NovelToon NovelToon
Dokter Cantik Itu Putriku

Dokter Cantik Itu Putriku

Status: sedang berlangsung
Genre:Wanita Karir / Single Mom / Anak Genius / Hamil di luar nikah / Romansa / Dokter Genius
Popularitas:3.9k
Nilai: 5
Nama Author: yance 2631

Arin adalah perempuan sederhana, manis tapi cerdas. Arin saat ini adalah salah satu mahasiswi jurusan tehnik kimia di fakultas tehnik negeri di Bandung. Orang tua Arin hanyalah seorang petani sayuran di lembang.

Gilang adalah anak orang terpandang di kotanya di Bogor, ia juga seorang mahasiswa di tempat yang sama dimana Arin kuliah, hanya Gilang di jurusan elektro fakultas tehnik negeri Bandung.
Mereka berdua berpacaran sampai akhirnya mereka kebablasan.
Arin meminta pertanggung jawaban dari Gilang namun hanya bertepuk sebelah tangan.

Apakah keputusan Arin menjadi single mom sudah tepat? dan seperti apakah sikap Gilang ketika bertemu putrinya nanti?

Yuuk kita ikuti alur ceritanya...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon yance 2631, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Alina Mulai Bertanya

Masih di tempat yang sama, Gilang dengan sabar menunggu Arin keluar dari ruang dosen jurusan di koridor kampus, tepat pukul 8:00 Arin keluar dengan membawa banyak diktat dan berjalan cepat tanpa menghiraukan Gilang yang menunggunya sejak tadi pagi.. Gilang hanya bisa menghela nafas panjang saat Arin melewati dirinya..

"Kuliah paling lama juga 2 jam, gue bakalan tunggu Arin sampai dia mau bicara.. "gumam Gilang.

Tepat pukul 10 lebih 5 menit, tampak Arin berjalan kembali ke ruang dosen dengan langkah yang lebih santai dari sebelumnya,

"Rin, Arin.. lo sibuk nggak? Gue cuma mau ngomong sebentar aja.. please jangan begini terus, gue capek" ujar Gilang dengan suara ngos-ngosan karena menahan berat dadanya.

Arin berhenti.. hanya menatap wajah Gilang sebentar, setelah itu Arin terus melangkahkan kakinya menuju ke ruangan dosen.

"Rin, please Rin.. tunggu, gue cuma mau bicara sebentar aja" ujar Gilang setengah berlari mengejar Arin, memaksa Arin menghentikan langkahnya sebelum masuk ke ruangan dosen.

Arin pun menghentikan langkahnya,

"Mau apa lo kesini hah? belum puas bikin gue susah?" tanya Arin dengan emosi.

"Rin, gue cuma mau tanya anak gue laki-laki atau perempuan?" tanya Gilang dengan wajah penasaran.

"Buat apa lo nanya-nanya anak gue.. apa urusan lo hah? sejak dalam kandungan, gue dalam kondisi hamil elo juga nggak peduli.. dasar bangsat lo!! bajingan lo!!" ujar Arin super emosi.

"Rin, gue nanya baik-baik lho.. jawaban lo gitu banget?" ujar Gilang santai.

"Udahlah Gil, lebih baik lo pergi sekarang dan jangan pernah elo liatan lagi muka itu lo di hadapan gue!!" ujar Arin tidak bisa menahan emosinya.

"Rin, please.. dia anak gue juga!" ujar Gilang. Arin pun tertawa mendengar ocehan Gilang.

"Heh, ayam sayur dengerin ya baik-baik.. kemana aja lo waktu gue hamil hah? kemana aja lo waktu gue di sindir temen-temen sekampus hah? kemana aja lo waktu orang tua gue menerima aib memalukan hah? kemana aja lo waktu gue susah payah melahirkan tanpa ada suami.. hah, bisa elo jawab pertanyaan gue semua tadi? elo nggak mikir APA?? Sekarang buat gue elo cuma toxic Gilang.. awas minggirrr!!" ujar Arin marah besar.

Gilang shock dan tidak menyangka kalau Arin bisa sangat membencinya. Gilang mulai mencari cara lain untuk bisa berkomunikasi lagi dengan Arin baik-baik..

"Mungkin gue harus berterus terang sama papi tentang masalah ini, siapa tahu papi bisa bantu gue.." gumam Gilang.

