NovelToon NovelToon
Jejak Sang Killer

Jejak Sang Killer

Status: sedang berlangsung
Genre:Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan / TKP
Popularitas:3.6k
Nilai: 5
Nama Author: Ari Wulandari

Ketika sebuah video mengerikan yang menampilkan mayat manusia yang disiksa dan dibunuh diunggah di internet, polisi tidak memiliki petunjuk apapun mengenai siapa sebenarnya sang pelaku. Mereka meminta bantuan Agam, seorang profiler jenius yang juga seorang profesor termuda di salah satu universitas terkemuka.
Agam menerima tantangan itu. Namun ia tidak menyangka bahwa kasus ini akan membawanya ke masa lalunya yang kelam. Adiknya, Fahmi, menghilang secara misterius beberapa tahun yang lalu, dan sampai detik ini Agam tidak pernah tahu bagaimana nasib adiknya itu.
Apakah ada kaitan antara pembunuh berdarah dingin yang mengunggah video-video maut itu dengan hilangnya Fahmi?
Demi bisa mengungkap segalanya, Agam harus berhadapan dengan kebenaran yang mengejutkan dan menakutkan, sebelum nyawanya sendiri menjadi taruhan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ari Wulandari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Sebelas | The Second Corpse

“Ini adalah kasus pembunuhan berantai.”

Detektif Han dan seluruh petugas polisi yang berjaga di tempat itu langsung terkejut begitu mendengar pernyataan tak terduga yang keluar dari mulut Agam.

“Kasus pembunuhan berantai?” Ulang Detektif Han, untuk meyakinkan dirinya bahwa ia tidak salah dengar.

“Ya.”

“Maksud Seonbae, ini bukanlah sebuah pembunuhan biasa yang didasarkan atas rasa benci?”

“Sebelum ini terjadi … kita harus mempertimbangkan kemungkinan itu. Tetapi sepertinya sekarang tidak lagi. Ada sesuatu yang lebih mendominasi untuk si pelaku melakukan kejahatannya.” Ujar Agam.

“Kalau boleh tahu, apa yang membuatmu bisa berpikiran seperti itu?” salah satu seorang petugas polisi yang sepertinya memiliki jabatan cukup tinggi di antara petugas lainnya, mengajukan pertanyaan pada Agam, dengan nada skeptis. “Maksudku, kau bahkan baru tiba di sini, dan langsung mengambil kesimpulan seperti itu. Sejujurnya aku … dan semuanya pasti cukup terkejut mendengarnya. Jadi, aku hanya ingin tahu saja apa alasanmu berbicara seperti itu. Kau pasti tahu ‘kan, satu kata saja yang keluar tanpa memikirkan efeknya, bisa membuat gempar dan menimbulkan keresahan di masyarakat.”

Petugas polisi tersebut terlihat sekali bahwa ia sangat meragukan perkataan Agam. Dari nada bicaranya terdengar rasa ketidaksukaannya akan sikap Agam yang dinilai terlalu sok tahu. Sampai Detektif Han yang berada tepat di samping Agam dan melihatnya di perlakukan seperti oleh seorang petugas polisi, membuat keningnya berkerut keras. Dia bisa saja membalas ucapan petugas polisi tersebut, tapi Detektif Han memilih untuk diam dan menunggu jawaban apa yang kira-kira akan diberikan oleh Agam.

“Jika kau  ingin tahu apa alasannya, maka jawabannya adalah ini,” Agam menunjuk ke arah sebuah tangan yang terletak di leher korban. “Potongan tangan dari korban sebelumnya. Menurutmu siapa yang bisa meletakkan tangan itu di sana jika bukan pelaku dari pembunuhan pertama? Selain itu, kali ini pelaku memotong kedua kaki korban. Aku menduga, ada kemungkinan hal tersebut dibuat oleh pelaku sebagai sebuah pengumuman pada kita bahwa di lain hari, akan masih ada lagi insiden mengerikan seperti ini terjadi.” Jawab Agam dengan tegas.

Petugas polisi tersebut nampak keki usai mendapatkan jawaban telak dari Agam. Tapi tetap saja raut wajahnya masih menunjukkan ekspresi tidak terima. “Yeah … mungkin apa yang kau katakan itu benar. Tapi saat ini kami lebih memerlukan bukti yang konkret dan valid, bahwa kasus ini benar-benar pembunuhan berantai.”

Detektif Han berbisik di telinga Agam bahwa petugas polisi yang berada di hadapannya itu adalah petugas yang baru saja dipindah tugaskan ke divisinya. Makanya, itulah kenapa sepertinya dia tidak terlalu mengenal Agam dan terlihat sangat tidak menyukai akan keberadaan Agam beserta segala pemikirannya.

