"Kau hanya perlu duduk dan menghabiskan uangku, tapi satu hal yang harus kau penuhi, yakni kepuasan!" Sagara Algyn Maheswara.
"Asal kau bisa membuatku keluar dari rumah sialan itu, aku bisa memberikan apapun termasuk yang satu itu, Tuan." Laura Alynt Prameswari.
Laura menderita karena hidup dengan keluarga tirinya, ayahnya menikah lagi dan selama itu dia selalu ditindas dan diperlakukan seenaknya oleh keluarga barunya itu, membuat Laura ingin bebas.
Akhirnya, dia bertemu dengan Sagara. berawal dari sebuah ketidaksengajaan, namun siapa sangka berakhir di atas ranj*ng bersama?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sendi andriyani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10
"Baby.." Panggil Sagara. Pria itu terlihat kelelahan sekali setelah bekerja seharian. Laura yang tengah mempersiapkan makan malam pun tersenyum lalu menyambut kepulangan sang Daddy.
"Sudah pulang, Dad?"
"Hmm.." Sagara hanya menjawab dengan anggukan, dia memeluk Laura lalu mencium bibirnya beberapa saat.
"Manis.." Sagara tersenyum kecil sambil mengusap bibir Laura yang terlihat basah karena ulahnya.
"Pulang jam berapa?" Tanya Sagara sambil merangkul pinggang ramping Laura dengan mesra.
"Jam empat tadi, Dad."
"Gimana kerjaannya hmm?"
"Gitu-gitu aja, Dad. Tapi lancar sih."
"Bantu Daddy mandi yuk?" Ajak Sagara, Laura membulatkan kedua matanya, dia terkejut dan jujur, dia tidak siap dengan ajakan Sagara.
"Daddy, aku.."
"Sebentar, baby." Sagara menarik tangan Laura ke kamar, tak lupa dia menutup pintunya dan kembali menarik pelan tangan gadis itu ke kamar mandi.
"Kamu gak lagi masak, kan?"
"Nggak kok, Dad."
"Oke." Jawab Sagara. Dia tersenyum lalu melonggarkan dasi yang terasa mencekik lehernya seharian ini. Tadi pagi, Laura yang membantunya bersiap. Meskipun harus berjinjit karena Sagara terlalu tinggi, tapi dia berhasil mengikat dasi pria itu. Sagara itu suka sekali menggoda Laura karena badannya yang mungil.
Laura membeku di tempatnya, dia menelan ludahnya dengan kepayahan. Jujur saja, pemandangan ini sangat-sangat menggiurkan. Sagara membuka satu persatu kancing kemejanya lalu melemparnya ke tempat cucian kotor begitu saja, seolah pakaian itu tidak ada apa-apanya padahal harganya mahal.
'Astaga, Lily. Aku harus bagaimana? Haruskah aku berlari dan memeluknya? Ini benar-benar membuatku kehilangan akal sehat.' Batinnya. Dia merutuki Lily, temannya itu tidak mengatakan kalau menjadi sugar baby harus menemani mandi juga. Bagi Laura yang baru pertama kali, ini membuat jantungnya seakan ingin berhenti berdetak.
"Kenapa mendadak pucat, sayang?"
"Aduh, Dad. Ini pertama kalinya lho.."
"Haha, biasakan. Setelah ini, kamu akan terbiasa melihat Daddy begini, bahkan mungkin merasakannya."
"Merasakan apa?"
"Kegagahan Daddy di atas ranj*ng."
"Aku masih polos lho, Dad." Laura terkekeh sendiri. Tapi, dia malah berjalan mendekat dan membantu pria itu membuka ikat pinggangnya, lanjut kancing celana dan menurunkan resletingnya.
"Sudah mandi, baby?" Tanya Sagara. Dia mengul*um senyumnya saat melihat Laura membuka kancing celananya.
"Sudah, tapi kalau Daddy mau mandi bareng, aku tidak keberatan." Laura tersenyum menggoda, membuat Sagara mencolek pelan pucuk hidung Laura dengan gemas.
"Katanya masih polos, tapi kok kayak nantangin minta di polosin yaa?"
"Tapi aku gak bisa berendam, Dad. Aku masih menstruasi." Jawab Laura, dia mengusap lembut dada bidang Sagara dengan jemarinya yang lentik. Sagara memejamkan matanya, sentuhan itu membuat darahnya berdesir hebat.
"Baby.." suara pria itu berubah, suaranya terdengar berat dan serak seakan menahan sesuatu yang bergejolak dalam dirinya. Sentuhan itu mungkin hanya sentuhan biasa, sentuhan kecil tapi mampu membangkitkan sesuatu yang telah tertidur sejak lama.
"Kenapa, Dad?"
"Lihat.." Sagara menundukkan kepalanya, Laura juga mengikuti tatapan pria itu dan ternyata..
"Wow.." Laura menutup mulutnya dengan kedua tangan saat melihat ada benda yang berdiri tegak di depannya.
"Itu karena ulahmu, baby."
"Lho, kok aku Dad?" Tanya Laura dengan wajah polosnya, seakan tak memiliki kesalahan apapun, dia tidak berpikir kalau sentuhan itu bisa membuat sesuatu berdiri tegak seperti ini.
