Seorang mafia yang kejam dan dingin menemukan dua bayi kembar yang cantik di dalam dus yang di letakkan di tempat sampah. Mafia itu merasa iba dan merawat mereka. Kadang dia kesal, lelah dan ingin rasanya melempar mereka ke belahan dunia lain. Itu karena mereka tumbuh menjadi anak yang jail, aktif dan cerewet, selalu menganggu kesenangan dan pekerjaannya. Namun, dia sudah sangat sayang pada mereka. Mereka juga meminta mami sampai nekat kabur karena tidak diberikan mami. Dalam perjalanan kaburnya, ada seorang wanita menolong mereka.
Wanita yang cantik dan cocok untuk menjadi mami mereka. Bagaimana usaha mereka untuk menjadikan wanita itu mami?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dakilerr12, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab.5
Sore hari di kediaman Alkana Leophard, semua sedang berkumpul di halaman.
"Kalian benar-benar... ah, bagaimana mungkin dua anak yang masih kecil, berumur delapan tahun bisa mengecoh kalian dan lepas dari pengawasan? Kalian memang bodoh dan lalai!"
"Maaf, Tuan!" Anton mewakili yang lain meminta maaf.
"Mereka pergi tanpa membawa ponsel, uang, alat pelacak mereka matikan. Bagaimana kalau terjadi sesuatu dengan mereka?" tanyanya pada semua orang yang berkumpul. Tidak ada yang menjawabnya.
"Anton cari mereka sampai ketemu! Sebentar lagi malam, mereka akan tidur di mana?" Alkan sangat khawatir. Anak-anak ini sangat keras kepala. Mereka kabur hanya karena dia tidak mengabulkan permintaan mereka yaitu memberi mami.
"Siap Tuan!" Anton bergegas pergi dari hadapan Alkan untuk menunaikan tugasnya.
***
Sementara itu di tempat lain, Dhara dan Dhira baru saja sampai di sebuah rumah yang sangat sederhana, tidak ada kamar tidur di rumah ini, hanya tiga ruangan yang disekat setengahnya, disisakan untuk jalan dari pintu depan lurus sampai pintu belakang. Ruangan depan digunakan untuk menerima tamu, juga menonton TV, tanpa sofa hanya karpet sebagai alas duduk.
Dhara dan Dhira sedang duduk berselonjor kaki di atas karpet. "Dhir, kita beneran tidur di sini? Maksudku kita serius mau kabur?" tanya Dhara.
"Iya, aku serius! Sampai Papi mau memberikan kita Mami! Lagi pula aku pikir, kita bisa mendekatkan mereka, bukan?"
"Kamu benar!" Selama ini memang apa yang mereka akan lakukan selalu Dhira yang memutuskan. Dhara hanya mengikuti. Tapi Dhira selalu mengikuti kemauan Dhara.
Seperti sekarang, Dhara yang selalu ingin mami dan selalu iri pada orang yang punya mami. Karena itu Dhira merencanakan semua ini agar papinya mewujudkan keinginan Dhara untuk punya mami. Menurut Dhira, kebahagiaan Dhara adalah yang utama.
"Kalian sepertinya asyik sekali ceritanya. Lagi bahas apa, sih?" tanya Anita yang muncul dengan membawa gorengan di atas piring.
"Biasa Kak, bahas masalah anak cewek, gak penting." Dhira menjawab sambil matanya melirik ke arah piring yang dipegang Nita.
"Kak, itu apa? Sepertinya enak?" tanya Dhara.
"Oh ini, cobain aja, nih!" Nita meletakkan piring itu di depan Dhara dan Dhira.
Dhara yang pertama mencicipinya, ini adalah pertama kali dia makan cemilan seperti ini. "Enak Kak. Boleh nambah Kak?" tanya Dhara.
"Boleh dong, Kakak sengaja masak banyak buat kalian. Harus habis ya."
"Pasti habis, enak banget. Ayo Dhir, dimakan!" Dhara menyuruh Dhira memakannya.
Dia lalu mengambil satu pisang goreng dan di berikannya pada Dhira.
"Enak Kak, ini gimana bikinnya? Biasanya pisang goreng gak gini bentuknya?" tanya Dhira.
"Nanti deh Kakak ajarin ya. Sekarang kalian makan, nanti kalau sudah habis, kalian langsung mandi ya."
"Iya Kak, makasih." Dhara dan Dhira menjawab dengan kompak.
Nita meninggalkan mereka. Dia masuk ke dalam untuk mencuci piring. Si kembar makan pisang goreng dengan lahap. Hingga tersisa satu di piring. "Buat kamu aja, aku sudah kenyang." Dhira mengalah pada saudaranya, walaupun Dhara yang paling banyak makan. Dhara tersenyum dan mengambil pisang goreng itu.
Dhira mengalihkan netranya menatap televisi, dia tidak mau melihat Dhara makan pisang goreng atau nanti dia akan ngiler. Saat sedang asyik nonton, sepotong pisang goreng tersodor di hadapan wajahnya. Dhara telah memotongnya sedikit, bagian yang paling besar untuk Dhira.
Dhara sangat tahu sifat Dhira, dia akan selalu mementingkan Dhara lebih dulu, kalau Dhara tidak memotongnya, Dhira tidak akan mau memakannya. Mereka saling menatap lalu tersenyum. Dhira mengambil pisang itu lalu memakannya. "Sekarang pisangnya sudah habis, kita mandi yuk!" ajak Dhira.
"Ayo." Mereka bangkit bersama dan pergi mencari Nita. Mereka melihatnya sedang memasak nasi.
"Kak Nita kami mau mandi." Dhira memberi tahu Nita.