 

Waktu pun berjalan cepat, saat ini Alina genap berusia 6 tahun dan Arin sudah menjadi dosen tetap dengan status ASN DIKTI di perguruan tinggi negeri terkenal di Bandung.

Arin pun juga sudah menyelesaikan S2nya untuk menunjang karirnya.

Perekonomian Arin pun berangsur membaik saat ini, Arin juga sudah memiliki rumah sendiri di kota Bandung.. walaupun rumah itu tidak terlalu besar tapi Arin dan Alina merasa nyaman, di garasinya pun Arin kini sudah mempunyai kendaraan roda empat untuk menunjang karirnya.

Alina gadis kecil Arin.. sekarang ini pun sedang menuntut ilmu di sebuah sekolah dasar negeri Banjarsari kota Bandung, dia baru kelas 1 saat ini.

Alina tumbuh menjadi anak yang cantik, baik, rendah hati dan tentunya cerdas.

"Ambu, eneng nanti mau belajar bahasa Inggris dan Korea.." ujar Alina.

"Iya nak, nanti ambu carikan guru lesnya jadi nggak usah pergi keluar.. "ujar Arin.

Di rumah pribadinya Arin tinggal bertiga, Arin, Alina dan Aril adik laki-lakinya. Aril tinggal bersama kakaknya Arin karena dia bekerja di pabrik mebel di Bandung.

Pagi ini Alina sekolah pagi, Arin mengantarnya dulu ke sekolah sebelum pergi ke kampusnya di jalan Ganesha.

Dan pulangnya Alina dijemput oleh Aril, karena Aril dinas malam hari.

"Neng, jangan nakal ya.. baik-baik di sekolah dan harus baik sama temanmu, ya sayang?" ujar Arin berpesan.

"Iya ambu.. "ujar Alina, lalu Arin mencium pipi Alina dan Alina mencium punggung tangan ibunya. Lalu Arin pun pergi menuju kampus.

 

POV ARIN.

Aku Arin, aku sangat sangat bersyukur dengan kehidupanku saat ini.. walaupun aku single mom tapi aku bahagia.

Anakku adalah nafasku, aku tidak takut berjuang sendirian tanpa suami mencari nafkah untuk anakku karena aku yakin, percaya Allah akan memberikan yang terbaik untuk umatNYA.

Aku juga belum berpikir untuk menikah lagi, biarlah aku hidup dengan anakku saja. Saat ini usiaku menginjak 29 tahun, banyak sih laki-laki yang mau melamarku tapi aku belum bisa membuka hati kepada siapapun.. bukan karena aku pernah kecewa dengan Gilang, tapi memang saat ini aku fokus mendidik Alina menjadi anak yang sholehah dan cerdas.

Aku memarkirkan mobil hatchbackku di halaman kampus, dan di luar dugaan aku bertemu dengan Gilang..

"Arin .. "sapa Gilang, akupun terus berjalan tanpa mendengar atau merespon sapaan Gilang.

"Rin, Arin..!" sapa Gilang lagi.

Akupun berhenti, lalu Gilang menghampiriku...

"Apa kabar Rin?" tanya Gilang.

"Kabarku sangat baik.. "ujarku, Gilang hanya terdiam. "Anak kita Rin... "ujar Gilang.

"Apa? Anak kita?, elo nggak usah deh nanya anak GUE.. emang elo ngurus dia apa?" ujarku sengaja dengan kalimat yang bisa menyakiti perasaannya.

"Terserah Rin.. elo mau ngomong apa ke gue, gue terima, gue cuma pengen tahu anak gue laki-laki atau perempuan, itu aja!" ujar Gilang.

"Dengar ya mas Gilang yang terhormat.., elo nggak usah tahu dan nggak perlu tahu anak gue laki-laki atau perempuan, lebih baik elo pergi jauh-jauh sekarang.. GUE MUAK! Awas minggir!, masih pagi gini elo udah jadi toxic ya!!" gerutuku sambil meninggalkannya.

Gilang terus mengejarku, kebetulan ada satpam kampus.. lalu aku menghampirinya, "Pak tolong saya, saya dikejar laki-laki nggak di kenal.. itu pak orangnya!" ujarku sambil menunjuk tanganku ke arah Gilang.

Satpam pun menghampiri Gilang yang terheran-heran dengan sikapku yang memang sudah sangat benci ini..

