Akibat kesalahannya di masa lalu, Freya harus mendekam di balik jeruji besi. Bukan hanya terkurung dari dunia luar, Freya pun harus menghadapi perlakuan tidak menyenangkan dari para sesama tahanan lainnya.
Hingga suatu hari teman sekaligus musuhnya di masa lalu datang menemuinya dan menawarkan kebebasan untuk dirinya dengan satu syarat. Syarat yang sebenarnya cukup sederhana tapi entah bisakah ia melakukannya.
"Lahirkan anak suamiku untuk kami. Setelah bayi itu lahir, kau bebas pergi kemanapun yang kau mau."
Belum lagi suami teman sekaligus musuhnya itu selalu menatapnya penuh kebencian, berhasilkah ia mengandung anak suami temannya tersebut?
Spin of Ternyata Aku yang Kedua.
(Yang penasaran siapa itu Freya, bisa baca novel Ternyata Aku yang Kedua dulu ya.)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon D'wie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sebegitu rendahkah aku
Hingga Freya selesai menyiram tanaman tiba-tiba merasa ada yang memperhatikannya. Matanya pun mengedar ke sekitar. Namun ia tak mendapati siapa-siapa. Lalu Freya pun mendongakkan kepalanya sehingga matanya bersirobok dengan Abidzar yang masih memperhatikannya.
Seketika tubuh Abidzar membeku saat melihat Freya.
"Di-dia ... Bagaimana dia bisa berada di sini? Apa jangan-jangan ??? Ah, tidak, tidak, itu tidak mungkin!" Gumam Abidzar dengan kalimat terakhir hanya ia suarakan dalam hati.
Rahang Abidzar mengeras. 'Apa ini yang dimaksud Erin aku tidak mungkin akan menyukainya? Tapi kenapa? Kenapa harus dia? Apa maksudmu, Erin? Apa kau bermaksud mempermainkan aku? atau kau bermaksud membuka jalan untukku ... Ah, itu tidak mungkin sebab Erin tak tahu apapun. Mungkin karena Freya seorang mantan narapidana jadi takkan mungkin bagiku menyukainya. Apalagi setelah melihat penampilannya sekarang yang sangat jauh berbeda dari Freya yang ku kenal dulu.'
Abidzar menyeringai. Ia pun mengikuti perkembangan berita tentang Freya setahun yang lalu. Dimana berita itu mengabarkan tentang kejahatan Freya dan ayah angkatnya yang telah menipu mentah-mentah Gathan Adriano Tjokroaminoto dan juga mencelakai istri dari CEO TJ Group itu hingga keguguran dan mengalami koma.
'Aku tak menyangka kau akan berbuat senekat itu demi harta. Aku yakin kau bersedia mengandung anakku pun demi harta. Cih, dasar wanita murahan!' Batin Abidzar kembali bermonolog.
Tak ingin berlama-lama melihat Freya, Abidzar pun segera masuk kembali ke dalam kamarnya.
Sementara itu, Freya yang sejak tadi berdiri di dekat kolam ikan hanya menatap kebingungan ke arah Abidzar. Ia seakan familiar dengan wajah itu, tapi siapa dan kenal dimana ia tak ingat sama sekali. Setelahnya ia membalikkan badannya dan melanjutkan aktivitas.
"Dia siapa ya? Kok cakep banget. Kayak familiar gitu wajahnya. Apa dia suami Erin? Astaga, bagaimana ini? Bagaimana kalau dia tidak menyukai melihat keberadaan ku? Dari wajahnya aja keliatan banget dia nggak suka. Kalau aku tiba-tiba diusir bagaimana? Aku harus kemana? Ah, tapi itu sebenarnya lebih baik daripada harus terjebak dalam situasi ini, pernikahan orang lain. Ya Tuhan, kenapa lagi-lagi aku harus terjebak dalam pernikahan orang lain? Bila dulu aku menjadi istri pertama, tapi kali ini akan menjadi istri kedua. Namun sama-sama siri." Desahnya tak habis pikir dengan jalan hidupnya yang sangat rumit sambil mengayunkan langkah masuk ke dalam rumah kecil yang dikhususkan untuknya itu.
Sesampainya di dalam, Freya segera menuju dapur. Ia hendak menyiapkan sarapan untuknya. Ia diminta menyiapkan sarapan untuknya sendiri. Hanya nasi putih dan telur ceplok plus kecap asin yang dicampur bawang merah dan cabai, tapi rasanya sudah begitu nikmat. Sudah lama ia emakan senikmat itu. Meskipun di penjara mereka diberikan makanan yang cukup layak, tapi rasanya jauh dari ekspektasi. Entah mengapa, mereka seakan tak ikhlas menyiapkan itu semua. Belum lagi jatahnya sering kali diambil narapidana lainnya yang memang kerap semena-mena pada tahanan lainnya yang terlihat lemah.
Sebenarnya kata bik Asih sarapannya akan diantarkan setelah tuan dan nyonya mudanya selesai sarapan. Tapi bila sewaktu-waktu Freya telah lapar, ia bisa menyiapkan makannya sendiri terlebih dahulu. Bi Asih juga telah mengirimkan beberapa bahan makanan yang awet sebab tak ada kulkas di dalam paviliun itu.
