Maaf, Aku Selingkuh Mas!

Maaf, Aku Selingkuh Mas!

Kecewa

"Dia baik, dan dia tak selingkuh

Tapi kenapa kau menangis

Seakan kau sangat terluka dengan sikapnya.

Dimana letak kesalahan pria mapan dan baik hati, lembut dan penyayang itu?" Tanya Cintya yang masih tak paham. Sepertinya sang sahabat sedang bermasalah dengan sang suami.

Tapi Cintya sangat bingung, setau dirinya Bagas adalah pria yang sangat baik. Bahkan jika Alika akan bercerita Bagas melakukan KDRT dia tak akan mempercayai sahabatnya itu.

Semalam Alika mengirim pesan singkat padanya, mengeluhkan perlakuan Bagas terhadap dirinya. Bukannya bercerita, Alika malah datang menumpahkan rasa kesedihan dalam hatinya. Setiap ada masalah Alika selalu datang kepada sahabat yang sudah dianggap saudaranya sendiri.

Sebab hanya Cintya satu-satunya sahabat yang paling bisa dipercaya oleh Alika.

Belum juga dia mendengar cerita dari sahabatnya, tapi hanya tangisan tak bersuara yang ditumpahkan oleh Alika sejak kedatangannya tadi.

Sudah hampir satu jam, tangisnya belum reda juga.

Cintya memilih diam dan memandang sahabatnya dengan penuh iba.

Setau dirinya selama ini rumah tangga Alika baik-baik saja. Jauh dari cerita miring. Bahkan suami Alika bukan orang sembarangan. Suaminya seorang CEO, di sebuah perusahaan ternama di kota ini.

Tapi Cintya malah bingung dengan sikap sahabatnya ini.

Ada apa sebenarnya yang sedang terjadi dalam hidup rumah tangga Alika.

Kenapa Alika terlihat begitu sangat hancur.

Alika masih terisak dalam tangisnya. Sambil memegang dadanya yang terasa sangat sesak. Bagaimana tidak, terasa sakit sekali. Suaminya Bagas Permana yang terlihat sangat sempurna selama ini di mata setiap orang yang tahu tentangnya. Sedang menorehkan luka yg sangat mengiris harga dirinya.

Drrttt drttt

Ponsel Alika berdering. Panggilan suara dari ibu mertua.

Alika segera mengusap kasar air mata yang masih mengalir di pipinya. Lalu menggeser layar ponselnya, berusaha setenang mungkin menjawab panggilan dari mama mertuanya.

"Lagi di mana kamu, Lika? Suami pulang kerja kamu kok keluyuran? Cepat pulang!" Cecar sang mama mertua datar. Menandakan dia tak suka kelakuan sang menantu. Yang keluar rumah dan belum juga kembali, pada saat suami pulang kerja dia malah tak berada di dalam rumah.

"Baik ma, Alika akan segera pulang," jawab Alika seadanya.

Tanpa menunggu jawaban Alika mama mertuanya langsung mematikan panggilannya.

"Aku pulang dulu ya, Cin," pamit Alika yang matanya masih sembab.

"Tapi kamu belum menceritakan apa pun padaku, Lika," rajuk sang sahabat. Yang menuntut untuk mengetahui masalah apa yang sedang dialami olehnya.

Alika hanya tersenyum kecil, walau begitu Cintya sangat mengenal senyum penuh luka itu dan membiarkan Alika kembali ke rumahnya. Toh masih ada hari lainnya. Cintya tak ingin sahabatnya mendapatkan masalah baru, jika tak menurut perkataan mertuanya. Karena Cintya sangat mengenal sifat sang mertua dari sahabatnya ini.

*****

Saat makan malam, ruangan terasa hening. Sesekali hanya terdengar bunyi dentingan sendok beradu dengan piringnya.

Selesai makan Alika berniat berdiri dan membersihkan meja makan.

"Sudah duduklah saja nak, biar bi Sumi yang membersihkan meja ini." Titah sang papa mertua, Tuan Leo Dirgantara. Suaranya lembut penuh kewibawaan seorang bapak. Papa mertua Alika adalah, orang yang paling disegani oleh setiap penghuni dalam rumah mewah ini.

Ya, hanya papa Leo yang sangat menyayangi dirinya di dalam rumah ini. Membuat hati Alika merasa tenang karena papa Leo benar-benar sangat menyayangi dirinya.