"Arin benar-benar udah berubah, mungkin dulu gue harusnya langsung bertanggung jawab karena dia hamil.." gumam Gilang dalam hati.

"Stop!, berhenti ikuti ibu Arin ya mas.. kalau anda nekad saya laporkan mas ke polisi!" ujar satpam kampus.

"Pak, saya itu juga alumni kampus ini dan saya cuma mau bicara sebentar saja dengan Arin, saya ada perlu pak.. "ujar Gilang.

"Bu Arin barusan bilang nggak kenal dengan anda mas, jangan coba bohong ya.. sekarang mas silahkan pergi keluar dari kampus ini, dan jangan ganggu ibu Arin lagi.." ujar satpam.

"Bu, sudah saya usir laki-laki tadi.. ibu aman sekarang, kalau ibu Arin di ganggu lagi lapor aja sama saya.. "ujar satpam padaku.

Akupun mengucapkan terima kasih kepada pak satpam.

Beberapa menit kemudian di sebuah ruangan dosen dekat taman, "Bu Arin.. mau coba ambil buat S3 nggak?" tanya seorang petinggi kampus.

"Beasiswa untuk S3 ya bu, itu dari negara atau swasta bu kalo boleh tahu.. "tanyaku.

"Negara ada, swasta juga ada, lumayan lho bu kalo berminat saya tinggal ajukan saja nanti saya bantu.. "ujar petinggi kampus tersebut.

"Wah, mau sekali bu.. kalo boleh saya pilih kampusnya yang di sini saja biar saya bisa lebih konsentrasi lagi, jadi nggak harus ninggalin anak bu, "ujarku.

"Mm, oke good!, kabari saya kalo semua persyaratan bu Arin sudah siap.. "ujarnya, akupun mengangguk dan mengucapkan terima kasih.

Alhamdulillah semua jalan hidupku selalu dipermudah oleh Allah, 5 tahun lalu saat aku ikut tes ASN Allah mempermudahnya untukku, dari sekian ratus ribu peserta hanya 3 orang yang di terima.. dan itu termasuk aku, jalan menuju S2 pun aku tidak mengeluarkan sepeserpun, itupun Allah permudah lagi hingga golongan ASNku naik sesuai pendidikanku.

Aku hanya ingin anakku tumbuh menjadi anak yang sholehah dan pintar.. meskipun dia tumbuh tanpa asuhan dari sosok ayahnya.

Pagi ini aku memberikan materi kuliah untuk mahasiswa semester 3 sebanyak 3 sks, lalu aku lihat ke bawah.. tampak Gilang masih ada di parkiran, tidak berani menyapaku tapi dia terus mengawasiku, aku nggak takut kok.. aku harus fokus dengan pekerjaanku dulu.

Tidak terasa waktu saat ini jam tangan di pergelanganku menunjukkan pukul 15:00 sore, jam terakhirku mengajar.. setelah sholat ashar aku duduk sebentar meredam rasa lelahku, aku juga berharap Gilang sudah tidak ada di parkiran kampus lagi.

Sesaat aku menghubungi Aril adikku lewat ponsel menanyakan apakah Alina sudah pulang atau belum.. dan jawabannya Alina sudah ada di rumah dan sedang les bahasa Korea dengan guru privatnya, seketika hatiku lega.

Tepat jam 4 sore aku fingerprint dulu untuk absen pulang. Aku berjalan ke area parkir yang cukup jauh dari posisiku sekarang ini.. lalu tiba-tiba.. "Rin.. "sapa Gilang membuatku kaget.

Aku terus mempercepat langkahku menuju mobilku yang hanya berjarak sedikit lagi..

"Rin, tunggu.. Rin.. gue janji gue nggak akan kesini lagi sumpah percaya sama gue!, asal elo bilang jenis kelamin dia dan aku juga mau lihat fotonya seperti apa dia Rin.. please..!" ujar Gilang sambil berjongkok dan memohon.

Daripada keributan kami jadi tontonan orang lain dan membuat aku malu, akupun mengeluarkan ponselku dan mencari galeri foto anakku..

"Udah, berdiri lo.. nggak usah jongkok-jongkok, sembah-sembah gue gitu!" ujarku emosi tapi aku tetap waspada.

"Nih, lihat ini anak gue dia 6 tahun sekarang dan dia sudah kelas 1.. "ujarku sambil memperlihatkan foto Alina.

Gilang tampak bahagia dan menitikkan air matanya.

