Mia Maulida seorang wanita berusia 36 tahun dengan dua orang anak yang beranjak remaja menjalankan multi peran sebagai orangtua, isteri dan perempuan bekerja, entahlah lelah yang dirasa menjalankan perannya terbersit penyesalan dalam hati kenapa dirinya dulu memutuskan menikah muda yang menjadikan dunianya kini terasa begitu sempit, Astaghfirullahal'adzim..lirihnya memohon ampun kepadaNYA seraya berdoa dalam hati semoga ada kebaikan dan hikmah yang dirasakan di masa depan, kalaupun bukan untuknya mungkin untuk anak anaknya kelak.
Muhammad Harris Pratama seorang pengusaha muda sukses yang menikah dengan perempuan cantik bernama Vivi Andriani tujuh tahun lalu, nyatanya kini merasakan hampa karena belum mendapatkan keturunan. Di saat kehampaan yang dialaminya, tak disangka semesta mempertemukan kembali dengan perempuan cantik berwajah bening nan teduh yang dikaguminya di masa putih abu-abu. Terbersit tanya kenapa dipertemukan saat sudah memilki kehidupan dengan pasangan masing-masing?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mom Azzqa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27
Setelah jam kantor berakhir Pkl 16.00 Mia dan yang lainnya bersiap untuk pulang, Santy yang sedang memakai bedak dan lipstiknya, Nina yang lagi memakai jam tangannya dan sepatu kets warna putih kesayangannya sedangkan Mia masih membereskan mejanya, merapihkan berkas yang berantakan, mengunci laci mejanya dan mematikan komputer, mereka bertiga berjalan keluar dari ruangan bersama setelah berpamitan dengan Bu Ita. Mia bingung harus ke ruangan pak Aris atau tidak untuk menanyakan tentang jadi atau tidaknya ke bengkel untuk ambil motornya sama pak Aris atau ia sendiri saja.
Akhirnya Mia meminta Nina untuk mengantarkannya ke ruang pak Aris, sebelumnya ia sudah minta tolong ke Nina untuk mau mengantar dirinya ke bengkel untuk mengambil motor setelah alamat bengkel tersebut didapatkan dari pak Aris.
Mia mengetuk pelan pintu ruangan Aris, "masuk.." suara seseorang dari dalam mempersilahkan,
Mia mendorong pintunya pelan, ternyata di dalam ruangan Aris ada Antony juga, lalu ia dan Nina masuk sambil tersenyum kikuk
"maaf pak mengganggu, saya minta alamat bengkel motornya yang tadi pagi" Mia menyampaikannya dengan masih berdiri dan wajah yang menunduk.
Aris masih duduk di kursi kerjanya sambil memandang layar laptop di depannya, sekilas Aris melihat jam pada pergelangan tangannya "silahkan duduk dulu" dengan dagunya Aris menyuruh Mia dan Nina duduk di hadapannya. Sedangkan Antony langsung berdiri, seraya mengerti ia mengambil satu kursi satu lagi untuk ia tempati dan bergeser ke samping meja Aris.
Mia dan Nina pun duduk di depan meja kerja Aris, lalu Aris menelpon Danu asisten pribadinya di kantor pusat Pratama's Group, "Nu, motor yang tadi pagi pecah ban sudah beres belum?"
"Ya, saya minta diantar ke alamat kantor TSA aja. Oke ditunggu, nggak pake lama" dan Aris menutup telponnya
"Nanti motornya diantarkan orang bengkelnya ke sini, ditunggu aja" ujar Aris kepada Mia
Mia melirik ke arah Nina kemudian ke Aris, "tapi pak maksud saya minta alamat bengkelnya saja, nanti saya sama Nina yang ambil motornya"
Aris bersandar ke kursi kebesarannya dan menatap Mia dengan tatapan yang Mia dan Nina juga tak mengerti maksudnya, tapi Antony yang mengerti menambahkan, "udah Mia nurut aja apa kata pak Aris, kalau dikasih kemudahan kenapa harus mempersulit diri ?"