Agam mengangguk paham. Jika itu letak permasalahannya, kenapa tidak dia buktikan saja ucapannya barusan pada petugas polisi itu.

“Aku akan memberitahukanmu lebih banyak setelah memeriksa tempat ini.” Ucap Agam, balik menatap tajam ke arah sang petugas polisi. “Detektif Han?”

“Ya, Seonbae?”

“Berikan saya semua informasi terbaru tentang korban.”

“Baik.” Detektif Han membuka kembali buku catatan kecilnya yang berisi tentang data-data korban. “Pertama-tama, nama korban Cha Hyun Sik, berusia empat puluh satu tahun. Dia adalah buruh di gedung konstruksi ini. Waktu kematiannya diperkirakan dua hari yang lalu, dini hari.”

“Dua hari yang lalu? Itu adalah hari yang sama di mana Teddy, korban pertama, ditemukan.” Cetus Agam.

Detektif Han mengangguk. “Kau benar, Seonbae.”

Agam terdiam beberapa saat. Kebiasaan dari pelaku pembunuh berantai tampaknya mulai melenceng. Kebanyakan dari mereka memiliki periode ketidakaktifan atau masa tenang, yang terjadi sebelum memulai kembali aksinya. Jika pembunuhan kedua terjadi begitu cepat setelah insiden yang pertama … itu berarti pelakunya memiliki semacam rencana, atau mungkin ada sesuatu hal yang membuatnya sangat termotivasi untuk melakukan pembunuhan itu.

“Cha Hyun Sik pertama kali ditemukan oleh rekan kerjanya. Mereka datang untuk bekerja dan menemukannya di atas atap seperti ini,” Detektif Han menambahkan.

“Bersyukurlah karena kita telah memiliki identitas korban sejak awal. Lalu bagaimana dengan rekaman kamera keamanan? Kau sudah memeriksanya?”

“Detektif Kim sedang mengerjakannya sekarang. Tidak ada kamera yang kami temukan di gedung konstruksi ini. Jadi kami harus memeriksanya di area sekitar.” Terangnya.

“Jadi, tempat ini juga tidak punya kamera keamanan …,” Agam menggumam. Pelakunya pasti sangatlah tahu betul seluk beluk yang ada di Yangjae-dong. Dan ini bukanlah sekedar hanya tahu saja. Tapi pelaku nampaknya telah melakukan penelitian yang sangat matang tentang tempat-tempat ini sebelumnya.

“Dan pada akhirnya …,” Detektif Han menjeda kalimatnya dengan mengambil napas sejenak, lalu berkata, “kami kembali menemukan sebuah surat di dalam rektum korban, selagi kami sedang mencari tahu perkiraan waktu kematiannya.”

Agam terperanjat. “Surat?”

“Ya, Seonbae. Ini dia suratnya.” Detektif Han memberikan sepucuk kertas kecil yang lusuh pada Agam.

Agam menerima surat tersebut dan membacanya.

“Hari-hari saya bersama Ceylon begitu bahagia. Namun kebahagiaan itu kini sudah berakhir, dan semuanya telah tinggal menjadi kenangan. Yang tersisa bagiku hanyalah amarah dan juga kehampaan.”

“Ceylon …?” Agam bertanya-tanya. Siapa lagi ini? Dan isi suratnya kali ini terlihat lebih emosional dari sebelumnya. Apa mungkin yang dimaksud dalam kalimat ‘amarah dan kehampaan’, ditujukan kepada korban?

“Baiklah, Seonbae! Tolong beritahu aku kalau kau telah selesai melihat-lihat tempat ini.” Seloroh Detektif Han, kemudian berbisik pelan ke telinga Agam, sembari melirik ke arah petugas polisi yang masih memandang skeptis pada Agam. “Dan … aku akan sangat menyukai jika kau berkenan memberikan orang itu sedikit pelajaran.”

Agam hanya mengangguk acuh tak acuh dan berbalik untuk melihat kondisi tubuh korban.

Pemandangan yang sangat mengerikan.

Cha Hyun Sik, nama si korban, mengenakan pakaian kerjanya. Tangan-tangan yang terpotong dari korban sebelumnya berada di lehernya, dan kedua kakinya dalam kondisi telah terpotong. Selain itu, ada memar parah di mana-mana, mulai dari wajahnya hingga lengan dan kakinya. Seolah-olah telah dipukuli habis-habisan oleh seseorang. Gigi-giginya juga telah dicabut, sama seperti korban sebelumnya.

Agam kemudian berjalan mendekat ke arah tubuh korban. Dia perlu melihat lebih dekat agar bisa menemukan sesuatu yang bisa membantu analisanya.

