Hidup dengan berbagai peristiwa pahit sudah menjadi teman hidup bagi seorang wanita muda berusia 22 tahun ini, Ya ini lah aku Kimi Kimura..
Dari sekian banyak kilasan hidup, hanya satu hal yg aku sadari sedari aku baru menginjak usia remaja, itu adalah bentuk paras wajah yg sama sekali tidak ada kemiripan dengan dua orang yg selama ini aku ketahui adalah orang tua kandungku, mereka adalah Bapak Jimi dan juga Ibu Sumi.
Pernah aku bertanya, namun ibu menjawab karena aku istimewa, maka dari itu aku di berikan paras yg cantik dan menawan. Perlu di ingat Ibu dan juga Bapak tidaklah jelek, namun hanya saja tidak mirip dengan ku yg lebih condong berparas keturunan jepang.
Bisa di lihat dari nama belakangku, banyak sekali aku mendengar Kimura adalah marga dari keturunan jepang. Namun lagi-lagi kedua orangtua ku selalu berkilah akan hal tersebut.
Sangat berbanding terbalik dengan latar belakang Bapak yg berketurunan jawa, begitu pula dengan Ibuku.
seperti apakah kisah hidupku?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon V3a_Nst, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 32 - Dimensi lain
***
Angin sejuk semilir menerpa wajah mulus nan cantik milik Kimi. Ia duduk di hamparan taman penuh bunga warna warni. Di sepanjang mata memandang, hanya keindahan yg terlihat.
"Tenang... Sungguh tenang." Bisik lirih Kimi sembari menutup mata menikmati suasana. Cuaca yg tidak panas dan tidak pula hujan, menambah kesan pada duduk santainya kali ini.
Sayup-sayup ia mendengar kicauan suara burung menggema di sekitar. Mata memandang takjub pada makhluk yg sedang terbang kesana kemari. Dalam ketenangan jiwa nurani, walau terasa asing, hal itu tak membuat Kimi bertanya, sedang dimanakah ia sekarang saat ini.
Suara langkah orang mendekat terdengar. Kimi perlahan membuka mata dan menoleh mencari sumber suara. Dahi mengkerut dalam, apa yg ia lihat, adalah apa yg paling ia nantikan. Mata membeliak ketika siapa yg hadir semakin mendekat.
"Kimi.."
Suara itu, membangkitkan gulungan air bah menuju kedua netra Kimi. Dalam sekejap kedua pipi mulus sudah banjir akan air mata. Hati yg semula tenang bagai air di danau. Kini bergejolak penuh emosi seperti gulungan ombak di pantai.
Lunglai, kedua kaki Kimi tengah lunglai tak bertenaga, ingin bangkit dan mengejar. Akan tetapi entah mengapa, raga tak mampu melakukan. Hanya mulut saja yg bisa bersuara lantang, memanggil....
"Mama.. Papa....."
Ya, yg datang menemui Kimi adalah kedua orangtua angkat. Jimi dan Mira saling pandang sekilas, lalu tersenyum hangat. Mereka ayunkan kembali langkah kaki menuju anak tercinta.
Kedua tangan mengais-ngais persis seperti orang yg sedang berenang. Ia seolah sedang menarik udara agar cepat membawa kedua sosok itu dalam dekapan.
Begitu sampai....
"Ma! Aku sangat merindukan Mama! Papa... Kenapa kalian meninggalkan aku!" Tanya Kimi menangis heboh dalam dekapan. Perasaan rindu mendalam, membuat pelukan yg sudah erat seakan tak cukup. Ia terus saja mempererat dekapan. Sehingga hal tersebut membuat kikik geli dari kedua orangtua Kimi.
"Nak.. kamu bahagia?" Tanya Mira mengurai sedikit pelukan yg masih di tahan oleh Kimi. Kimi enggan menjawab. Dirinya hanya ingin larut dalam dekapan yg sudah lama hilang.
Usapan di kepala bergerak teratur. Jimi menenangkan isak tangis kencang sang buah hati.
"Nak... Tidakkah kamu ingin berbagi cerita bahagiamu saat ini? Bukankah sebentar lagi, kamu akan menjadi seorang istri?" Ucapan Jimi sedikit mengurangi raung tangis Kimi. Ia mengurai perlahan. Wajah berderai air mata, mata menggercap sesekali, ia usap air yg menghalangi. Lalu ia lihat lebih jelas wajah-wajah yg sangat ia rindukan.