"Tapi saya sudah merepotkan banyak orang pak..?!" Mia merasa keberatan
Aris mengerutkan dahinya, "lalu kalau kamu ke bengkel sama Nina ambil motornya, apa itu bukan merepotkan orang juga? Jangan lupa Nina juga orang kan..?!" Ucap Aris dengan tegas
Membuat Mia tertegun dan mungkin membenarkan perkataan Aris, dan Nina yang melihat air muka Mia berubah menambahkan "maaf pak, maksudnya mbak Mia kalau sama aku kan bukan orang lain pak, saya tidak merasa direpotkan sama sekali membantu sahabat sendiri" imbuh Nina
Tapi Aris menggeleng, "Nina kamu boleh pulang duluan, memang sudah waktunya pulang. Mia di sini sambil nunggu motornya datang"
Nina melirik ke arah Mia seolah bertanya, dan Mia mengangguk "Makasih banyak ya Nin.." sebelah tangan Mia menggenggam tangan Nina, Nina pun mengangguk
"ya udah aku duluan ya mbak, nggak apa-apa kan..?" Mia tersenyum dan mengangguk
"Mari pak Aris, pak Tony saya duluan.."
Ketika Nina sudah keluar dari ruangan, Antony tersenyum menyeringai ke arah Aris "saya disuruh pulang duluan juga nggak nih pak Aris?" Antony seperti menahan tawanya karena menggunakan kata saya dan pak.
Aris mendengus kesal, "terserah..sana kalau mau pulang, pulang aja.."
Antony tertawa terbahak, "jiahaha..baik pak, terimakasih ya saya pulang duluan deh, sudah ada janji sama anak isteri ditungguin..oh ya jangan lupa kabarin pulang telat sama yang di rumah" dan Antony sudah hampir mau berdiri beranjak dari duduknya, tapi Aris menahannya
"Duduk dulu, enak aja mau main kabur gitu?! pembahasan kita belum selesai loh.." Aris sengaja menjedanya ia mengambil ponselnya untuk mengambil foto dari tempatnya duduk ada tangannya di atas keyboard laptop yang menyala, Antony di samping dan Mia di seberang mejanya, hingga kelihatan ada tiga orang yang tengah bekerja tapi setengah badan tidak terlihat mukanya. Ia mengirimkan foto itu ke Vivi isterinya dan dikasih keterangan "mas masih ada urusan di kantor, mungkin agak telat pulang ke rumah" lalu kemudian menekan tombol send.
Kemudian Aris melanjutkan "Tapi berhubung kamu sudah ada janji sama anak isteri, ya sudah kita lanjut bahas besok lagi nggak apa-apa" ujarnya kepada Antony
Membuat Antony mendengus kesal dalam hatinya mengumpat "lagak lu.."
Antony beranjak dari duduknya dengan senyum menyeringai, "oke, baik banget sih pak Boss satu ini," Antony menepuk lengannya Aris
"Dengan senang hati balik dulu, kita lanjut bahas besok. Duluan Mia.." Sebelum berlalu Antony berbalik badan mengepalkan tangannya tinggi ke atas sambil tersenyum ke arah Aris, tidak terlihat oleh Mia, setelahnya baru keluar dari ruangan.
"Iya pak, hati-hati.." jawab Mia,
Setelah suara pintu ruangan ditutup yang menandakan Antony sudah keluar ruangan, Mia jadi bingung sendiri lalu ia juga hendak pamit untuk keluar ruangan.
"Di sini aja kita ngobrol sambil nunggu motor kamu datang Mia, di luar jam kerja kita berteman kan..?" Ucap Aris seperti mengerti gestur Mia yang ingin pamit untuk keluar.
"Sebaiknya saya nunggu di bawah aja pak, di luar sambil cari angin" jawabnya beralasan.
"Kenapa sih kamu kelihatan takut banget sama aku, nggak usah menghindar begitu, aku nggak akan gigit kamu Mia" Aris mengatakannya langsung tanpa basa-basi
"Bukan takut pak, saya cuman nggak enak aja khawatir terjadi fitnah. Kita di dalam ruangan cuma berdua dan.."