Hal pertama yang Agam perhatikan terlebih dulu adalah kedua tangan Teddy yang berada tepat di leher korban. Seolah-olah tangan-tangan itu terlihat seperti sedang mencekiknya.

Agam memperhatikan dengan cermat. Ternyata ada sebuah luka menganga yang begitu dalam di bagian leher, yang tertutupi oleh salah satu dari tangan-tangan itu.

“Akibat kematiannya sepertinya disebabkan oleh sayatan pada arteri karotis lagi ….” gumam Agam.

Metode pembunuhan yang dilakukan oleh pelaku juga sangat identik dengan kasus sebelumnya, seolah dia begitu terobsesi dengan cara itu. Lalu yang menjadi pertanyaannya sekarang adalah, kenapa si pelaku meletakkan tangan milik Teddy di tubuh Cha Hyun Sik?

“Dia sedang mencoba memberitahu kita bahwa dia tidak akan berhenti,” tambah Agam.

Tapi sepertinya masih ada yang mengganjal. Seakan apa yang ada di tempat kejadian perkara bukan apa-apa. Masih ada maksud tersembunyi lainnya. Misalnya, entah kenapa Agam merasa bahwa si pelaku membuatnya terlihat seolah-olah korban sebelumnya sedang mencekik korban yang kedua ini? Apa yang sedang pelaku coba sampaikan dari adegan ini?

Agam kembali mengerahkan tenaga otaknya untuk berpikir jauh lebih keras dan juga cepat.

“Aku melihat ada pelampiasan kemarahan yang diekspresikan si pelaku kepada Cha Hyun Sik.” lontar Agam, membuat si petugas polisi agak terkejut sekaligus heran. “Pelaku mungkin telah berusaha sebaik mungkin untuk menyembunyikan emosinya dalam pekerjaanya agar tidak meninggalkan bukti, tetapi tidak dengan tangan-tangan ini. Ini bukan hanya memberi petunjuk tentang apa yang akan dilakukan pelaku di masa mendatang, tetapi juga menunjukkan hasrat yang berapi-api untuk membunuh.”

Hanya saja, jika di dalam kasus ini si pelaku terlihat begitu emosional di banding sebelumnya, lalu apa yang menjadi perbedaan di antara kedua korban tersebut, sehingga pelaku lebih memilih mengekspresikan kemarahannya dengan cara seperti ini? Memar yang ada di seluruh tubuh korban kedua ini masih sangat baru, dan itu mengerikan.

Agam kemudian mengangkat kaos yang dikenakan korban dengan sangat hati-hati.

“Ada memar pada tulang rusuk dan juga ulu hati.” Kata Agam, lalu memperhatikan dengan seksama pada kepala korban. Ia menemukan luka besar di sisi kanan kepala di mana tampaknya ada serpihan batu yang telah tersangkut di sekitar lukanya. Kemudian terdapat memar di bagian dagu dan wajah sebelah kiri yang terlihat begitu parah, membuat darah korban merembes ke bawah kulitnya. “Pelakunya adalah pengguna tangan kanan.”

Jika dia memukul dengan tangan kanan, maka sudah pasti yang terkena pukulannya adalah dagu kiri orang lain. Dan dari luka yang ada di sisi sebelah kanan kepala, sepertinya korban mendapat hantaman yang cukup keras ke tembok atau di tanah.

“Korban pasti mengalami pendarahan yang sangat banyak ….” Duga Agam.

‘Setelah pemeriksaan yang dilakukannya selesai, aku akan bertanya pada Detektif Han , jika mungkin ada laporan lain mengenai jejak kekerasan atau noda darah yang ditemukan di sekitar gedung.’ batin Agam.

Karena tak banyak yang bisa dilihat atau diperiksa lagi dari tubuh korban, Agam kemudian beralih memeriksa ke area yang ada di sekitarnya.

“Tak ada jejak darah di lokasi. Korban pasti telah dipindahkan ke sini setelah di bunuh, seperti sebelumnya.” Papar Agam. “Tapi karena ini adalah lokasi konstruksi, jejak kaki pasti akan samar-samar terlihat di atas debu dan pasir yang ada di lantai. Salah satunya adalah sebuah jejak kaki, yang tidak sama dengan yang lainnya, berada di dekat leher tubuh korban. Dan mungkin saja itu adalah jejak kaki milik dari si pelaku. Dia berdiri di sana untuk meletakkan tangan-tangan itu ke leher Cha Hyun Sik.”

“Selain itu, jejak kakinya tersimpul keluar … di mana pelaku memiliki gaya berjalan dengan kaki terbuka, seperti yang terlihat jelas dalam rekaman kamera keamanan terakhir. Dan ini yang membuktikan bahwa pelakunya adalah orang yang sama.”

