NovelToon NovelToon
Meraih Mimpi

Meraih Mimpi

Status: sedang berlangsung
Genre:cintapertama / Peran wanita dan peran pria sama-sama hebat / Keluarga / Persahabatan
Popularitas:5.9k
Nilai: 5
Nama Author: isha iyarz

" Tapi sekarang kamu jauh dari abang. Siapa yang melindungimu kalo dia kembali merundung? " Arya menghela napas berat. Hatinya diliputi kebimbangan.
" Kalo dia berani main tangan pasti Diza balas, bang! " desis Diza sambil memperhatikan ke satu titik.
" Apa yang dia katakan padamu? " Arya menyugar rambut. Begitu khawatir pada keselamatan adiknya di sana. Diza menghela napas panjang.
" Mengatakan Diza ngga punya orang tua! Dan hidup menumpang pada kakeknya! " ujarnya datar.
" Kamu baik-baik saja? " Arya semakin cemas.
" Itu fakta 'kan, bang? Jadi Diza tak bisa marah! " pungkasnya yang membuat Arya terdiam.
Perjuangan seorang kakak lelaki yang begitu melindungi sang adik dari kejamnya dunia. Bersama berusaha merubah garis hidup tanpa menerabas prinsip kehidupan yang mereka genggam.
Walau luka dan lelah menghalangi jiwa-jiwa bersemangat itu untuk tetap bertahan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon isha iyarz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 12

Hari masih gelap karena subuh masih lama tiba, namun Diza sudah bangun sejak tadi. Dia memilih barang-barang yang akan dia bawa dan menyusunnya ke dalam ransel besar.

" Kalian ngekost atau tinggal di rumah Mentari? " Arya yang menemani adiknya bersiap menoleh sejenak. Dia melipat baju kaos panjang Diza menjadi lipatan kecil sehingga tidak memakan banyak tempat di dalam tas.

" Ke rumah Mentari, bang! Kakaknya bilang ke sana aja. Rumah mereka terlalu besar jika ditinggali berdua. Selain menghemat biaya, mami Zeta setuju banget kami kesana. Ada yang ngawasin katanya " jelas Diza tanpa menoleh.

" Emang bu Lula sudah melihat rumah Mentari? " Arya tersenyum. Dia mengenal ibunda Zeta karena wanita paruh baya yang senang mengenakan pashmina itu sering berkunjung ke rumah mereka.

Memeriksa apakah anaknya memang benar izin kesitu atau tidak. Ibu Lula tipe orang tua protektif yang selalu menjadi keluhan Zeta saat mereka berkumpul.

" Wah, dia langsung bawa supir berangkat keluar kota begitu Mentari memberikan alamat tempat tinggalnya. " Diza tertawa. Arya ikut tersenyum lebar. Mereka membahas keluhan Zeta yang kadang lucu hingga suasana yang sejak beberapa hari belakangan suram sedikit berseri.

" Kamu janji bisa menjaga diri 'kan, dek? " Arya menatap kedalam mata adiknya yang telah selesai menarik resleting ransel.

Diza membalas tatapan itu dengan mata yang mulai berkabut. Dia selalu sedih jika Arya bersikap khawatir dengan nada suara yang menyentuh hati. Dia bisa merasakan kepiluan hati kakaknya itu.

Diza menghambur memeluk Arya erat. Terisak di dadanya yang bidang. " Berjanjilah untuk tidak melakukan sesuatu yang akan membahayakan hidupmu di sana! Abang ngga bisa memantaumu setiap saat. " Arya balas memeluk adiknya penuh perasaan.

Bayi kecil yang pernah dia dekap di malam-malam dingin di panti. Menghangatkan tubuh Diza dan hatinya sendiri. Menghibur lukanya karena merindukan ibu. Kini menjelma dewasa dan mulai belajar mengepak sayap.

Arya harus siap berpisah. Bukankah kelak jika adik kecilnya menikah mereka juga tak akan bersama lagi? Diza akan pergi dibawa sosok seorang suami dan Arya harus menerima semua itu.

