NovelToon NovelToon
Rumah Iblis Bersemayam

Rumah Iblis Bersemayam

Status: tamat
Genre:Horor / Tamat / Spiritual / Rumahhantu / Matabatin / Iblis
Popularitas:1.6k
Nilai: 5
Nama Author: Rijal Nisa

Sebuah rumah besar nan megah berdiri kokoh di tengah pedesaan yang jauh dari perkotaan. Rumah yang terlihat megah itu sebenarnya menyimpan banyak misteri. Rumah yang dikira biasa, nyatanya malah dihuni oleh ribuan makhluk halus.
Tidak ada yang tahu tentang misteri rumah megah itu, hingga satu keluarga pindah ke rumah tersebut. Lalu, mampukah mereka keluar dengan selamat dari rumah tempat Iblis bersemayam itu? Ikuti perjalanan mistis Bachtiar Purnomo bersama keluarganya!k

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rijal Nisa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bangkitnya Nyi Sukma

"Mbah Darmo berniat mematahkan sumpah, tapi malah menjadi petaka bagi keturunannya."

Andini berjalan ke sisi meja, lalu mengangkat lentera di sana. Diarahkannya lentera itu ke atas, supaya mereka bisa melihat pukul berapa sekarang.

Jam dua tengah malam, seharusnya tidak ada lentera yang hidup.

Semuanya diharuskan mematikan lentera mereka, tapi malam ini mereka tidak mematikan lenteranya.

Tidak ada yang menggangu mereka, tidak juga dengan Andi.

"Apa semua lentera di rumah hidup?" tanya Sisi.

"Aku rasa pak Aji tidak mematikannya sama sekali," ujar Andini.

Mereka segera keluar dari kamar, ternyata Anggi juga sedang berada di luar. Gadis itu mengintip dari balik celah dinding kayu, dia memperhatikan keadaan di luar sana.

"Apa yang sedang kamu lihat, Gi?" tanya Sisi.

"Ssttt!" Anggi menyuruh mereka diam.

Keadaan di luar terlihat aman, tidak ada suara ayam yang terdengar.

"Ternyata pak Aji benar-benar melakukan apa yang mereka suruh. Semua obor masih menyala terang, pantas saja Andi tidak mendatangi kediaman mereka.

"Benar kan seperti apa yang gue katakan, semua ini cuma tipuan pak Danang, kita dan semua warga di sini sudah dibodohi oleh dia. Andi tidak bisa beraksi dalam keadaan terang, kalau dia tidak memakan ternak warga, maka sepanjang malam dia akan kesakitan, dan itu akan membuatnya menjadi sem_" ucapan Andini terjeda.

Sekilas ia melihat bayangan Andi sedang mengamuk di rumahnya. Ia kepanasan dan pak Danang mengurungnya di dalam kamar, pak Danang terlihat begitu marah.

"Din, lo kenapa? Apa lagi yang lo lihat?" tanya Sisi.

"Andi mengamuk di rumahnya, auranya begitu kuat. Gue rasa dia sudah tidak bisa menahan diri lagi, gimana kalau dia marah dan malah memangsa warga desa?"

"Coba lo lihat sekali lagi? Apa yang saat ini sedang terjadi?" tanya Sisi mulai panik.

Andini mencoba untuk melihat sekali lagi, rantai yang melingkar di tubuh Andi terlepas, lelaki itu kehilangan kontrolnya.

Andini segera membuka kembali matanya, keringat dingin bercucuran di dahinya.

"Sisi, Anggi, kita harus mencegah Andi, gue melihat banyak darah berceceran di jalanan." Andini memegang tangan kedua temannya, dia berharap mereka mau keluar untuk mencegah Andi.

"Dini, kita enggak bisa mencegah dia. Dia sangat berbahaya, apa yang bisa kita lakukan?"

"Sisi, semua ini terjadi akibat warga yang memilih untuk tidak mematikan cahaya di setiap rumahnya. Kalau ada korban yang jatuh, mereka pasti akan menyalahkan pak Aji, bapaknya Anggi."

