di atas ranjang. Berusaha untuk memejamkan matanya, agar bisa terlelap dan tidur dengan nyenyak. Namun sayang, semuanya sia-sia saja baginya.

Permintaan papa Leo tadi sungguh sangat mengganggu pikirannya. Bagaimana tidak, permintaan itu di luar dugaannya. Selama ini papa Leo pasti menyimpan banyak luka. Mengapa raut wajahnya begitu sendu, saat meminta Alika membantu dirinya.

Separah apakah rasa sakit itu, hingga papa Leo kehilangan kepercayaan dirinya. Entahlah, hanya papa Leo yang tahu. Tentang semua yang pernah terjadi di masa lalu, tentu menorehkan luka yang sangat dalam. Satu yang pasti bahwa setiap keluarga tak luput dalam berbagai masalah, tinggal bagaimana kita menghadapinya.

Semakin Alika berpikir, jarum jam terus berputar teratur. Sampai-sampai Alika tak perduli, bahwa malam ini mas Bagas pun tidak masuk ke dalam kamar mereka ini. Apa pun yang akan dilakukan suaminya itu Alika sudah tak ingin memikirkannya lagi.

Dia hanya perlu fokus untuk menghadapi hari barunya besok. Semakin Alika berpikir semakin jantungnya berdegup kencang. Bahkan bersama mas Bagas pun, dia tak pernah kacau seperti ini perasaannya. Sebenarnya ada rasa bahagia menyelimuti hatinya kini, tapi dia khawatir.

Dan akhirnya Alika bisa tertidur, saat ayam jantan berkokok pertama kalinya.

****

"Selamat pagi nak, apa tidurmu nyenyak malam tadi?"

Tanya papa Leo, saat Alika turun dari lantai atas, lalu duduk di meja makan bergabung bersama kedua mertua dan suaminya.

"Jadi menantu, jangan biasakan bangunnya telat. Kasihan suami dan papa mertua kamu. Yang harusnya setiap pagi sarapannya diatur perhitungan kalorinya, agar selalu sehat. Tapi lihat, papa mertua dan suami kamu malah hanya makan buah saja," ucap mama Yanti ketus. Dalam hatinya sangat dongkol, melihat menantunya yang baru bangun kesiangan.

"Sudahlah mah, hanya masalah sepele."

Papa Leo membela Alika, membuat mama Yanti semakin kesal pada Alika.

Apa sih kelebihan Alika, hingga kasih sayang papa Leo selalu lebih condong kepada dirinya.

Pagi ini Alika memang bangun sedikit terlambat, hingga tak bisa menghidangkan makanan sehat buat papa Leo. Beruntung papa Leo mau mengerti keadaan sang menantu. Yang pastinya semalam dia kurang tidur.

Bukan tanpa alasan papa Leo bertanya, melihat wajah Alika dengan lingkaran hitam di matanya yang terlihat sangat jelas. Sebab Alika tidak suka berdandan. Cukup dengan membasuh wajah dan memberi polesan pelembab saja, itu sudah sangat menganggu dirinya, yang tak pernah ingin ribet dengan urusan kecantikan, seperti produk skin care, maupun make up.

"Iya papa, tidur Alika cukup nyenyak semalam, maaf Alika bangun kesiangan hingga nggak bisa bikin sarapan buat papa," jawabnya sambil menunduk malu, dengan rasa bersalah dengan apa yang sudah diperbuat olehnya.

Tapi papa Leo tahu, Alika sedang berbohong. Dia memilih diam lagi dan menghabiskan sarapannya.

Bagas dan mama Yanti hanya tersenyum sinis melihat penampilan Alika yang terlihat biasa saja di hadapannya. Apalagi Kalina sudah mengancam dirinya, tidak boleh lagi tidur sekamar dengan Alika. Dan Bagas mematuhi keinginan Kalina, dan memilih tidur di kamar tamu semalam.

"Kamu beruntung, Alika. Jika saja persyaratan saham untukku bukan karena keberadaan kamu sebagai istriku, sudah aku buang kamu jauh-jauh dari hidupku," gumam Bagas.

Merasa kesal melihat penampilan Alika, yang sangat jauh berbeda dengan Kalina.

Kalina sangat pandai menggunakan uang pemberian darinya. Dengan skin care mahal, pakaian-pakaian mahal mengikuti trendy masa kini. Membuat penampilan Kalina selalu fresh dan modis. Sedang Alika, jika dipikir, Bagas selalu rutin menafkahi dirinya, sangat banyak, melebihi pemberiannya pada Kalina. Bahkan papa Leo juga selalu mengisi rekening Alika dengan lembaran dolar Amerika.