"Oh, sebentar! Kakak ambilkan handuk." Nita pergi ke ruang tengah tanpa pintu. Terdapat tempat tidur kecil juga lemari pakaian, cermin besar di dinding, jam dan beberapa poster. Nita mengambil handuk dari lemari, juga beberapa pakaian dari kantong plastik. Nita kembali ke dapur di mana Dhara dan Dhira masih menunggunya.
"Ini handuk untuk kalian, maaf cuma ada satu jadi dipakainya gantian ya. Ini juga ada beberapa baju, tadi Kakak minta baju pada tetangga yang sudah kekecilan. Kebetulan mereka punya anak sepantaran kalian. Maaf ya Kakak belum bisa membelikan kalian baju, tapi tenanglah insyaallah besok Kakak gajian, kita beli baju baru untuk kalian ya."
Dhara dan Dhira mengerti, mereka merasa tidak enak karena merepotkan Nita. "Kami justru berterima kasih sama Kakak karena memberi kami tempat berteduh, menyiapkan makan, juga pakaian. Padahal kami hanya orang asing. Semoga rizki Kakak di mudahkan dan berlimpah." Dhara berbicara mengungkapkan perasaannya. Walau mereka masih kecil namun, pikiran mereka dewasa.
"Amin," sahut Nita. Setelah itu si kembar pun pergi mandi.
Nita kembali memasak untuk makan malam mereka nanti. Masakan sederhana tanpa daging hanya nasi liwet, tempe balut tepung dan telur dadar. Dhara dan Dhira sudah selesai mandi dan berpakaian. Mereka lalu menjemur handuk di belakang seperti yang Nita lakukan tadi.
Mereka lalu menghampiri Nita. "Kak, kami sudah mandi," ucap Dhara.
Nita melihat ke arah si kembar. "Wah, kalian sudah cantik. Sekarang kalian nonton gih. Sebentar lagi makan malam siap."
"Kami mau membantu, boleh?" tanya Dhara.
"Tidak usah, kalian nonton saja." Nita tidak mau membuat mereka repot, dia merasa kasihan pada mereka.
"Tapi, kami mau membantu." Dhara bersikeras ingin membantu.
"Baiklah, kalau begitu... kalian bisa membantu cuci piring," ucap Nita setelah berpikir apa yang bisa mereka lakukan.
"Oke!" ucap Dhara senang. Sebenarnya ini pertama kali mereka mencuci piring, karena di rumah mereka tidak boleh melakukan pekerjaan rumah.
Dhara dan Dhira kini sedang berjongkok di kamar mandi. Di hadapan mereka ada tumpukan piring, gelas, mangkok, katel dan alat masak lain yang kotor. Di sebelah tumpukan itu ada baskom dan ember besar berisi air.
"Dhir, ini bagaimana caranya?" tanya Dhara sambil berbisik.
"Aku juga gak tahu, sebentar." Dhira berpikir sambil mengamati sekitar.
"Kalau mau nyuci kita perlu sabun, iya kan?" tanya Dhira.
"Iya."
"Ini sabunnya. Sini biar aku sabunin piringnya, kamu bagian yang membilasnya, ya!"
"Oke!"
"Aku pernah lihat mereka mencuci piring seperti ini."
"Mereka, siapa?" tanya Dhara.
"Para pekerja di restoran." Dhira memang kemaren sempat melihat teman Nita mencuci piring.
"Oh...."
"Perhatikan, aku contohkan sekali cara membilasnya." Dhira memberi contoh membilas piring. Dhara mengamati dengan seksama. Dhira mengambil air di gayung, lalu di siram ke piring yang sudah disabuni lalu piring itu di masukkan ke dalam ember.
"Apakah seperti itu mereka mencuci piring?" tanya Dhara.
"Tidak, mereka pakai wastafel dan air keran yang mengalir. Karena di sini tidak ada, jadi begini saja, yang penting sabunnya kamu hilangkan dulu baru masukkan piring bersih ke dalam ember.
Setelah itu gosok-gosok dan simpan di dalam baskom kosong. Mengerti?"
"Iya," ucap Dhara seraya mengangguk. Mereka mulai mencuci piring.
Setelah selesai mereka harus berganti baju, karena kejailan Dhara mereka malah main air dan bajunya menjadi basah. Makan malam telah siap, mereka mulai makan.
"Maaf, Kakak cuma bisa menyajikan ini. Semoga kalian suka." Nita mulai mengambil nasi untuk mereka.
"Kok nasinya begini, ada bumbunya?" tanya Dhara.
"Ini namanya nasi liwet, coba kalian makan, jangan lupa pakai tempe ini, telur dadar dan sambal. Satu lagi yang tidak boleh ketinggalan, kerupuk."
Dhira dan Dhara menerima piring berisi makanan yang di beri Nita. Lalu mereka berdoa dan mulai makan sambil lesehan di ruang depan.
"Enak banget Kak," puji Dhara.
"Iya, enak banget." Dhira setuju dengan Dhara. Mereka makan dengan lahap sampai menambah porsi.
Di sisi lain, Alkan sedang uring-uringan di rumahnya. Di usianya yang ke 31 ini, kenapa anak-anaknya malah membuatnya pusing dengan urusan memberi mami. Memilih seorang wanita untuk menjadi pasangan dan mami bagi mereka itu tidaklah mudah. Dia harus mencari wanita yang baik, tulus dan sayang pada anak-anaknya.
Bukan hanya sayang pada dirinya dan hartanya saja.
jgan2 Dominic kaka na anita yg tetpisah
kayanya anita bakal menimbulkan trauma