NovelToon NovelToon
Hammer Of Judgment

Hammer Of Judgment

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan / TKP
Popularitas:1.4k
Nilai: 5
Nama Author: yersya

Hammer of Judgment yang membalas kejahatan dengan kejahatan. Apakah Hammer of Judgment adalah sosok pembela keadilan? Atau mungkin hanyalah sosok pembunuh?

Nantikan kelanjutannya dan temukan siapa sebenarnya Hammer of Judgment.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon yersya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 12

Pukul dua belas siang, di kantin perusahaan ternama di negara ini, Albert, CEO perusahaan, sedang makan bersama para pegawainya. Dia dikenal sangat baik, ramah, dan tidak merendahkan orang lain yang berada di bawahnya. Albert makan sambil berbincang-bincang dengan sekretaris dan para bawahannya. Mereka semua makan dengan lahap, tanpa menyadari apa yang sebenarnya mereka makan.

 

Tiba-tiba, seorang pria mendekati Albert. Dia terlihat gugup saat berbicara, "Bos! Istri saya sudah mau melahirkan, jadi saya ingin meminta cuti selama dua minggu," ucapnya dengan harap-harap cemas.

 

Albert menatap pria itu dengan penuh perhatian. "Benarkah? Kalau begitu, akan saya izinkan dan saya ucapkan selamat!" ujar Albert dengan senyuman hangat.

 

Pria itu terlihat sangat senang dan juga terharu dengan kebaikan Albert. “Terima kasih, Bos! Saya akan…” namun sebelum sempat menyelesaikan kalimatnya, tubuh pria itu tiba-tiba meledak. Ledakan tersebut mengakibatkan darahnya membasahi Albert dan orang-orang di sekitarnya. Teror dan kepanikan melanda semua orang yang menyaksikan kejadian tersebut. Mereka merasa ngeri dan mual, bahkan ada yang sampai muntah.

Belum genap beberapa detik, tubuh para pegawai lainnya juga meledak satu persatu, mengakibatkan kantin dipenuhi dengan darah dan kekacauan yang mengerikan.

“A-apa yang terjadi?” Tanya sekretaris Albert dengan wajah pucat.

“Se-sepertinya ada bom di makan mereka” jawab pegawai yang selamat.

Saat ini hanya ada enam orang termasuk Albert yang selamat. Mereka beruntung karena belum memakan bom yang sudah di letakkan di dalam makanan.

“Wah, wah, wah! Sepertinya ada yang selamat” ujar seorang wanita berambut hitam panjang dengan wajah pucat, berjalan diatas genangan darah sambil memegang sebuah palu di tangannya.

“K-kau kan? Ti-tidak, tidak mungkin… kau seharusnya sudah mati” ucap Albert sambil ketakutan.

“A-apa bos mengenalnya?” Tanya sang sekretaris.

Albert tidak menjawab dia terdiam ketakutan melihat wanita yang ada di hadapannya, tidak percaya kalau wanita yang selama ini dikira sudah mati sekarang malah berdiri tepat di hadapannya.

“Siapapun, tangkap wanita itu!” Teriak Albert.

Lima orang bawahannya itu sontak terkejut, lalu seorang pria maju untuk menangkap wanita itu. Dia berlari ke arahnya untuk mengunci pergerakannya. Tapi wanita itu bisa dengan mudah menghindarinya lalu melayangkan palunya ke arah kepala pria itu hingga terkapar di lantai dengan darah segar mengalir dari kepalanya.

Lima orang yang tersisa merasa terkejut melihat hal itu. Tiga orang pria lainnya kemudian maju dengan perasan takut sehingga akhirnya mereka bertiga juga ikut mati.

“A-ampuni aku! Ku mohon, ampuni aku! Akan kuberikan segalanya padamu!” Ujar Albert sambil ketakutan.

“Daripada minta maaf kau malah minta ampun?” Tanya wanita itu dengan heran. “HAHAHAH…. HAHAHA… HAHAHAHA.. HAHAHAHAHAHAHA” tawa wanita itu dengan darah di wajahnya, membuat siapapun yang melihat merasakan ketakutan.

Albert yang ketakutan mendorong sekretarisnya ke arah wanita itu dan segera berlari ke pintu  keluar. Tapi wanita itu mengabaikan sang sekretaris dan menghadang Albert. Albert yang ketakutan perlahan berjalan mundur sampai punggungnya mengenai dinding kaca.

“OI! Apa yang kau lakukan? Cepat selamatkan aku dari psikopat gila ini!” Bentak Albert kepada sang sekretaris.

Sekretaris itu ketakutan sekaligus bingung dengan apa yang akan dia lakukan.

“Jika kau pergi sekarang, maka aku akan mengampuni nyawamu” ujar wanita itu.

Sang sekretaris terdiam, lalu melihat Albert yang ketakutan. Dia ingin menolong bosnya yang dia kira selama ini adalah orang yang baik hati. Tapi, setelah Albert menghianatinya, sekretaris itu sekarang sudah tidak peduli lagi padanya, dia kemudian berlari pergi, meninggalkan Albert yang ketakutan berduaan dengan wanita itu.

“Sial! Dasar baji*ngan, dasar wanita yang tidak tahu diri!”