Tapi Alika, apa yang dia lakukan dengan uang banyaknya. Sedang pengobatan ibuk nya, masih dalam tanggungan papa Leo. Ah, memikirkannya semakin membuat Bagas kesal. Dia memilih menghabiskan sarapannya, lalu berpamitan untuk segera berangkat ke kantor.

Alika hanya tertunduk diam, melihat tingkah Bagas, yang sama sekali tidak lagi menghargai dirinya sebagai istri. Ingin sekali, Alika meneriaki suaminya dan mengadukan perbuatannya pada papa Leo.

Tapi bagaimana kalau sesuatu akan terjadi pada proses pengobatan ibuk. Nyatanya Alika hanya perlu berdiam dan membiarkan alur jalan hidupnya terus berjalan. Dan kedepannya meski tanpa mas Bagas, Alika ingin terlihat baik-baik saja.

Tidak, aku tidak lemah.

***

Bagas dan papa Leo sudah berangkat kerja. Sedang mama Yanti juga kembali masuk ke kamarnya lagi. Alika mulai bersiap, menuju ke bandara.

Satu jam perjalanan, Alika sudah tiba. Dan dengan hati yang masih berdegup kencang. Banyak pertanyaan yang terpikirkan dalam isi kepala akan Alika tanyakan padanya. Lima tahun bukanlah waktu yang singkat.

Ada banyak rasa yang dia rasakan bercampur aduk, dan berkecamuk dalam hati dan pikirannya. Tapi Alika ingin berusaha tenang. Berusaha masuk ke bandara dengan tenang, mencari sosok yang akan dijemput olehnya.

Hampir tiga puluh menit dia menunggu di sana, hingga akhirnya sosok yang ditunggunya terlihat. Berjalan menuju ke arahnya.

"Apakah dia masih mengenal aku?" Tanya Alika dalam hatinya.

Wajah yang tak asing itu kini berdiri tepat di depannya. Pria tampan berkulit putih bersih bak aktor drama korea, dengan hidung mancung. Dan penampilannya yang sangat keren, berbeda dengan beberapa tahun lalu, sebelum dia keluar negri.

"Lalu senyum itu, di mana senyuman manis itu yang sering dia tampakkan dulu?"

Pekik Alika dalam hatinya, seolah sedang menjerit-jerit meminta sebuah jawaban.

Alika hanya terdiam di tempatnya berdiri. Sosok yang ditunggu olehnya kini benar-benar berada di hadapannya. Tapi, menjadi asing dan sangat canggung rasanya.

Saat Alika menantikan senyuman hangat yang dulu pernah ada. Kini hilang tak berbekas.

Wajah tampan, tatapan datar dan dingin tanpa senyuman, membuat Alika benar tersadar jika dia kini berbeda.

"Apa kita akan terus berdiri seperti ini hingga malam tiba?"

Tanya pria itu dingin tanpa ekspresi, pada Alika.

Deg

Mendengar suaranya, yang terasa berat dingin seolah tanpa perasaan, membuat Alika tersadar dari lamunannya.

Pria di hadapannya kini bukan pria yang dikenal olehnya selama ini. Pria yang kini berubah menjadi pria dewasa tanpa perasaan.

Jika saat mereka menghabiskan masa kecil bersama dengan saling berbagi keceriaan, tapi tidak lagi. Sekarang Alika bahkan tak tahu bagaimana cara memulai pembicaraan dengannya.

Sedang banyak pertanyaan yang sudah tersusun rapi di dalam otaknya, kini tiba-tiba berubah berantakan semuanya. Hingga Alika tak mampu lagi menyusun kembali setiap pertanyaan itu.

"Ehm, baiklah ayo ikut aku pulang," jawab Alika gugup.

Lalu menuntun pria itu menuju ke mobil yang sejak tadi menunggu di area parkir.

Sepanjang perjalanan, tak terdengar suara apa pun dari keduanya. Alika terlihat gugup setengah mati, ingin mencairkan suasana, dengan sebuah lelucon, apakah pria di sampingnya akan tertawa? Ah sudahlah, lupakan.

Alika hanya menundukkan kepalanya, sambil memainkan jemarinya, saking bingungnya dan tak bisa melakukan apa pun juga.

Tiba di rumah, saat membuka pintu utama, mata mama Yanti terbelalak melihat kepulangan putra tunggal suaminya, Keanu Dirgantara.