"Mbak Dini benar, bagaimana pun caranya kita tetap harus mencegah Andi menjadikan para warga sebagai mangsa."

Sisi terdiam sesaat, dan kemudian senyuman manis merekah di bibirnya.

"Ini yang kita tunggu, kalau dia keluar dan mencari mangsa manusia, itu artinya semua warga akan tahu siapa makhluk misterius yang dikatakan sebagai siluman selama ini," ucap Sisi, "dan dapat dipastikan kalau dia akan mati di tangan para warga, dengan begitu kamu juga bakal bebas dari Andi, kamu tidak perlu nikah sama dia," sambungnya lagi.

Omongan Sisi yang terdengar cukup masuk akal membuat Andini dan Anggi jadi setuju untuk tidak keluar malam itu.

Mereka masuk kembali ke dalam kamar, mencoba untuk melanjutkan tidurnya. Sedangkan pak Danang dibuat kewalahan di rumahnya karena Andi sudah kabur dari dalam kamar dan berhasil menerobos pintu keluar.

"Kalian kenapa masih berdiri di sini? Cepat cari anak itu!" suruh pak Danang dengan suara keras.

"Ba-baik, Pak!" tiga anak buahnya langsung pergi dari sana.

Mereka berpencar untuk mencari keberadaan Andi.

"Nyi Sukma, kamu sudah membuat hidupku hancur! Aku kehilangan istriku, itu semua karena kamu! Disebabkan sumpahmu aku jadi seperti ini!" ujar pak Danang seraya melempar setiap barang yang ada di sekitarnya.

.

"Wendi, kamu lihat kan sekarang desa kita jadi lebih damai. Kapan lagi kita bisa ronda malam seperti ini?"

"Iya, Gus. Biasanya tiap malam tepat jam 12 kita harus mematikan seluruh obor di sekeliling rumah, saat kita bangun keesokan harinya, eh .... Yang ada malah binatang ternak pada mati," ucap Wendi.

"Argh!"

Suara erangan tersebut mengalihkan perhatian wendi dan Agus.

Kedua pemuda itu segera mengarahkan obornya ke semak-semak yang tampak bergerak.

"Suara apa itu ya?" tanya Wendi berbisik.

"Ih, kayak suara manusia kan?"

"Udah ah, palingan orang iseng."

Mereka mengabaikan suara tersebut dan kembali berjalan mengelilingi kampung.

Andi yang sudah merasa panas dan haus akan darah segera saja keluar dari semak itu.

Dia berjalan merangkak, perlahan menuju tempat mangsanya.

Wush!

Angin segar menyapu tengkuk Wendi dan Agus, Wendi mengusap tengkuknya. Mendadak saja ia merinding, Agus juga demikian, ia melilitkan sarung ke tubuhnya.

Dingin semakin terasa, obor yang mereka pegang masih menyala terang, Andi menyentuh pelan lengan Agus. "Lo ngerasa ada yang ngikutin kita enggak?" tanya Andi.

"I-iya, gue juga ngerasa begitu," jawab Agus gugup.

Mereka berjalan semakin cepat, tidak mau hal buruk terjadi.

Keduanya kembali teringat akan sosok misterius yang selama ini meneror desa mereka.

"Gus, coba lo lihat ke belakang! Gue mulai ngerasa ada yang kagak beres deh. Kita langsung ngeronda di malam pertama peraturan baru ditetapkan, gimana kalau makhluk itu belum pergi dari desa ini?"

Agus mematung mendengar omongan Wendi, dia baru sadar sekarang. Seharusnya tidak malam ini mereka ngeronda, ada niat di hatinya untuk menoleh ke belakang tapi dia tidak berani.

"Gus, bayangan di belakang kita_"

"Haaa."

Belum sempat Wendi menyelesaikan omongannya, tapi tiba-tiba dia sudah ditarik oleh bayangan itu.

"Aaa ...." jerit Wendi, "Gus, tolongin gue!" teriak Wendi lagi.