Sementara itu, Abidzar baru saja selesai mandi. Ia pun segera mengambil pakaian kerjanya di dalam lemari dan memakainya. Saat sedang merapikan dasi, Erin menggeliat membuat Abidzar segera menghampirinya.
"Rin," panggil Abidzar membuat Erin membuka matanya.
"Hmmm ... kau sudah bersiap, mas." Ucap Erin sambil mengulas senyum semanis mungkin.
"Hmmm ... "
"Ada apa? Ada yang mau mas tanyakan?" Tanya Erin yang sepertinya menyadari ekspresi suaminya yang penuh pertanyaan.
"Ya, wanita itu ... yang kau bilang akan mengandung anakku, siapa dia?"
"Oh itu, aku yakin, mas kenal. Dia mantan adik kelasmu saat SMA. Dia seangkatan denganku, namanya Freya. Mas ingat?"
"Freya?" Beo Abidzar pura-pura tak ingat.
"Ya, Freya, si perempuan matrealistis yang sukanya gonta-ganti pasangan itu." Ucap Erin santai sambil memperhatikan wajah sang suami yang sudah terlihat begitu tampan.
Abidzar justru memasang ekspresi seperti sedang mengingat-ingat, "perlu aku ingatkan, dia wanita yang pernah menolakmu mentah-mentah dihadapan semua orang hanya karena saat itu kau terlihat miskin dan cupu?" Cetus Erin. Ia dapat melihat perubahan mimik wajah Abidzar yang tiba-tiba berubah. Rahangnya mengeras seakan telah dikuasai oleh gelegak amarah.
"Cukup. Jangan bahas itu lagi. Semua sudah masa lalu." Ucap Abidzar dingin membuat Erin tersenyum.
"Kan aku cuma ngingetin, mas. Nggak perlu marah gitu entar cakepnya hilang lho." Ujar Erin manja yang kini sudah bergelayut mesra di lengan Abidzar.
"Marah? Siapa? Aku tidak marah."
"Nggak marah tapi wajahnya kusut."
"Kalau kusut, ya udah setrikain." Sahut Abidzar seraya tersenyum.
"Entar gantengnya tambah hilang dong. Nggak ah." Sahut Erin seraya terkekeh.
"Oh ya, kenapa harus dia sih? Oke bila kau memaksa aku untuk menikah demi anak, tapi ... kenapa harus dia? Kau tahu sendiri sepak terjangnya selama ini? Apa kau tak khawatir memiliki anak dari perempuan seperti dia? Pasti kau sudah tahu alasan dia dipenjara kan? Apa kau tak takut dia melakukan hal yang sama pada kita nanti?" Abidzar berusaha mempengaruhi Erin agar tidak berurusan dengan Freya.
"Tak ada yang lain yang mau, mas. Kalau ada, aku udah minta yang lain, tapi sayangnya nggak ada. Tenang aja, mas nggak perlu khawatir. Dia nggak akan berani macam-macam. Sebab kalau di berani macam-macam, aku akan membalikannya ke dalam penjara. Tentang sepak terjangnya, tentu saja aku tahu, mas. Aku juga udah memastikan dia subur dan aman. Jadi mas tak perlu khawatir. Kenapa aku gunakan dia sebab dia butuh bantuan kita. Bagaimana pun juga dia temanku lho mas kalau mas lupa. Ya ... walau nggak dekat-dekat amat. Selain itu, mana ada sih perempuan baik-baik mau jadi istri kedua. Mereka pasti khawatir dikatain pelakor, beda dengan dia yang emang sudah biasa. Karena itu, aku berani mastiin, mas nggak mungkin jatuh cinta sama perempuan murahan itu, iya kan?"
"Huh, ya sudah. Terserah kau saja. Mas serahkan semua padamu." Desah Abidzar pasrah dengan keputusan sang istri. Ia memang terlihat bodoh karena patuh-patuh saja dengan keputusan sang istri, tapi entah kenapa ia tak bisa menolaknya kali ini. Seakan ada dorongan agar mau melakukannya.
"Semoga kau tak salah langkah, Rin." Ujar Abidzar sebelum keluar dari kamarnya.
Keesokan harinya,
Pagi-pagi sekali, Erin sudah meminta Freya bersiap. Sepanjang malam hingga pagi, Freya tak henti-hentinya gelisah. Hari ini adalah hari yang teramat sangat penting dan menegangkan baginya sebab tepat jam sembilan pagi nanti, ia akan menikah dengan suami Erin.
"Cepat, bersiap. Gunakan kebaya ini. Dan ini bedak dan dan lipstik untukmu." Ucap Erin sudah seperti sebuah titah membuat Freya terpaksa mematuhinya.
Saat Erin keluar dari paviliunnya, Freya pun segera membentangkan kebaya yang Erin berikan. Kebaya itu memang bagus, tapi sedikit jadul. Entah dari mana Erin mendapatkannya. Sedangkan bedak dan lipstik, itu merupakan make up bekas Erin. Erin memberikan bedak dan lipstiknya yang tak terpakai. Freya merasa miris sekali dengan dirinya sendiri. Bahkan untuk mendapatkan sesuatu yang layak saja seperti tak pantas.
"Sebegitu rendahkah aku sampai harus mendapatkan segala yang bekas dan tak layak?" Gumamnya merasa miris dengan apa yang ia alami.
...***...
...HAPPY READING 😍😍😍...
syediiih Thor