"Rin, mata dan alisnya itu gue banget.. anak kita cantik!" ujar Gilang.

"Udah ya, nggak usah lama-lama gue mau pulang, dan elo jangan pernah ketemu gue lagi!" ujarku tegas sambil membuka pintu mobil lalu aku cepat pergi dari kampus.

Aku tahu Gilang mengikutiku, tapi aku tipu dia dengan belok ke arah UNISBA dan masuk ke arah parkiran sempit secepat mungkin berharap Gilang tidak berhasil mengejarku, aku terus. mengawasinya.. setelah di rasa aman akupun keluar menuju rumah dengan sisa tenaga yang masih tersimpan.

Bukan cuma fisikku yang capek hari ini tapi juga pikiranku saat ini.

Tiba di rumah menjelang magrib, seperti biasa Alina putri kecilku menyambutku dengan riang, "Assalamualaikum anak ambu yang cantik.." sapaku. "Waalaikumsalam ambu.." jawab Alina berlari dan mencium punggung tanganku.

"Neng udah makan belum?" tanyaku.

"Sudah ambu, tadi siang emam KFC cama amang Alil da.." ujar Alina. Akupun tersenyum dan mencium rambut Alina yang wangi.

"Tadi eneng belajal.. eh.. les bahaca Korea ambu, gurunya cantik seperti ambu, "ujar Alina bercerita dengan riang.

"Iya, eneng yang pintar sekolahnya ya, biar bisa sekolah ke luar negeri seperti cita-cita enengkan?" ujarku. "Iya ambu.... "ujar Alina lagi.

Kemudian aku berjalan menuju kamarku untuk mandi dan membersihkan diri, setelah selesai akupun sempat berpikir.. apakah Alina akan baik-baik saja? atau Gilang akan datang lagi bahkan mungkin nekad menculik Alina?

Pikiran-pikiran itu terus menghantui setiap detik, setiap menit........

Hari berganti malam dan sebelum tidur Alina tiba-tiba bertanya sesuatu,

"Ambu apakah eneng punya ayah seperti teman-teman di sekolah?" tanya Alina padaku.

"Neng, sayangnya ambu.. amang Aril itu sudah seperti ayah buat eneng, selama ini amang Aril itu baik kok, sayang sama eneng kan?" ujarku berusaha menjawab.

"Maksud eneng itu ayah kandung ambu.. bukan amang Aril, amang Aril itukan adiknya ambu bukan pasangan ambu.." ujar Alina cerdas.

"Ambu akan berterus terang ya sayang, ayah eneng sudah meninggal saat eneng lahir.." ujarku berbohong.

"Kalau ayah sudah meninggal dimakamkan dimana ambu.. eneng mau ke makam ayah eneng.." ujar Alina dengan wajah sedih.

"Makam ayah itu jauh sekali neng, bukan di indonesia.." ujarku berbohong lagi. Alina pun menunduk.

"Sudah ya sayang, eneng nggak usah pikirin ayah yang sudah nggak ada.. kan dari kamu kecil amang Aril selalu ada dekat eneng, sayangnya amang itu sama dengan sayangnya ayah.." ujarku sambil mengelus kepala Alina.

"Iya ambu... eneng mengerti" ujar Alina. Alina pun berusaha memejamkan matanya.

**********

1
panjul man09
jangan beri peluang gilang untuk kembali ، arin harus carikan ayah baru untuk alina .
yance 2631: siap kakak terima kasih..
total 1 replies
panjul man09
orang yg tidak baik akan di pertemukan dgn orang yg tidak baik juga , devi pernah katain anak arin ,anak setan makanya dia mandul , rasain !!
panjul man09
karakter gilang gak bagus , pengecut dan tidak bertanggung jawab
panjul man09
arin gak boleh dekat lagi sama gilang , arin harusnya membuka hati lagi dan menerima pria lain
panjul man09
thor mestinya arin di pertemukan dengan jodohnya biar ada yg melindungi , kasian
dechi71
double up tor..
dechi71
mantap kak autor lanjut..
yance 2631: Siap kakak, terima kasih.
total 1 replies
dechi71
mantap tor💪
dechi71
keren tor..
dechi71
mantap tor
dechi71
walaupun baru 2 bab.. tapi maknyus, ceritanya oke dan seperti nyata.. semangat tor..
dechi71
semangat tor
dechi71
semangat tor..
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!