Ingin mengikuti jejak sang ayah, Termasuk pasangan hidup. Sanjaya Nalendra Abraham bisa meraih cita-citanya. Namun tidak dengan kisah cintanya yang tidak semulus kisah kedua orangtua nya. Gadis pujaannya harus pergi untuk selama-lamanya membuat sikap Nalendra berubah.
Hingga pertemuannya dengan Ayra Zalfa Aryani seorang gadis perantau perlahan mampu menjadi obat lara hatinya.
Kemiripan wajahnya dengan mendiang sang kekasih, Membuat Nalendra bersikap lembut dan manis sehingga timbul rasa yang tak biasa hadir terhadap pria itu.
Rasa Cinta Ayra begitu besar, Namun sayang semua itu tak mampu membuka hati Nalendra yang masih bertaut dengan masa lalunya...
Akankah Ayra berhasil mendapatkan hati Nalendra dan membantu melupakan kekasihnya yang sudah tiada?
••••
"Aku Mencintaimu Ayra..." Sanjaya Nalendra Abraham
" Jangan mencintaiku karena aku mencintaimu, Tapi cintailah aku karena kamu memang benar-benar mencintaiku " Ayra Zalfa Aryani
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon El Viena2106, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kau Punya Kami
"Katakan! Aku tidak bisa datang Bi..
"Lah.. terus ini gimana?? Aku udah terlanjur selesai di make up loh Enda!! Masa iya kau batalkan begitu saja.. Sudahlah lebih baik kau datang, Karena tema nya kita melakukan pemotretan bersama..
"Sudah aku bilang, Aku mendadak tidak ingin datang...Sampaikan saja salam ku kepada Pras.."Dengan nada bicara sedikit kesal Nalendra meletakkan ponselnya di dashboard mobil. Ia kembali fokus ke jalanan di depan. Tujuannya hanya satu, Yaitu pergi ke tempat gadis yang masih menetap di hatinya itu tinggal.
Ucapan Lexine yang menyamakan Kirana Dan Ayra jelas tidak bisa Nalendra terima sebenarnya. Mungkin wajah mereka memang memiliki kesamaan dan Nalendra tidak bisa menampik semua itu.
Tapi tetap saja. Kirana ya, Kirana. Ayra ya, Ayra. Walaupun Sama Keduanya tidak dapat di samakan. Yang mirip hanya wajahnya saja tapi tidak dengan sikap dan cara bicaranya.
Bagi Nalendra cara penuturan katanya lebih lembut Kirana. Sangat jauh berbeda dengan Ayra yang punya ciri khas sendiri dalam berbicara. Gadis itu juga sedikit punya keberanian tidak seperti Kirana yang agak penakut sama seperti dirinya.
Perbedaan antara Kirana dan Ayra membuat Nalendra penasaran dengan gadis itu. Justru itu Nalendra memberikan tempat tinggal untuk Ayra. Walaupun tak bisa di pungkiri Nalendra sendiri bingung, Kenapa ia bisa baik kepada Ayra. Atau mungkin karena gadis itu memiliki kesamaan dengan mendiang sang kekasih?
"Maafkan aku.. Dia memang mirip denganmu justru itu aku ingin selalu bersamanya.." Batin Nalendra dengan hati yang berkecamuk. Di sisi lain ia senang melihat Ayra, Tapi jika di ingat-ingat Ayra bukanlah Kirana.
Nalendra menghentikan mobilnya di salah satu Tempat Pemakaman Umum. Dengan tiga tangkai bunga mawar merah, Pria itu masuk dan berjalan ke makam paling pojok sendiri.
Pria itu mengucap salam sebelum akhirnya Nalendra duduk bersila disana. Hal yang tak ia duga-duga akan berada di titik ini. Dimana ia sungguh sangat merasa kehilangan tanpa arah. Dan semua itu bermula semenjak sang pemilik hati pergi untuk selama-lamanya.
"Sejak kecil aku ingin seperti Daddy.. Termasuk pasangan pun aku ingin seperti Daddy yang hanya mampu mengenal satu wanita dalam hidupnya.. Tapi kenapa kisah cinta kita tidak seperti dia? Kenapa Kiran?" Mata Pria itu membasah, Masih ia ingat betul senyum Kirana yang begitu manis di matanya.
Sejak kecil Nalendra memang memiliki cita-cita ingin mengikuti jejak sang ayah. Yaitu menjadi seorang publik Figur sebelum akhirnya merangkap menjadi Ceo. Pasangan hidup pun, Nalendra ingin seperti kisah cinta kedua orang tuanya.
Dimana Ayah dan Ibunya pernah menjadi teman saat usia mereka masih sangat dini. Sang Daddy usia tujuh tahun sementara sang Mommy usia empat tahun.
