Seorang gadis bernama Mia Elisha yang selalu ceria sedang jatuh cinta kepada seorang laki-laki pendiam bernama Jiro yang duduk di depan meja di kelasnya, Namun karena kepribadiannya yang dingin, pendiam juga sangat pintar.
Suatu hari Mia mengungkap kan perasaannya kepada Jiro tetapi Jiro menolaknya namun Mia tetap berusaha untuk meyakinkan Jiro bahwa perasaan Mia tidak pernah berubah tetap saja Jiro mengabaikan Mia hingga suatu hari Mia berhenti untuk tidak lagi menyukai Jiro.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Putri Wulandini, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SEMANGAT MIA
Setelah rotasi bangku aku sudah tidak lagi melihat pemandangan punggung Jiro, aku bisa memandangnya dari sampingku dan melihat dengan jelas wajah datar tanpa ekspresi itu.
Saat semester pertama aku mendapatkan nilai yang sangat buruk dan pantas saja Jiro mengatakanku BODOH, untuk semester akhir ini aku benar-benar akan belajar agar ketika aku naik kelas 11 aku tetap bisa satu kelas dengan Jiro.
Ya syukur-syukur Jiro masih mau membantu ku meski terkadang aku di marahi karena otak ku yang sedikit lemot butuh mental yang kuat ketika belajar bersama Jiro seperti apa atau sikap dinginnya yang bahkan mungkin orang lain pun tidak akan tahan.
Aku memilih Jiro untuk mengajari ku karena dia KING nilai di kelas ku selain itu aku jadi lebih bersemangat karena belajar bersama Jiro, ia tidak tanggung-tanggung mengajariku yang tidak hanya memberi tahu poin-poin tertentu dia terlalu detail sampai aku mengerti dia akan terus mengulang atau mempermudahnya.
*****
"Hemmm, Jiro kamu mau ga ke rumah ku" Aku mengajak Jiro
"Akhir-akhir ini aku belajar masak, dan... Ya,... Aku mau kamu bantu komentar masakan ku, sekalian kalau kamu tidak keberatan kita belajar di rumah ku, itu pun... Ya.... Kalau kamu tidak keberatan" aku mengajak Jiro dengan perasaan yang canggung
Namun Jiro hanya terdiam memandangiku dengan wajah datar nya itu
"Yaaa...ya... Kalau kamu tidak mau ya ga usah di paksakan ga apa-apa ko" ucap ku terbata-bata
"Ga mau" Jawab Jiro singkat
Ah sudah ku duga dia akan menolak permintaan ku
"Aku bukan guru les pribadi" celetuknya
"Ahahaha iya... Iyaa.... Kamu betul itu Jiro, hehehe" ucapku seraya sambil membuang nafas
Keesokan harinya aku bangun lebih awal dan menyiapkan bekal ku sendiri tanpa di buatkan oleh mama ku, ya mama ku sedikit terkejut melihat ku bangun lebih awal dari biasanya.
"Miaaa..... " Hanna menghampiri ku yang sedang menyiapkan bekal ku
"Hai" Aku yang masih sibuk menata bekal ku
"Mama mu bilang kamu lagi sibuk di dapur dan menyuruhku untuk menemuimu jadi aku masuk" ucap Hanna
aku pun tersenyum melihat Hanna
"Woah, Mia sudah menjadi anak yang mandiri ya biasanya jam segini kamu masih di bangunkan oleh mama mu" Ucap Hanna menggodaku
"Ah Hanna sekali-kali aku kan ingin mencoba berbagai hal yang belum aku bisa" jawabku
"Bagus itu, ahhhh aku mau cicip yaaaa".
Hanna mengambil sosis goreng ku dan memakannya dengan lahap.
