NovelToon NovelToon
Tangan Nakal Daddy

Tangan Nakal Daddy

Status: tamat
Genre:Percintaan Konglomerat / Beda Usia / Pelakor / Romansa / Tamat
Popularitas:1.5M
Nilai: 4.8
Nama Author: Momoy Dandelion

"Apa kamu takut?" tanya Mark sembari mengusap pipi Jessy yang memerah.

"Sedikit."

Jawaban Jessy membuat Mark merasa gemas. Wajah polos wanita itu benar-benar menarik.

"It's okay. Kita memang baru pertama melakukannya," kata Mark.

Jessy mengalihkan pandangannya ke tempat lain. Ia tak kuasa menyaksikan tubuh indah Mark yang tampak kokoh sebagai tempat bersandar.

"Ayolah, kenapa kamu seperti malu-malu begini? Bukankah ini sudah biasa untukmu dan pacarmu?" tanya Mark yang melihat Jessy seakan tak mau melihatnya.

"Aku ... Belum pernah melakukan yang seperti in," lirih Jessy.

"Apa?" Mark terkejut. Ia kira hal semacam itu sudah biasa dilakukan orang yang telah berpacaran.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Momoy Dandelion, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 12: Sentuhan Pertama

Selama 20 tahun hidup, baru kali ini Jessy begitu dekat dengan seorang lelaki. Bahkan, dengan Justin, ia belum pernah berbuat sejauh yang dilakukan malam ini.

Mark merupakan lelaki yang belum lama dikenalnya. Usia mereka terpaut 13 tahun jauhnya. Seharusnya Mark lebih pantas dipanggil sebagai kakak atau mungkin pamannya. Tapi, ia memilih menjalani hubungan yang benar-benar tabu dan terlarang di mata masyarakat.

Perlakuan Mark entah mengapa bisa membuat Jessy nyaman meskipun baru dua kali ini bertemu. Mark bagaikan lelaki dewasa yang telah berpengalaman dalam bercinta.

"Apa kamu takut?" tanya Mark sembari mengusap pipi Jessy yang memerah.

"Sedikit."

Jawaban Jessy membuat Mark merasa gemas. Wajah polos wanita itu benar-benar menarik.

"It's okay. Kita memang baru pertama melakukannya," kata Mark.

Mark melepaskan pakaian yang Jessy kenakan dalam sekali tarikan. Jessy menahan malu menutupi bagian dada sebisanya. Rasanya Mark semakin tidak sabaran melihat kulit mulus serta lekukan badan yang begitu ranum dan kencang.

Ia turut melepaskan pakaiannya satu per satu hingga tak ada lagi yang menutupi tubuhnya.

Jessy mengalihkan pandangannya ke tempat lain. Ia tak kuasa menyaksikan tubuh indah Mark yang tampak kokoh sebagai tempat bersandar.

"Ayolah, kenapa kamu seperti malu-malu begini? Bukankah ini sudah biasa untukmu dan pacarmu?" tanya Mark yang melihat Jessy seakan tak mau melihatnya.

"Aku ... Belum pernah melakukan yang seperti in," lirih Jessy.

"Apa?" Mark terkejut. Ia kira hal semacam itu sudah biasa dilakukan orang yang telah berpacaran.

Mark kembali ragu ingin melanjutkan. Ia takut Jessy akan menyesal melewati pengalaman pertama dengan orang yang tidak dicintainya.

"Kamu yakin, mau melakukannya denganku?" tanya Mark memastikan.

Jessy menggigit bibir. Tubuhnya sedikit bergetar. Dengan memantapkan keputusan, ia menganggukkan kepala.

Mark kembali terkejut dengan keputusan Jessy. Ia meraih tubuh Jessy lalu mendekapnya dengan lembut. "Tenanglah, ini tidak akan sememakutkan yang kamu bayangkan. Semua akan baik-baik saja," ucap Mark.

"Aku akan memperlakukanmu dengan sangat baik, Jessy. Mulai sekarang, panggil aku 'Daddy'," lanjutnya.

***

Sinar matahari yang menelusup masuk melalui sela-sela tirai mengusik tidur Jessy. Perlahan matanya terbuka dan mendapati dirinya berada dalam sebuah ruangan yang asing.

Ia memperhatikan sekeliling. Mark masih terlelap di sampingnya. Hampir saja Jessy lupa dengan apa yang semalam dialaminya.

Jessy kira semalam hanyalah mimpi belaka. Rasa sakit di bawah sana menyadarkan dirinya bahwa semalam benar-benar nyata. Ia telah menghabiskan malam bersama lelaki yang baru dua kali ditemuinya.

Ia duduk di atas ranjang sembari menyandarkan punggung pada kepala ranjang. Air matanya tiba-tiba mengalir sendiri dan akhirnya ia menangis. Entah apa sebabnya tiba-tiba ia ingin menangis seperti seorang anak kecil.