Keduanya sempat terpisah selama tujuh belas tahun sebelum mereka kembali bertemu. Berbagai rintangan dan cobaan hadir sebagai ujian cinta mereka, Termasuk Sang Daddy yang harus menahan sakit akibat merelakan Mommy nya bersanding dengan Uncle Leon. Salah satu sodara tiri ayahnya.
Walaupun dengan begitu, Keduanya masih bisa bersama kan? Cinta mereka kembali di rajut dan keduanya tetap menjadi teman hidup bahkan hingga sekarang.
Begitupun dengan Nalendra.. Ia dan Kirana kenal saat keduanya sama-sama masuk sekolah TK. Berawal dari teman biasa hingga timbul rasa cinta ketika keduanya masuk kelas SMA.
Nalendra sudah berharap, Jika kisah cintanya pasti akan sama seperti kisah kedua orangtua nya. Tapi ternyata? Semua musnah begitu saja.. Tuhan mengambilnya dan tak membiarkannya mereka bersatu.
.
.
.
Sebuah payung hitam melindungi kepala Nalendra dari rintikan hujan. Pria itu medongak menatap satu persatu tiga pria tampan yang tersenyum ke arahnya.
"Kalian? Sejak kapan kalian disini.." Dengan senyum yang nyaris tak terlihat Nalendra bertanya.
"Sebenarnya sudah sejak tadi kami disini Lendra.."Kata Joe sembari berjongkok merangkul Nalendra. Pria itu juga menatap makam di depannya ini. Sebenarnya Joe penasaran, Seperti apa wajah wanita itu sampai-sampai Nalendra seperti itu.
Karena diantara Devano dan Brian, Hanya Joe yang tidak tau. Karena pria itu bergabung di Circle ini sekitar tiga tahun lalu, Dua tahun setelah kirana meninggal.
"Kita pulang yuk... Nongkrong kayak biasanya.. Apa ini msu hujan, Ingat loh Lendra kau alergi dingin.." Nalendra menoleh dan hanya tersenyum saja.
"Yuk Ah..Kau tidak sendiri.. Jika ada apa-apa curhat ke kita.. bukan malah kemari..."Selain Joe, Devano juga ikut menasihati.
"Iya..Ayo pergi sekarang.. Kita mau kemana?"Tanya Nalendra seraya berjongkok dan kembali menatap Batu nisan yang bertuliskan Kirana Amanda itu.
"Kita nongkrong di tempat biasa.. Udah lama kita gak nongki bareng..
"Kalian duluan saja.. Aku harus berpamitan dulu.."Ketiga pria tampan itu mengangguk dan pergi lebih dulu.
Setelah ketiga orang itu tak terlihat lagi. Nalendra tak segera pergi. Seperti ucapannya, Bahwa Putra dari Tuan Alvaro Winanda itu akan berpamitan kepada penghuni makam itu.
"Aku pamit pulang ya.. Baik-baik kau disana.."Seakan lupa dengan janjinya bersama teman-temannya. Nalendra tak segera pergi, Pria itu masih asyik berdiam diri.
Tidak tau saja jika Sang sepupu sudah mengomel-ngomel tak jelas sejak tadi. Menunggu Nalendra yang tak kunjung datang jelas membuat pria itu tak sabar.
"Enda kemana sih.. Lama bet dah.. Katanya mau nyusul tapi gak datang-datang.. Gak sekalian aja dia buat rumah di tengah-tengah kuburan.."Brian berkacak pinggang. Sejak tadi ia sudah lelah karena terus berbicara, Terlebih dua pria yang berada di dekatnya hanya diam seakan tak menanggapi.
"Kenapa kalian hanya diam saja.. Masuk kek salah satu..
"Masuk kemana?
"Ya nyusul Enda lah.. Takutnya dia kesambet lagi.."Celetuk Brian sampai pria itu mendapat jitakan dari Devano...
"Ini lagi si montir.. Ngejitak.. Sakit taukk.."Protes Brian seraya mengusap keningnya.
"Makanya kalo ngomong jangan asal..
"Ya lagian...
"Yuk berangkat..Maaf lama.."Devano dan Joe mengagguk dan langsung masuk mobil ketika melihat Nalendra yang sudah datang. Tidak seperti Brian yang masih saja bicara layaknya emak-emak komplek.
"Kau mau kemana..?" Dengan tatapan datar Nalendra bertanya kepada sepupunya itu. Sejak tadi ngomel-ngomel tapi sekarang main ingin masuk saja.
"Aku mau nebeng di mobilmu saja.. Mobil yang di bawa kak Devan gak enak.. "Nalendra menarik nafas. Tanpa menolak atau mengiyakan Nalendra langsung masuk begitu saja. Di ikuti oleh Brian yang kini berubah senyam senyum tak jelas.
.
.
.
TBC
Maliks..malika kmu itu kok gak ada syukurnya bnget sih masih untung loh Nalendra mau besuk.. mlah mnta lebih