Kedua tangan terulur ke arah wajah Mira dan Jimi. Mereka tersenyum menyambut belaian tersebut. Hati menohok, apa yg ia lihat benar ada nya. Isak tak tertahan kembali tumpah. Ia peluk sekali lagi, lalu di uraikan kembali. Berdehem beberapa kali, ia ingin menetralkan suara yg serak, akibat meraung terlalu dalam.
"I-iya Pa.. Kimi akan menikah." Ia tatap wajah penuh wibawa dan selalu bertanggung jawab akan hidupnya sedari dulu hingga terakhir menjemput nyawa. Dan ia beralih pada wanita tercantik, yg selalu melakukan apapun untuk kebahagiaan seorang Kimi.
"Dan.. iya Ma.. Kimi bahagia. William berhasil membawa Kimi keluar dari kubangan duka mendalam." Ia mengucapkan hal tersebut dengan wajah berseri, lalu kemudian ia tercekat di akhir kalimat.
"I-ini... Ini dimana? K-kok.." Heran Kimi menatap sekeliling, yg memang sedari awal sudah ia sadari, ini adalah tempat yg asing. Namun karena ketenangan jiwa yg ia dapatkan, enggan membuatnya berpikir macam-macam. Akan tetapi, setelah ia bercerita, barulah ia menyadari ada yg lain dari apa yg ia alami saat ini. Ini seperti....
"Kamu berada di dimensi lain nak." Ucap Sang Ibu masih dalam raut yg tenang, dan tak lupa senyum hangat yg selalu menghiasi. Tak ikut menangis seperti yg Kimi lakukan, karena memang tempat seindah ini, bukan tempat yg untuk di sesalkan oleh Jimi dan Mira.
Masih dalam raut terheran-heran. Kimi tak mengerti maksud sang Ibu. Berulang kali ia menatap secara bergantian, Mira dan Jimi.
"Kamu akan menikah, 'kan?" Tanya Jimi memegang pundak Kimi.
Kimi mengangguk cepat. Jimi tersenyum, lalu menarik tubuh itu erat dalam dekapan. Hanya sesaat lalu ia kembali menghadap sang anak. Ia tatap bola mata menggemaskan Kimi yg sedari ia temukan, sudah mencuri hatinya.
"Semoga kamu berbahagia selalu nak, Mama dan Papa selalu menginginkan yg terbaik untukmu. Maafkan kami harus meninggalkan kamu waktu itu. Tapi kini.. lihatlah, kamu akhirnya menemukan jalan baru yg akan membuka kebahagiaan yg lebih dari apa yg kami berikan dulu."
Detik ini, kimi menggeleng tak terima. Pasalnya, apa yg diberikan oleh Jimi dan Mira, adalah yg terbaik semasa hidupnya. Kasih sayang mereka.. adalah yg tak pernah ia dapatkan dari orangtua kandung Kimi. Ingin menyanggah, namun ia hanya mampu menggeleng dalam isak tangis.
Jimi tersenyum, kembali mengusap lembut rambut sang anak. Mira memeluk dari arah samping.
"Hal terindah semasa hidup kami, adalah kamu nak." Ungkap Mira mencium pucuk kepala sang anak.
"Mama dan Papa juga adalah kebahagiaan aku." Getaran suara Kimi menyayat kalbu. Mereka kembali larut dalam pelukan.
"Kamu bilang, saat kamu masuk dalam kubang duka mendalam. William lah yg menarikmu 'kan nak?"
Kimi mengangguk kembali. Jimi menoleh ke arah Mira, keduanya tersenyum.
"Coba sekarang, kamu dengarkan dengan mata tertutup. Suara seseorang yg sedang menangis." Lanjutnya mengulurkan tangan untuk menutup kedua mata Kimi.
Walau tidak mengerti, Kimi menurut saja.
1..2..3..4..
"Tidak ada apapun" Ungkap Kimi membuka mata.
"Fokus sayang.." belai Mira lembut. Ia ikut menutup mata Kimi bertimpahan dengan tangan sang suami. Dan kemudian..
"Kim! Kimi....! Bangun Sayang!!"
...****************...
BERSAMBUNG