"Wendi!" seru Agus, kedua matanya membeliak lebar melihat siapa makhluk yang selama ini mereka hindari.

"Pergi! Pergi lo dari sini!" Agus mengarahkan obor itu ke arah Andi, dia berharap Andi akan pergi. Namun, Andi yang sudah sangat haus akan darah tidak lagi merasa kepanasan kala melihat cahaya tersebut.

Dia jadi semakin bersemangat untuk segera memangsa Wendi.

Tubuh Wendi dicabik-cabik hingga tak lagi berbentuk, Wendi tidak lagi bergerak.

Agus segera pergi dari sana untuk menyelamatkan diri dan mencari bantuan.

"Tolong!"

"Tolong!" teriak Agus. Dia sangat berharap ada warga yang mendengar teriakannya, kalau tahu akan begini jadinya, dia pasti tidak akan mau pergi ronda malam ini.

Saat dia berlari mencari bantuan, dia melihat selendang merah terbang di depannya.

Selendang tersebut berhenti di depan Andi, dan barulah terlihat jelas kalau itu bukan cuma selendang, tapi ada makhluk lain juga.

Agus memantau dari jauh, dia tidak lupa mematikan obornya.

Air matanya terus mengalir. "Maafin gue, Wen. Coba aja gue dengerin apa kata pak Aji, kita berdua pasti masih di rumah sekarang."

"Andi, kamu sudah banyak menjadikan warga di sini sebagai korban. Sekarang aku akan membuat kamu membayar semuanya, hahaha!" tawa keras nyi Sukma menggetarkan jiwa Agus.

"Siapa perempuan itu? Apa dia akan membunuh Andi?"

Dalam keadaan takut, Agus masih sempat memikirkan siapa wanita cantik di depan Andi.

Nyi Sukma memperlihatkan wajah cantiknya, meskipun begitu Agus tetap tahu kalau Sukma ada makhluk dari dunia lain.

"Kamu Nyi Sukma kan? Kamu pikir kamu bisa mengalahkan aku, hah!? Aku jadi seperti ini karena kutukan kamu! Kamu yang telah membuat keluargaku hancur!" teriak Andi.

Mata cowok itu mulai berubah layaknya mata harimau, kukunya tumbuh panjang, dan tubuhnya mulai dipenuhi bulu. Taringnya keluar, Wendi kaku di tempatnya.

Mereka yang akan beradu kekuatan, tapi dia yang gemetaran.

"Jadi dia nyi Sukma yang berada di hutan jati itu?" Agus mengambil obornya yang sudah mati dan pergi secara diam-diam dari sana.

"Sudah cukup kamu hidup, Nak. Jemputlah kematianmu malam ini." Sukma mengibaskan selendangnya ke arah Andi, dengan sekali libas tubuh Andi terpental jauh dan dia mati seketika. Mulutnya penuh darah, mati pun bulu-bulu itu masih melekat di tubuhnya.

Wajah Andi tetap wajah yang sama, hanya saja sekarang lebih mirip harimau.

"Ini akan menjadi aib untuk keluarga kamu, Danang. Hahaha." Sukma tertawa puas, dia pergi dari sana dan meninggalkan Andi yang sudah tak bernyawa.

Mudah saja baginya untuk membunuh Danang sekaligus, tapi Sukma masih ingin bermain-main dengan lelaki itu.

"Tolong!"

"Tolong!"

Tok

Tok

Tok...

"Ada mayat! Tolong, ada mayat!"

Dalam heningnya malam, Agus yang berhasil selamat dari terkaman Andi, ia pergi mencari bantuan warga desa dengan membunyikan kentungan supaya semua orang tahu kalau keadaan sedang darurat.

1
Aksara L
Luar biasa
Aksara L
Biasa
Kakak Author
lanjut .. bagus banget ceritanya .../Pray/mampir ketempat aku dong /Ok/
🎧✏📖: semangat, kalo boleh baca ya judul baru 🤭
🥑⃟Riana~: iya kk
total 4 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!