Aluna seorang gadis manis yang terpaksa harus menerima perjodohan dengan pria pilihan keluarganya.Umurnya yang sudah memasuki 25 tahun dan masih lajang membuat keluarganya menjodohkannya.
Bukan harta bukan rupa yang membuat keluarganya menjodohkannya dengan Firman. Karena nyatanya Firman B aja dari segala sisi.
Menikah dengan pria tak dikenal dan HARUS tinggal seatap dengan ipar yang kelewat bar-bar.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ismi Sasmi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12 DEDREST
Kehamilan ku sudah memasuki 11 Minggu. Dan Bang Firman mengizinkan aku beraktivitas seperti biasa. Dengan catatan tak boleh terlalu capek. Aku tentu saja sangat senang.
Tak sabar rasanya ingin "konser" di dapur. Hari ini aku ingin masak sayur asem untuk makan siang.
Aku menyiapkan bahan-bahan dan mulai memasak.
Selesai berkutat di dapur, aku ke toilet karena ingin pipis. Betapa terkejutnya aku karena melihat ada bercak darah di CD ku.
Kakiku gemetaran karena takut terjadi sesuatu pada janin yang ku kandung. Niat pipis pun ku urungkan. Bergegas aku ke kamar mencari ponsel untuk menghubungi Bang Firman.
Tak lama panggilan pun tersambung.
"Assalamualaikum, Bang. Abang lagi sibuk gak ?"
"Waalaikumsalam, Dek. Iya Abang Lumayan sibuk. Kenapa ? Adek mau nitip sesuatu ?"
"Bisa pulang sekarang gak, Bang ? Aku takut" pintaku.
"Loh...loh.. Kamu kenapa, Dek ? Kamu baik-baik aja kan ? Jangan buat Abang khawatir " Bang Firman terdengar panik.
"Pulang dulu aja, Bang ! nanti aku ceritain". Ucapku nyaris terisak.
"Ya udah Abang tutup toko dulu. Kamu baik-baik disana ya, Dek."
Panggilan pun terputus setelah mengucap salam. Aku hanya bisa menangis karena terlalu khawatir dengan si jabang bayi.
Apakah aku sedang datang bulan ?
Tapi kan aku sedang hamil ?
Apa wajar keluar bercak darah saat hamil muda ?
Berbagai tanya berputar-putar di kepalaku.
Berbagai praduga muncul di otakku.
Aku pun semakin takut.
Setelah menunggu beberapa saat, akhirnya Bang Firman datang juga.
"Kamu kenapa, Dek ?" tanyanya memindai tubuhku.
"Gak ada yang sakit kan ?" lanjutnya.
"Tadi waktu aku mau pipis ada bercak darah di CD, Bang" raungku sambil memeluknya.
"Kok bisa, Dek ?" tanyanya bingung.
"Gak tau, Bang" jawabku frustasi.
"Emang tadi Adek abis ngapain ?" selidik Bang Firman.
"Tadi cuma nyapu sama masak aja, Bang" jawabku apa adanya.
"Sekarang kita periksa ke tempat Bu bidan. Takut kandungan kamu kenapa-kenapa" putusnya.
Aku pun mengangguk setuju. Setelah mengganti baju, kami pun berangkat.
"Aduuuuhhhh pasutri ini jalan-jalan Mulu. Kaya kebanyakan uang aja" sindir Siska yang sedang menonton tv dengan ica.
Aku mengabaikannya. Karena sekarang aku benar-benar malas berdebat. Fokusku hanya tertuju pada kandunganku.
Tak butuh waktu lama untuk sampai di tempat Bidan Nisa karena jaraknya lumayan dekat.
"Aduh Bumil satu ini makin cantik aja". Sapanya ramah.
Aku hanya tersenyum tipis menanggapinya.
"Ayo berbaring dulu. Biar saya periksa !" titahnya.
"Ada keluhan ?" tanya Bu Bidan.
"Tadi waktu saya mau pipis,ada bercak darah di CD saya Bu Bidan". Jelasku.
"Kayaknya Mbak kecapean. Untuk sekarang harus bedrest total ya. Bahkan makan pun lebih baik di kasur aja. Jangan terlalu banyak gerak. Karena kondisi ini sangat beresiko. Nanti saya beri vitamin dan obat penguat kandungan. Jangan lupa nanti di minum. Semoga kandungannya tidak kenapa-kenapa ".
Aku pun mengangguk pasrah. Setelah membayar dan mengucapkan terima kasih, kami pun pamit pulang.
Sepanjang jalan kami berdua diam membisu, tanpa ada yang berniat memecah kesunyian. Begitu sampai rumah, aku langsung masuk ke kamar di susul Bang Firman.