Agam lalu berdiri setelah merasa bahwa dirinya telah menyelesaikan pemeriksaan pada tubuh korban dan area di sekitarnya. Dia berbalik, dan …

“Agam, itu keahlian fokus yang luar biasa!” Entah dari mana datangnya, tapi Jasmine tiba-tiba saja sudah berdiri di belakangnya dengan tangan terlipat. Membuat Agam jadi kehilangan keseimbangannya karena buru-buru menghindari Jasmine agar tak menubruknya. Syukurnya Detektif Han langsung meraih pergelangan tangan Agam, mencegahnya terjatuh.

“Hati-hati, Seonbae. Kau bisa mengacaukan tempat kejadian perkara.” kata Detektif Han.

Agam meminta maaf atas kecerobohannya. Ia lalu beralih ke arah Jasmine. “Sejak tadi kau memperhatikanku?”

Jasmine tertawa. “Hahaha. Itu menyenangkan. Aku sangat ingin melihat tempat kejadian perkara dan sekaligus mengecek bagaimana kau akan melakukannya.”

“Jadi … apakah ada yang salah dari analisaku?”

“Hmm … Agam, kami semua tahu bahwa kau punya pemikiran yang sangat tajam. Tapi, kau juga selalu suka terburu-buru.” komentar Jasmine. Membuat Agam kembali berpikir bahwa mungkin ada sesuatu yang ia lewatkan.

“Pikirkan dengan baik, apa yang telah terlewatkan olehmu.”

Agam masih terus berpikir. Hingga tak lama kemudian, ia akhirnya berhasil menemukannya. “Ah, benar. Detektif?”

“Yap!” suara Detektif Han terdengar sangat antusias kali ini. Selama penjelasan Agam tadi, ia tak bisa menyembunyikan kekagumannya. Tapi ia juga menikmati perubahan wajah pada si petugas polisi yang dinilainya sok keren dan sok tahu segalanya. Detektif Han berpikir bahwa setelah kejadian ini, dia pasti akan bersikap lebih hati-hati lagi jika sudah berhadapan dengan Agam.

“Aku menemukan beberapa memar yang sepertinya baru didapatkan tidak lama sebelum korban meninggal. Tolong cari semua kasus kekerasan yang dilaporkan dalam waktu yang berdekatan dengan pembunuhan korban distrik ini, atau temukan jejak darahnya.” Pinta Agam, setengah memerintah.

“Mengerti, Profesor!” Detektif Han mencatat segala hal yang di intruksikan oleh Agam. “Umm, lalu apa yang kalian berdua lakukan setelah ini?”

Agam berpikir. “Hmm ….”

“Aku akan menemui para saksi.” Jawab Jasmine.

Agam mengangguk setuju. Ada beberapa saksi kali ini, yang merupakan rekan kerja korban. Mungkin dengan berbicara dan mengajukan beberapa pertanyaan pada mereka, Agam bisa mendapatkan sesuatu semacam petunjuk baru.

“Aku ikut denganmu.” kata Agam.

“Baiklah, silahkan lewat sini ….”

***

1
Kirana~
Sedikit koreksi.
Tidak boleh memegang mayat tanpa sarung tangan. Selain dapat merusak barang bukti dengan sidik jari, bisa juga tertular penyakit dari mayat.
haku gaming
reccomended bnget buat yang suka novel detektif dgn jln cerita yang beda!
love it!
haku gaming
kasian agam, kyk kena panik attack gitu gak sih?
Adam zaheer
dududu...lnjut bosq! jgn bkin penasaran sma klnjutan crtanya...
Adam zaheer
menyala professor Agam!
Adam zaheer
aku datang lagi! wah Makin seriously aja nich critanya...
haku gaming
wah jadi mkin gak sabar ma masa lalunya fahmi. cepetan lanjut thor!
haku gaming
jangan2 fahmi ini bkn sodaranya agam
haku gaming
next,next, next!
haku gaming
Rese' juga nih pak polnya./Speechless//Speechless/
Adam zaheer
seorang Agam dilawan 😂😂
Adam zaheer
Agam ma yeon woo pacaran ya?
Adam zaheer
kereen Thor! lanjut!
Adam zaheer
hahaha🤣🤣
Adam zaheer
yayyaya...ggogoo Agam!
Adam zaheer
lanjutkan Thor!
Adam zaheer
wah..kereen. ni authornya pernah jadi dokter forensik app gmn ya?
haku gaming
kali ini agak2 merinding disko bacanya. kereen! next...
haku gaming
ngeriii!! the redroom vibes
haku gaming
sy pun tak kuasa membayangkan /Puke//Sob/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!