Tapi tidak dengan mama Yanti, yang mendelik kesal melihat perlakuan sang suami terhadap sang menantu. Mama Yanti tak mengerti mengapa Alika sangat disayangi oleh sang suami.

Alika memilih masuk ke dalam kamarnya di lantai dua. Masuk ke kamar mandi, membersihkan diri, sambil bersenandung. Dalam hatinya, Alika berharap semoga malam ini Bagas akan berubah sikap padanya. Sambil tersenyum kecil, Alika memilih piyama berwana merah terang dengan aksen renda pendek.

Alika kemudian memoleskan riasan natural agar tak terkesan pucat nanti di hadapan sang suami. Bibirnya dipoles lipgloss berwarna pink, cocok dengan warna putih kulitnya.

Alika lalu menyemprotkan parfum dengan wangi rose dan vanila kesukaannya, di seluruh bagian tubuhnya. Alika sengaja menyalakan lampu temaraman, agar suasana kamarnya terasa hangat. Dan mulai naik ke atas ranjang, menyelimuti dirinya dengan selimut. Kemudian menyalakan AC sambil menunggu sang suami dalam keadaan yang sangat siap, sambil tersenyum bahagia membayangkan jika sang suami datang mendekati dirinya.

Bunyi pintu terbuka, Bagas masuk ke dalam kamar. Lalu menuju ke kamar mandi membersihkan diri. Setelah berganti piyama, Bagas juga beranjak naik ke atas ranjang, merebahkan diri dan mulai memejamkan mata.

Satu menit, dua menit berlalu hingga lebih dari sepuluh menit berlalu. Tak ada tanda-tanda Bagas memulai pergerakannya.

"Mas," lirih Alika.

"Hmm," Bagas menjawab sang istrinya singkat.

Alika mencoba untuk melingkarkan tangannya memeluk sang suami, berpikir mungkin sang suami akan meresponnya. Namun, tangan putih mulus Alika segera ditepis lembut oleh Bagas. Namun begitu tetap saja reaksi sang suami lagi-lagi membuat Alika kecewa.

"Jangan bilang, malam ini akan menjadi sama seperti malam-malam sebelumnya lagi, mas," ucap Alika menahan pedihnya, tapi sebulir bening air mata berhasil lolos membasahi pipinya.

"Sudahlah Lika jangan dibahas lagi. Mas sangat lelah pingin istirahat."

Bagas seakan tak perduli dengan keinginan sang istri.

"Tapi mas, bagaimana kita bisa punya anak jika sikap mas terus seperti ini padaku. Sudah satu tahun mas memperlakukan aku seperti ini. Terus mengabaikan aku. Mas pikir cuma mama sama papa yang menginginkan cucu? Aku juga mas!" Pekik Alika yang sudah tak bisa menahan lagi rasa sesak di dadanya.

Pernikahan mereka sudah berjalan lima tahun masih belum dikaruniai dengan buah hati. Berbagai cara sudah dilakukan oleh Alika, termasuk berani untuk meminta duluan pada sang suami. Tapi apa yang dia dapatkan selama satu tahun terakhir ini, hanya penolakan berujung rasa kecewa.

"Sudah, jangan cengeng Alika!" Sentak Bagas yang mendengar isak istrinya dalam selimut.

"Mas cape, butuh istirahat. Besok masih banyak pekerjaan yang menumpuk di kantor," gerutu Bagas sambil sambil berbaring membalikkan tubuh membelakangi sang istri.

Alika benar-benar merasa terluka, tak dihargai dan juga benar dirinya tak dianggap sama sekali oleh sang suami. Akhirnya dia memilih turun dari ranjangnya, kemudian masuk ke kamar mandi. Perlahan mengunci pintu kamar mandi, dan berdiri di depan cermin. Sambil melihat wajahnya sendiri di depan cermin. Tangan Alika mulai meraba- raba dirinya sendiri.

Air matanya terus mengalir, jemarinya tak berhenti mencari titik-titik sensitifnya.

Menari-nari menemukan rasa yang tak di dapatkan dari sentuhan sang suami. Hingga akhirnya berujung kenikmatan yang dinikmati dalam kesendiriannya.

Lanjut gaess???

🦋🦋🦋

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!