"Kan dari awal hamil, Abang sudah peringatkan kamu supaya jangan terlalu capek. Tapi kamu dibilangin malah ngeyelen. Ini yang Abang takutin, Dek. Urusan kerjaan rumah kan bisa Abang yang ngurus. Kamu gak usah peduliin Siska. Kalau kamu bosan dengan makanan yang Abang beli, bilang Abang bakal beliin makanan apa yang sesuai selera kamu. Abang ngerti gimana sentifitnya lidah kamu waktu hamil". Ucap Bang Firman dengan nada tinggi. Mungkin dia kecewa padaku.
"Kok Abang malah nyalahin aku. Abang fikir aku pengen kejadian kayak gini ? Aku juga gak mau, Bang !" ucapku tersulut emosi.
"Kan kamu yang ngotot mau mengerjakan ini itu" ucapnya telak.
"Aku kan cuma MASAK, Bang. Bukan KAYANG apalagi salto". Ucapku ngegas.
"Tapi tadi kan kata Bu Bidan, kamu kecapean ". Semburnya.
Aku hanya bisa menangis karena ini memang salahku.
"Kenapa sih kamu sudah banget dibilangin, Dek ? Abang cuma suruh kamu ISTIRAHAT. Bukan nyuruh kamu bajak sawah. Masak gitu aja kamu gak bisa ? Abang tuh gak pengen kamu kenapa-kenapa. Kamu tau sendiri kan, gimana bahagianya Abang waktu tau kamu hamil ? Abang bersyukur, Dek. Dan janji akan jaga kamu dan calon anak kita baik-baik. Untuk sekarang Abang harap kamu nurut kali ini. Kamu gak usah ngapa-ngapain. Cukup rebahan aja. Abang yang akan urus kebutuhan kamu. Kalau perlu nanti Abang beliin diapers buat kamu. Supaya gak usah bolak-balik ke toilet".
"Iya Bang". Ucapku lemah.
Bang firman yang melihat mataku sembab pun, akhirnya memelukku. Tangisku makin menjadi di pelukannya.
"Maafin aku, Bang. Gak nurut sama Abang. Ini emang salah aku suka ngeyelan. Aku-" tanpa mampu aku melanjutkan ucapan karena suaraku seakan tercekat di tenggorokan.
"Udah, Dek. Jangan nangis lagi. Abang juga minta maaf tadi udah marahin kamu. Abang terlalu panik jadi gak bisa ngontrol emosi ".
Aku pun mengangguk dan makin mengeratkan pelukanku.
"Bang, kalau untuk diapers, kayaknya gak usah. Aku gak nyaman. Lebih baik ke toilet aja. Lagian jaraknya gak terlalu jauh" ucapku takut-takut.
Bang firman menghela nafas panjang dan menatapku dalam.
"Cuma sebentar kok, Dek. Dari pagi sampai nanti Abang pulang dari toko baru lepas. Kalau dari sore sampai malam gak usah pakai diapers. Kan Abang ada dirumah.
Jadi Abang bisa gendong kamu ke toilet ". Bujuknya.
Aku pun mengiyakan. Toh ini demi kebaikanku juga.
***
Sekarang aktivitas ku hanya di atas kasur.
Sebelum berangkat ke toko, Bang firman sudah menyiapkan semua keperluanku diatas nakas. Dari mulai susu hamil, buah, biskuit, dan camilan lainnya. Dia juga sudah menyiapkan air untukku cuci tangan. Pintu kamar pun dia kunci dari luar, karena khawatir Siska atau Ica menggangguku.
Pertama memakai diapers, aku benar-benar tidak nyaman. Tapi aku terpaksa memakainya karena takut mengecewakan suamiku yang sudah begitu perhatian.
"Luna, buka dong pintunya ! Kenapa sih dikunci segala. Mau cosplay jadi ba bi ngepet kamu kurung diri di kamar Mulu" ucap Siska disertai gedoran di pintu kamarku.
Manusia satu itu memang hobby banget ngerecokin hidup aku. Rasanya hidupnya ada yang kurang jika tak menggangguku.
"Kamu itu hamil kok suka banget ngerepotin suami. Dosa tau gak dosa. Mau masuk neraka kamu ? Tuh lantai belum kamu sapu. Berdebu tau ! Kalau hamil jangan suka malas-malasan ntar susah ngelahirin" umpatnya.
Karena aku tak juga merespon ocehannya, dia pun kesal dan menendang pintu dengan keras.
Aku mengabaikannya dan lebih memilih buka sosmed untuk mengusir rasa jenuh. Anggaplah Siska hanya makhluk tak kasat mata dirumah ini.