"Aaaaaaa... Ini lumayan enak" puji Hanna
"Serius" Aku bahagia mendengar kata enak yang di ucapkan oleh Hanna ya meski hanya lumayan
"Ya kamu sudah berusaha Mia" puji Hanna sekali lagi
"Terimakasih Hanna," ucapku seraya sambil tersenyum
"Haduh.. Haduh Mia anak mama sudah berjuang ya" Ucap mama dengan penuh semangat
aku tertawa merasa malu saat mama datang dan menyemangatiku
"Kamu buatkan juga untuk Hanna" ucap mama
"Ah betul itu Mia" Jawab Hanna dengan penuh semangat
"Eh...... " Aku sedikit mengeluh
"Kebetulan hari ini aku tidak bawa bekal dan di rumah tidak ada yang bisa ku masak bahkan roti pun sudah ku makan untuk sarapan" cerita Hanna
Akhirnya ku buatkan bekal juga untuk Hanna, padahal aku ingin memberikannya kepada Jiro namun ya sudahlah karena Hanna adalah orang yang pertama mencicipi dan berkomentar masakan ku sekaligus sahabat baik ku jadi ku berikan saja kepada Hanna. Dan kami pun akhirnya berangkat menuju sekolah
"Kami berangkat" Aku dan Hanna berpamitan kepada mama
"Hati-hati kalian" Ucap mama sambil tersenyum
"Mia kenapa kamu belajar masak" Tanya Hanna yang membuat ku terkejut
"Eh... Itu.... Karena aku.... " Aku menjawabnya dengan terbata-bata
"Kenapa" Hanna yang masih penasaran
"Hanna" panggilku pelan
"Hemmm" Hanna hanya berdehem
"Sebenarnya aku menyukai Jiro" ucap ku
"Apaaaaaa" Hanna terkejut mendengar pernyataan ku
"Ssssstttttt, aku belajar masak karena aku selalu mendapat komentar jahat dari mulut Jiro yang mengatakan pada ku bahwa aku... Ya kamu tau aku bagaimana"
"Jadi selama ini kamu belajar masak berkat kritik dari Jiro" tanya Hanna
"Ya ga hanya itu, aku juga di semester dua ini akan belajar sungguh-sungguh karena ketika nanti naik kelas aku masih mau satu kelas dengan Jiro" ucapku seraya sambil menghembuskan nafas
"Itu sebabnya kamu selalu belajar bersama Jiro" tutur Hanna
"Iya" jawabku
"Semangat Miaaaaaaa aku akan mendukung mu" Hanna kemudian memeluk ku dengan erat membuat ku hampir sesak nafas.
*****
Suara bel berbunyi menandakan sudah waktunya istirahat, segera saja ku hampiri Jiro dengan penuh semangat.
"Jiroooooo" aku memanggilnya dengan hati-hati
Ya seperti biasa dia tidak berekspresi, padahal aku sudah mencoba bersikap imut. Bahkan keimutan ku pun dia abaikan menyebalkan sekali tapi Jiro ini benar-benar menarik.
"Hoi Mia" Ucap Marcel yang sudah berada di samping Jiro
"Ehh.. " Aku sedikit terkejut
"Hari ini Jiro akan makan di kantin bersama ku" tutur Marcel
"Eh, apa" hanya itu yang keluar dari mulutku
"Jangan belajar terus di jam istirahat, kasih waktu untuk Jiro menikmati waktu istirahatnya" Jawab Marcel
Jiro pun beranjak dari tempat duduknya dan pergi bersama Marcel menuju kantin.
Padahal aku bukan ingin belajar tapi aku ingin Jiro mencicipi bekal buatan ku. Dan akhirnya aku memakan bekal ku bersama Hanna di bawah pohon dekat lapangan sekolah.
"Mia kenapa kamu bisa menyukai si Jiro itu" Tanya Hanna pada ku
"Karena dia manarik" Aku pun tersenyum
"Hah, bahkan dia pun ga pernah tersenyum sama sekali" tutur Hanna yang sambil melahap makanannya
"Tapi dia memang membuat ku tertarik" ucapku seraya sambil tersenyum-senyum
"Selera kamu benar-benar aneh" ucap Hanna seraya menggelengkan kepalanya.
"Lalu bagaimana dengan mu Hanna" aku bertanya balik
"Apanya" Hanna yang berwajah bingung
"Soal Marcel" celetukku
"Ssssttttt" Hanna menutup mulut ku dengan tangannya
"Jangan kencang-kencang Mia nanti ada yang dengar" ucap Hanna yang terlihat khawatir dan melihat sekeliling memastikan tidak ada yang akan mendengarnya.
Aku tersenyum melihat Hanna yang salah tingkah
"Hihihi, siapa yang akan dengar"
"Aku mengatakan padanya untuk memberikan aku waktu untuk menjawabnya" jawab Hanna
"Lalu bagaimana" tanya ku penasaran
"Entahlah, aku masih tidak tau perasaan aku sendiri, habisnya Marcel mendadak seperti itu" ucapnya terdengar seperti sedang mengeluh
Setelah itu aku pun terus mendengarkan curhatan Hanna soal Marcel mulai dari awal mereka satu SD dan bertemu kembali di SMA yang sama.
semangattt/Determined//Determined/