Empat tahun tak akan lama hibur hatinya sendiri. Diza sesekali juga pasti pulang menemuinya. Atau dia yang berkunjung untuk melihat kehidupan Diza di sana nanti.

" Berjanjilah, dek_jangan pernah ingin tahu kehidupan bapak dan keluarganya! " Arya merenggangkan tubuh.

Diza menegang. Hatinya mulai menciut. Arya mengusap air mata disudut mata lentik adiknya. " Abang tau niatmu keluar kota karena ingin bertemu bapak. Sebenarnya abang bisa mengajakmu ke sana. Tapi tidak sekarang. Banyak yang harus kita persiapkan! " Arya menengadah.

Lihatlah! Hanya membicarakan laki-laki itu saja hatinya menyengat sakit. Begitu besar kebencian itu bersemayam dibenaknya. Ini alasan utama mengapa dia belum bisa kembali ke kota itu.

" Diza tidak berjanji seperti keinginan abang! Tapi Diza janji, Diza bisa jaga diri! " gadis itu menggenggam erat kedua tangan kakaknya.

" Abang titip kamu dibawah lindungan Allah! " Arya menatap mata itu lembut. Menyatakan rasa sayang itu lewat matanya yang mulai berkaca.

" Oh, ya! Satu lagi! Jangan pernah main ke panti! " mata Arya berkilat saat mengatakannya. Diza menunduk.

Kadang dia sebal dengan kakaknya ini karena selalu bisa menebak rencananya. " Dengar, Diza! Kalo abang tau kamu melanggar dua hal itu, abang tak segan-segan membawamu kembali pulang! " Arya mengatupkan bibir setelah mengatakannya.

Diza menghembuskan napas panjang. Perlahan dia mengangkat sebelah tangannya dengan wajah polos. Mana bisa dia berjanji dengan sungguh-sungguh. Kedua hal itulah yang menjadi tujuan utamanya meninggalkan Arya. Kuliah nomor tiga.

Dia juga tidak berniat aneh-aneh. Hanya ingin tahu, melihat dari jauh. Selesai. Itu saja yang dia pikirkan. Dia juga tak ingin kembali menjadi bagian keduanya hingga mati.

Adzan subuh menghentikan percakapan mereka. Arya bergegas ke masjid yang tak begitu jauh dari rumahnya. Dan Diza sholat subuh di kamar.

*****

Mobil yang dikendarai papi Zeta berhenti di depan rumah. Kepala gadis yang mengenakan sweater biru itu menjenguk dari jendela tengah. Melihat kesibukan keluarga Melati yang mengantar Tatiana dan mereka sengaja berkumpul di rumah Arya.

Papi Zeta turun dan membuka bagasi. Membantu menyusun ransel dan tas ke dalam sana. Ibu Lula juga turun untuk bertemu orang tua Melati diteras rumah.

" Dikit amat bawaan Tatiana dan Diza, jeng? " wanita modis itu heran saat melihat suaminya hanya menyusun dua ransel dan sebuah tas besar kedalam bagasi.

" Tadinya kalo ngekost kemungkinan bawa kasur dan kompor segala, bu Lula! " Ibu Melati tertawa. " Kayak kakaknya Tatiana dulu. Melati dan Aster, tuh, malah bawa lemari ke kostan. Kakaknya Lili segala sepeda juga dia angkut. Belum sembako. Wah, kalo selesai liburan itu pasti saya dan suami ikut nganter. Sewa pick up." mereka tertawa bersama.

" Mentari ngelarang bawa barang-barang selain baju dan buku. Ini juga cemilan buat di mobil aja, kok! " wanita dengan gamis coklat itu menunjuk sekantong besar kue kering dan snack.

" Ayo, berangkat! " papi Zeta berdiri di dekat pintu mobil. Diza buru-buru mendekati Melati yang sibuk berpesan entah apa kepada adiknya. Tatiana hanya tertawa-tawa saja. Membuat wajah gadis ayu itu menggeram gemas.