Suara tangisan pelan Jessy membangunkan Mark yang tertidur di sebelahnya. Mark kebingungan melihat wanitanya menangis pagi-pagi. Padahal, berkat Jessy, semalam ia bisa merasakan tidur yang benar-benar nyenyak.

"Jessy, kamu kenapa?" tanya Mark khawatir.

Ia segera bangkit dan memeluk Jessy dengan penuh kasih sayang. Tubuh Mark terasa hangat dan nyaman seakan mampu memenuhi keinginan Jessy untuk disayang.

Jessy masih terisak dalam dekapan Mark. Mark masih belum tahu kenapa Jessy menangis. Mungkin Jessy tengah menyesali keputusan yang telah diambilnya.

"Apa kamu menyesal?" tanya Mark.

Jessy menggeleng.

"Kamu merasa sakit? Apa perlu aku panggilkan dokter?" tanya Mark lagi.

Jessy kembali menggeleng. "Aku hanya sedang ingin menangis saja," katanya.

Mark mencoba memahaminya. Pasti berat untuk Jessy untuk mengalami hal ini.

Tok tok tok

"Masuk!" seru Mark saat mendengar suara ketukan pintu.

"Kami membawakan sarapan, Tuan."

Beberapa pelayan tampak masuk ke dalam kamar dan meletakkan satu per satu hidangan di atas meja yang ada di dalam kamar itu.

Jessy tampak terkejut melihat kedatangan mereka. Ia merasa malu sekaligus takut dilihat sedang bersama dengan Mark.

"Jangan khawatir, mereka tidak akan berkomentar apapun tentang kita," ucap Mark.

Jessy heran melihat Mark yang begitu santai mendekapnya di atas ranjang. "Bagaimana kalau keluargamu tahu?" tanyanya.

"Sudah aku bilang, keluargaku tidak ada di sini. Ini rumah pribadiku," jawabnya.

Selesai menata makanan di meja, para pelayan kembali keluar meninggalkan kamar mereka. Mark segera turun dari ranjang untuk mengenakan kimono tidurnya. Ia juga mengambilkan milik Jessy dan membantu mengenakannya.

"Kamu bisa jalan sendiri?" tanya Mark.

"Mm, aku rasa ... Tidak," ucap Jessy yang masih merasakan nyeri.

Tanpa bertanya lagi, Mark langsung menggendong Jessy dan mendudukkannya di meja makan. Aneka hidangan menggugah selera tersaji di hadapannya.

"Kamu mau yang mana, Baby? Biar aku bantu ambilkan."

"Aku mau steak itu," kata Jessy sembari menunjuk ke piring yang dimaksud.

Dengan penuh perhatian, Mark memberikan steak itu kepada Jessy. Ia juga membantu memotong daging steak agar Jessy lebih mudah memakannya.

Mark menyantap makanannya tanpa mengalihkan pandangan dari Jessy. Hatinya sedang berbunga-bunga. Setelah bertahun-tahun selalu menikmati sarapan sendiri, kini ada seorang wanita yang menemaninya. Bahkan wanita itu pula yang semalam menemani tidurnya.

1
Raflesia 4012
makasih hiburannya thoor/Sly/.selamat berkarya /Determined/
Yati Haryati
rumit bgt yak jdi jessi
Catur Rini
dasar jessy gatel, katanya gak mo ngrusak rmh tangga orng lain, mo dicium justin kok diem aja.....
Catur Rini
aneh ceritanya
Catur Rini
gobloknya jessy, orng yg biasa hidup mewah kok mo di ajak hidup kere, mbok ua punya otak tu dipaki to jess
Catur Rini
hah gemes,definisi org bodoh ni macam jessy
Catur Rini
katanya mahasiswa pinter, tapi pikirannya goblok, cerita harusnya disesuaikan dong sama karakter, mahasiswa sekarang tu pinter2, sebelum pergi ke negara orng tu mereka udh browsing dulu karakter negaranya, kan jd rancu ceritanya....padahal alurnya udh bagus lho...cuma agak rancu dikitlah.....
Catur Rini
ini kan ceritanya orng indo ya, kok mukanya bule semua, agak real dikitlah.....
Ayu Galih
Bagud alur ceritanya karya kk author is the best🤗🤗😍😍😍😍
Ana Rusliana
Luar biasa
♡Ñùř♡
suka🥰
Yuliana Rahmawati
Luar biasa
Dwisur
sentuhan pertamanya mana ..?
Dwisur
iih...Jesy..kok gitu sich .
realistis dunk
@Al**
/Good/
vj'z tri
what 😱😱😱😱😱
Sofiyana Sofi
plislah kalo buat tokoh cerita jgn yg baik kebangetan ya thor
Eva Nietha✌🏻
Jumpa lagi
Ibelmizzel
jessi terlalu Maruk😁😁😁
Ibelmizzel
Jessy murah
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!