"Takut yang ketiganya ada setan..gitu?" Aris tersenyum ke arah Mia
Ingin rasanya Mia kabur aja kalau bisa dari ruangan Aris lagian mau ngobrol sebagai teman, ngobrol apaan?? Ia saja bingung menanggapi perkataan pak Aris sebagai teman, teman apa coba, teman SMA tapi tidak pernah satu SMA, ia juga tidak mempunyai memori apapun tentang pak Aris di masa lalu. Mia menghembuskan nafasnya.
"Tenang aja, percaya sama aku. Aku nggak sebejat itu Mia, meskipun aku bukan orang yang suci banget. Tapi insya Allah aku masih punya iman sebagai kendaliku untuk tidak bertindak di luar batas. Apapun itu"
"Dulu waktu SMA dan jaman kuliah aku pernah pacaran sama beberapa cewek, biasa putus nyambung gonta-ganti pacar, bahkan pernah pacaran sama dua cewek sekaligus dalam waktu bersamaan, bukan mauku tapi ceweknya yang mau meski jadi pacar cadangan" Aris ketawa kecil menjeda ceritanya sejenak, Mia masih mendengarkan walaupun ia bingung arah pembicaraannya.
"dan setiap aku pacaran selalu yang nembak dan ngajak pacaran ya.. si cewek. Istilahnya aku nggak pernah repot buat dapetin cewek, cukup diam mereka sendiri yang datang menawarkan. untungnya aku masih bisa mengendalikan tidak memanfaatkan sampai di luar batas, pacaran tapi tidak sampai merusak anak orang, atau ML tanpa ikatan pernikahan karena selalu ingat pesan orang tua, jaga kehormatan dan nama baik mereka. Ya.. meskipun yang namanya pacaran juga tidak bisa dibenarkan karena termasuk zinah"
"Maaf pak saya potong, menurut saya perjalanan pak Aris biar jadi kisah yang disimpan sendiri saja, sama Allah yang mengetahuinya. Saya tidak berhak mendengarkannya pak.." Mia merasa risih mendengarkannya karena itu menurutnya sangat pribadi.
Aris tertegun sejenak "Oke, kenapa saya cerita begini supaya kamu tahu alasan aku dulu melewatkan kamu. Mungkin aku terlalu gengsi untuk langsung datang ke kamu, tapi bukan tanpa usaha juga aku sudah berusaha meskipun caranya kurang tepat dan konyol. Aku sangat kecewa waktu itu, kamu satu-satunya cewek yang menolakku. Biasanya dikejar ini malah ditolak.."
Mia menggeleng dan menghembuskan nafasnya,
"Iya aku tau itu bukan salahmu, aku yang salah percaya kalau surat itu balasan dari kamu yang bikin aku berhenti berharap dan kecewa, tapi waktu itu..dalam hatiku berharap suatu saat kita bisa bertemu lagi dan benar saja dikabulkan"
"Maaf pak.." Mia ingin memotong ucapan Aris
Aris mengabaikannya "Tapi setelah belasan tahun berlalu"
Lalu Aris mengangkat tangan kanannya seolah meminta Mia untuk tidak memotongnya, "Tenang Mia aku nggak akan bahas tentang masa lalu kita lagi, semenjak aku menikah aku benar-benar menjaga yang namanya ikatan pernikahan dari godaan apapun atau siapapun, baik itu dari mantanku yang nggak terhitung jumlahnya atau godaan baru dari luar. Aku sudah merasa cukup dengan satu isteriku, mencari kesenangan dan melewati banyak hal cukup bersama isteriku saja"
"Memang sudah seharusnya begitu pak, kalau sudah menikah sudah seharusnya menjaga pandangan, apalagi isteri pak Aris begitu cantik sempurna. Nggak ada yang perlu dicari lagi di luar, buat apa? kalau sudah ada yang memenuhinya di rumah" ujar Mia kepada Aris dengan sungguh-sungguh.
Dan Aris manggut-manggut menyetujui apa yang dikatakan oleh Mia.