" Kak, Diza titip abang! " gadis dengan jaket abu tua itu memeluk Melati erat.

" E_eh! " wajah Melati merona. Dia mencubit pelan perut Diza yang terkekeh. " Kok, nitipnya sama kakak! Orang udah gede begitu! " Melati melirik Arya yang sedang memandangi mereka.

" Liatin aja dari jauh! Nanti bilang Diza abang lagi ngapain! " gadis itu hendak beranjak mendekati kakaknya saat tubuhnya ditepuk dari arah kiri.

" Bulek! " Diza memeluk erat wanita gemuk itu dengan senyum lebar. " Titip abang, ya, bulek! " ujarnya sambil terkekeh karena Nur mengusap punggungnya pelan.

" Kamu ini, ngga bilang-bilang mau kuliah keluar kota! Bulek kira mau acara lamaran tadi. " Nur mengomel. Diza dan Melati tertawa.

" Sudah sana pamit abangmu! Dia ngga usah dicemasin. Ngurus kamu aja bisa apalagi dirinya sendiri. Tapi bulek nanti tak tengoklah sering-sering! Kasian dia pasti kehilangan kamu! " Nur mendorong lembut tubuh Diza mendekati kakaknya. Kedunya berpelukan erat tanpa bicara.

" Kapan abang mau ke sana buat liat rumah Mentari? " tanya Diza setelah mereka mengurai pelukan.

" Mungkin beberapa hari ke depan. Pak Yunus minta sekalian diantar ke kota. Abang juga perlu cari barang-barang buat nambah stok di toko! " jawab Arya sambil memeluk bahu Diza dan mereka melangkah menuju mobil.

Tatiana dan Diza segera naik mengisi kursi tengah yang sudah ada Zeta diujungnya. Mereka saling melambaikan tangan hingga mobil berlalu dan menghilang di ujung jalan.

Suasana mendadak sepi. Hari masih begitu pagi. " Kami pulang dulu, nak Arya! Kalo ada apa-apa jangan sungkan ke rumah! Bapak ngerti kamu pasti kesepian karena udah terbiasa selalu sama-sama adikmu! " Ayah Melati menepuk pundak Arya.

Lelaki yang masih mengenakan peci dan sarung itu mengangguk. " Insya Allah, pak! " Arya membungkuk hormat. Pak Ilham mengajak anak istrinya kembali. Juga Nur dan suaminya yang ikut melihat keberangkatan Diza. Mereka pulang setelah bercakap-cakap sebentar dengan Arya.

Setelah tinggal sendiri, lelaki itu berbalik menaiki tangga. Hatinya mencelos saat melewati ambang pintu depan. Suara Diza yang berteriak girang menyambutnya setiap dia pulang bekerja memenuhi pendengarannya

1
Dhedhe
deg²an bacanya ..ikut berimajinasi 🤭🤭
Iza Kalola
wow woww... sport jantung..🫠
Iza Kalola
penuh misteri 🫠
Aisha Lon'yearz
thanks dukungannya, kaka
Iza Kalola
cukup menegangkan dan aku suka cerita yang seperti ini... semangat thor, masih nungguin kelanjutan ceritanya./Determined/
Iza Kalola
keren, semoga makin banyak yg baca karya ini. semangat selalu author/Determined/
Aisha Lon'yearz
makasihhh 😊
Jasmin
lanjut Thor
Jasmin
aku suka, aku suka... gaya bahasa yg enak dan gak bisa di lewatkan per kata 🥰
Jasmin
mantap Thor
Jasmin
Arya 💥
Jasmin
keren Thor ..
Jasmin
keren
Fannya
Aku suka banget ceritanya, terus berinovasi ya thor!
Daina :)
Ditunggu cerita baru selanjutnya ya, thor ❤️
Kieran
Membuat mata berkaca-kaca. 🥺
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!