AKU BUKAN PELACUR
Tan Palupi Gulizar nama yang manis. Namun tak semanis perjalanan hidup yang harus ia lalui untuk mencari jawaban siapa jati dirinya yang sebenarnya.
Sosok yang selama ini melindungi dan membesarkannya, ternyata menyimpan sebuah cerita dan misteri tentang siapa dia sebenarnya.
Lika-liku asmara cinta seorang detektif, yang terjerat perjanjian.
Ikuti kisah kasih asmara beda usia, jangan lupa komentar dan kritik membangun, like, rate ⭐🖐️
Selamat membaca 🤗🤗
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Delima Rhujiwati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12
Area dewasa, bocil wajib mlipir.
"Hei you...! Lepaskan, dan menjauh dari pandangan mata kami!" Ray menjadi berang begitu mengetahui siapa yang datang, dan mendekati John yang sedang tidak stabil karena pengaruh alkohol bercampur obat perangs*ng.
"Tuan, mengapa tuan selalu membenci saya? Ini kali ketiga kita berjumpa dengan kalian, adakah saya menyakiti tuan? Tidak! Saya tidak pernah lakukan itu!"
Riris melancarkan jurus bersilat lidah licinnya kepada mangsa yang selama ini ia incar.
John yang mendengar kegaduhan itu, menoleh dan mengibaskan tangan ke arah Ray serta mengikuti saja ke mana Riris membawanya.
"Ray... Tinggalkan aku dengannya, aku bisa handle dengan baik." John tetap saja pergi meninggalkan Ray yang menahan amarah.
Dengan kemenangan yang Riris raih malam ini, ia berhasil mendekati dan membawa John bersamanya. Berbagai rencana licik terlukis di otak piciknya, Riris menggelayut manja pada lengan John.
Begitu pula dengan John yang mulai menurun kesadarannya, dia sama sekali tidak tahu siapa yang saat ini dalam rangkulannya.
Sungguh, serbuk obat yang Riris campurkan ke dalam gelas John, sangat berpengaruh pada keseimbangan John.
Riris membimbing langkah John menuju salah satu kamar yang ia pesan sebelumnya.
Begitu masuk ke dalam kamar, John sudah mulai semakin menurun kesadarannya. John mengikuti permainan Riris. Dia tidak ingat apa yang terjadi dengan dirinya.
Sedangkan Ray, menjadi uring-uringan dengan kebodohan John Norman. Kondisi John yang sedang kalut sangat mudah terpengaruh.
Sebagai sahabat sekaligus relasi kerja, Ray masih tetap mengawasi dan memantau keadaan John.
John yang sudah mulai masuk ke alam bawah sadarnya tidak menyadari kehadiran seseorang di dekatnya.
"Ha..ha..ha.. sayang, kamu pintar."
Seorang laki-laki paruh baya dengan dandanan necis ala penikmat kupu-kupu malam menghampiri Riris yang melepas gaunnya satu per satu dari tubuhnya yang ramping dan terawat.
"Jadi bagaimana...? Masihkah Oom Bambang meragukanku?" Cubitan genit mendarat di pangkal paha laki-laki hidung belang yang bernama Bambang itu.
"Ingat.., jangan terlena dan jatuh cinta padanya, kalau tidak ingin uang jajanmu berkurang. Segera temukan gadis kecil itu untukku. Aku sudah tidak sabar lagi.
"Segera Oom, Riris janji." Jawabnya.
Sebelum Bambang meninggalkan ruangan itu, Riris terlebih dulu memberikan ciuman menggoda padanya. Pelukan dan ciuman Riris dibalas dengan gig*itan dan ses*pan lembut pada leher jenjangnya.
Pintu tertutup dan dikunci dari dalam. Riris menatap lekat pada ketampanan John Norman yang sedang terlelap. Jari-jari lentiknya bermain menggoda di antara dada bidang John Norman.
Harum maskulin tubuh John, semakin menambah rasa ingin segera menikmati olahan cappuccino seduhan belalai gajah Afrika.
"John Norman, semoga kau masuk ke dalam perangkapku, dan menjadi laki-laki kesekian yang akan tunduk pada kemauanku."
Riris membuka pelan retsleting celana dan melepaskannya dengan paksa pakaian John, serta melemparkannya ke sembarang tempat.
Perlahan John mulai sadar, dan merasakan hawa panas dan aneh yang mengajaknya menuju nirwana dunia. Kucing mana yang sanggup menolak ikan tuna asap?
"Ohh John... Akupun juga ingin seberuntung Palupi. Aku juga ingin berada di pelukanmu saat ini dan nanti."
Riris membelai dan menggoda belalai gajah Afrika milik John. Usapan lembut dan terkadang cepat membuat belalai gajah Afrika milik Jonh menggeliat dan perlahan bangun oleh sentuhan lid*ah dan tangan Riris yang sudah mahir dalam melakukannya.