"Dia bangun karena sentuhanmu, baby."
"Sorry, Dad. Aku tidak bermaksud memberi harapan palsu."
"Ya, it's okay. Ini hari ke berapa?" Tanya Sagara, dia menarik tangan Laura agar menggosok punggungnya, sedang dia berendam sambil memejamkan matanya menikmati air hangat yang menenangkan.
"Apanya?"
"Datang bulannya."
"Baru hari ketiga, Dad. Masih deres-deresnya." Jawab Laura sambil tersenyum kecil.
"Kau tidak merasa kram di perut?"
"Tentu. Aku merasakannya.."
"Kenapa tidak mengeluh?"
"Untuk apa? Biasanya juga aku dibiarkan sendirian, jadinya aku malu untuk mengeluh, Daddy." Jawab Laura sambil menghela nafasnya. Kehidupannya benar-benar pahit, keluarganya berkecukupan tapi dia selalu mendapatkan diskriminasi oleh keluarga barunya. Bahkan, sosok seorang ayah yang harusnya menjadi panutan dan pelindung satu-satunya untuk anak perempuannya pun tak bisa berkutik. Dia tunduk pada istri barunya.
"Sekarang ada Daddy, baby."
"Aku hanya tidak ingin merepotkan orang lain, Dad. Ya meskipun kenyataannya, aku tetap saja merepotkan Daddy."
"Tidak. Kamu tidak merepotkan Daddy, baby.."
"Mungkin bagi Daddy begitu.."
"Perkataan orang mana lagi yang kamu dengar, hmm?" Tanya Sagara yang membuat Laura terdiam sejenak. Sebenarnya, dia tidak mendengar apapun tentang omongan orang-orang diluaran sana. Tapi, dia hanya mengungkapkan apa yang dia rasakan saat ini.
"Tidak ada, Dad."
"Kalau ada apa-apa, jangan sungkan bicara sama Daddy. Kalau ada yang bicara macam-macam, bilang sama Daddy biar Daddy sumpel mulutnya pake kresek sampah." Jawab Sagara yang membuat Laura tersenyum.
Senang sekali mendengarnya, Sagara benar-benar melindunginya dan rasanya tak salah dia memilih untuk mengiyakan tawaran Lily tentang menjadi sugar baby, dia menemukan papa gula yang tepat. Dia tipe idaman banyak sekali perempuan, dia laki-laki yang memenuhi semua standar perempuan.
Dia nyaris sempurna. Semua yang diinginkan kaum hawa, ada pada diri Sagara. Namun, kenapa dia memilih memelihara sugar baby dibanding menjalin komitmen yang lebih serius dengan perempuan lain?
Entahlah, apa alasan pria itu hingga tak memilih untuk menikah, padahal dengan kehidupannya saat ini, mencari perempuan yang setara dengannya, bukanlah hal yang sulit. Perempuan manapun bertekuk lutut di depan Sagara Algynt Maheswara.
"Kenapa diam?"
"Gapapa, tapi Daddy ganteng."
"Tiba-tiba?"
"Hehe.."
"Mau beli apa, baby? Mobil, rumah, apartemen, villa, berlian atau kamu mau liburan keliling dunia, hmm?" Tanya Sagara yang membuat Laura tersedak ludahnya sendiri. Benar-benar yaa, memang Sagara ini pria kaya gabut. Sepertinya, dia mencari sugar baby untuk membantunya menghabiskan uang yang unlimited di akun bank-nya.
"Apaan sih, langsung tanya begitu? Emangnya gak boleh muji ganteng, gitu?"
"Boleh dong, tapi biasanya perempuan kalau sudah muji-muji gitu, pasti ada maunya."
"Cieee, perempuan yang mana nih?" Tanya Laura dengan senyum menggodanya.
"Tak ada, hanya kamu seorang."
"Isshh, meragukan sekali."
"Baiklah, terserah kau saja, percaya atau tidak, itu urusanmu, Baby." Jawab Sagara. Sulit dipercaya kalau tidak ada perempuan yang hadir dalam hidup Sagara, apalagi dengan penampilan dan kehidupannya yang bergelimang harta. Tanpa diminta pun, mereka akan dengan sukarela mengangk*ng di depan Sagara.
"Aku lapar, Dad."
"Makanlah, tapi selesaikan dulu tugasmu, baby."
"Hmm, iya." Balas Laura, dia kembali fokus menggosok punggung Sagara, hingga tugasnya itu selesai dan pria itu keluar dari bathub.
"Aku siapin pakaian Daddy dulu.."
"Yeah, baby." Jawab Sagara, dia sedang membilas tubuhnya di bilik shower. Laura keluar dari kamar mandi dan menyiapkan pakaian untuk Sagara. Dia meletakkan pakaian itu di atas kasur, lalu pergi keluar kamar untuk menyelesaikan tugasnya yang lain, yakni menyiapkan makan malam. Tadi, sempat tertunda cukup lama karena Sagara meminta menemaninya mandi.
lanjut Thor dobel Napa Thor...