“Jangan mengumpat! Bukankah kau yang terlebih dulu menghianatinya?” 

“A-apa yang kau ingin?” Tanya Albert dengan keringat dingin.

“HAHAHAHAHAHAHHAHAHA…. Apa yang aku inginkan? Tentu saja… aku menginginkan kematianmu!”

Wanita itu terus tersenyum dan tertawa, membuat Albert semakin ketakutan dan membuat harapannya untuk selamat semakin menghilang.

Wanita itu kemudian mengarahkan palunya kearah Albert. Albert dengan refleks menghadang palu itu dengan tangannya, membuat tulang tangannya patah dan tubuhnya terdorong ke belakang, membentur dinding kaca hingga pecah, dan akhirnya Albert jatuh dari lantai lima.

Wanita itu sekali lagi tertawa puas, dia kemudian menggambar sebuah palu di lantai menggunakan darah, lalu dia pergi begitu saja.

...…...

Keesokan harinya, berita mengenai serangan brutal terhadap Albert, CEO perusahaan ternama, dan pembunuhan para pegawainya menyebar dengan cepat. Meskipun Albert beruntung selamat, namun kondisinya sangat parah dan saat ini dia masih terbaring dalam keadaan koma di rumah sakit.

 

Sekretaris Albert, seorang wanita, juga selamat dari serangan tersebut, namun dia mengalami gangguan mental yang berat. Dia merasa takut dan cemas ketika berinteraksi dengan orang lain, sehingga polisi tidak dapat dimintai keterangannya mengenai kasus ini.

 

Satu-satunya petunjuk yang dimiliki oleh polisi adalah gambar palu yang digambar dengan darah di tempat kejadian. Hal ini membuat semua orang menduga bahwa pelakunya adalah HoJ, sosok misterius yang dikenal dengan kekejamannya. Dan, tentu saja, seperti kasus-kasus sebelumnya, semua CCTV juga tidak aktif, menyulitkan upaya polisi untuk melacak HoJ.

Banyak orang bertanya-tanya mengapa HoJ melakukan pembunuhan terhadap CEO yang dikenal baik hati itu. Namun, tidak lama kemudian, pertanyaan mereka terjawab. HoJ mengirimkan unggahan di media sosial yang berisi tentang kejahatan yang dilakukan oleh Albert. Unggahan tersebut mengungkapkan pembunuhan, penjualan obat-obatan terlarang, penyelundupan, penculikan, dan berbagai kejahatan lainnya yang dilakukan oleh Albert.

 

Pada awalnya, banyak warganet yang meragukan kebenaran unggahan tersebut. Namun, setelah beberapa saat, korban dari tindakan kejahatan Albert mulai memberikan komentar di unggahan tersebut, mengonfirmasi bahwa semua itu adalah benar. Hal ini menyebabkan kehebohan di dunia maya maupun di dunia nyata, dengan banyak orang terkejut dan marah atas kejahatan yang dilakukan oleh seseorang yang sebelumnya dianggap ramah dan baik hati.

Hari ini adalah hari kembali ke sekolah. Saat ini aku, Nada, dan Arvin sedang merebahkan badan di atas rumput di halaman belakang sekolah, tempat biasa kami nongkrong.

 

Aku tenggelam dalam lamunanku. Jujur saja, aku ingin ikut menyelidiki kejadian ini. Tapi, jika aku melakukannya, Nada dan Arvin pasti akan mengikutiku seperti waktu itu, dan itu hanya akan membuat mereka berdua berada dalam bahaya.

 

“Jangan terlibat!” Ujar Arvin dengan tegas.

 

“Aku tahu itu!” Balasku dengan sedikit frustasi.

 

“Aku meragukannya” tambah Arvin.

 

“Aku juga” ucap Nada setuju.

 

Entah mengapa, pernyataan mereka membuatku kesal. Aku tahu bahwa aku ini keras kepala, tapi kali ini aku tidak akan bertindak gegabah sehingga membuat temanku juga terjebak dalam bahaya.

 

“Bagaimana menurut kalian? Mengenai tindakan HoJ?” tanyaku, mencoba mendiskusikan situasi ini.

 

“Yah, perbuatannya tidak salah. Tapi aku pikir CEO itu pantas mendapatkannya” jawab Nada dengan tegas.

 

“Ya, dia memang manusia rendahan” ucap Arvin dengan nada tajam.

 

“Tapi, mengapa dia juga melibatkan pegawai lainnya? Mengapa dia harus membahayakan orang-orang yang tidak bersalah?” Tanyaku dengan kebingungan.

 

“Entahlah,” jawab Nada dengan nada ragu. “Daripada terus memikirkan hal itu, ayo kita cari makan, aku lapar,” tambahnya dengan senyum.

 

“Ya, kamu benar. Ayo kita ke kantin,” ucapku setuju.

 

Kami berdiri dari tempat kami berbaring dan berjalan menuju kantin. Kali ini, Arvin juga ikut bergabung dengan kami, berbeda dengan sebelumnya. Meskipun masih ada keraguan dalam pikiran kami, kami memilih untuk menenangkan diri dan menikmati momen bersama. Karena kami tidak tahu apa yang akan terjadi di masa depan.

 

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!