Kondisi ruangan yang temaram membuat suasana semakin memanas. Des*han demi des*han menuntun mereka pada sebuah titian.
John yang sudah terkapar, dan dibakar gelora, mulai melakukan gerakan intens. Ia memainkan, memi*lin, dan menghi*sap pucuk ranum buah aprikot, yang selama dua hari ini menggoda pikiran dan memancing keinginan John.
Begitu pula halnya dengan Riris. Tubuhnya bagaikan cacing kepanasan oleh setiap godaan dan sentu*han. Hisa*pan kuat dan gigi*tan lembut bagaikan racun kenikmatan pada ranjang panas mereka.
Denyut beruntun dirasakan semakin mendesak. Riris semakin terhanyut dalam permainannya. Rasa ingin segera mendapatkan sentuhan lebih pada inti Riris yang sudah bas*ah, semakin membawa gelora dan rasa panas menjalari seluruh tubuhnya.
His*apan dan permainan lidah Riris, membuat John mengerang. Perasaannnya mulai menolak, namun tubuhnya berkata lain. John kesulitan menyudahi gerakan jari-jarinya yang merayap ke area antah berantah.
"John... lakukanlah... Lakukan lebih John, kuingin belalai itu menghun*jamku. Aku ingin merasakan lebih dengan semburan hangat darimu."
Erangan yang mendayu dan racauan Riris, perlahan tanpa disadarinya telah membuat ingatan dan kesadaran John pulih. Walau hawa panas masih menguasai tubuhnya, nanum kesadarannya mulai naik. Seketika John menghentikan aktivitas jari tangannya yang sudah basah oleh ca*iran nik*mat milik Riris.
"What the hell are you doing, *****?" Teriak John lantang. Sontak saja John berdiri dan menjauh dari tubuh Riris.
John meraih apapun yang ada di dekatnya, untuk menutupi belalainya yang sudah terlanjur menantang dan manggut-manggut. Dia berlari ke kamar mandi dan mengguyur tubuhnya dengan air dingin dari shower.
John yang diliputi kemarahan, di bawah kucuran air dingin yang mengalir, berusaha menuntaskan dan menidurkan belalai yang terlanjur bangun dengan paksa.
Riris masih tergolek di tempat tidur dengan perasaan jengkel ditinggalkan begitu saja oleh John. Pikirannya kecewa karena saat sedang berada di puncak gai*rahnya ditinggalkan begitu saja oleh John. Riris mende*sah kesal dan geram oleh sikap John yang tiba-tiba lari ke kamar mandi.
Setelah berhasil tenang. John kembali masuk ke kamar dan memaki Riris.
Dagu Riris dicengkeram dengan kasar oleh John.
"You idiot...! Kenapa kau melakukan ini semua? You are such a *****!" Mata nanar John yang diliputi kemarahan menelisik Riris yang sibuk menutupi dirinya.
"Hei tuan John, kau yang menginginkannya! Kau yang membawaku ke sini. Salahku di mana?" Elak Riris dengan sejuta kebohongannya.
"Tidak mungkin! Kau bohong. Ingat! Bila di sini terjadi kebohongan dengan cara mencari keuntungan untuk dirimu belaka, aku akan tuntut kamu!"
John melangkah keluar dengan sejuta kemarahan dan rasa geram oleh kebodohan yang ia lakukan.
Riris yang kecewa dengan gagalnya segala keinginan untuk mencapai puncak kenikmatan dengan John, harus rela melepaskan kenikmatan itu dengan cara dia sendiri.
Walaupun gagal menaklukkan John, di wajahnya terukir senyum kemenangan yang tersungging di bibir liciknya Riris.
Sejuta rencana sudah ia susun dengan rapi.
Ambisi yang membara ingin menguasai dan memiliki, tanpa dia sadari akan membawanya pada bencana baru dalam hidupnya.
"Palupi..., aku akan mengubah hidupmu! Kau hanya anak pungut, tidak seharusnya kau mendapatkan yang lebih dariku. Aku tetap yang berhak di atas segala milikmu.” Geram Riris sambil mengepalkan tangannya.
John berjalan gontai dengan merutuki kebodohannya, satu masalah belum selesai timbul lagi masalah baru.
"Ray..., kau di mana? Jemput aku di lobby club." John menelepon Ray yang sebenarnya tetap berada tidak jauh dari tempat John. Lelaki yang hampir saja menjadi mangsa Riris gadis bin*l yang menggodanya.
...****************...
Pemirsah.....
John Norman di atas tanduk tuh... gimana nih? yuk lanjut aja lagi, semangat 💪
TBC 😘
klo palupi dia terlalu baik