Setelah kekacauan besar yang mengguncang seluruh negeri, Xander kembali menghadapi ancaman yang jauh lebih berbahaya. Warisan terakhir Xylorr terungkap, suku pedalaman muncul ke dunia luar, dan Osvaldo Tolliver membawa misteri baru yang mengubah arah permainan.
Musuh bergerak dari segala sisi, para pengkhianat mulai menampakkan diri, dan keputusan Xander kini menentukan siapa yang akan bertahan hidup.
Di jilid kelima ini, rahasia lama akan terbongkar, kekuatan baru muncul, dan pertempuran sesungguhnya dimulai.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon BRAXX, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7
Dua robot seukuran pria dewasa tiba-tiba muncul dari dinding. Dua robot itu segera melesatkan tembakan pada Franklin.
Franklin bergerak sangat gesit untuk menghindar, berlari ke depan. "Mari kita lihat apa yang bisa dilakukan oleh sarung tangan ini."
Franklin mendekat pada salah satu robot, lalu dengan gerak cepat ia membanting robot itu ke lantai seraya mengalirkan listrik. Robot itu mendadak mati. "Robot payah.”
Robot yang tersisa terus menembak seraya memutar tubuh bagian atasnya mengikuti pergerakan Franklin. Edward, Caesar, Theron, dan yang lain menyaksikan dari sisi arena, sedang Asher dan beberapa pengawalnya di sisi bagian lain.
"Robot-robot itu sangat lemah, dan juga sarung tangan itu tidak lebih dari sarung tangan yang bisa mengalirkan listrik untuk menyerang lawan," ujar Troy.
"Ini aneh." Leonel mengamati robot yang tersisa dan Franklin bergantian. Ia melihat Asher dan para pengawalnya. "Kegunaan sarung itu jelas lebih dari sekadar stun gun saja.”
Franklin berhasil mengalahkan robot itu, berjalan ke sisi arena. "Robot-robot itu sangat lemah. Mereka tidak lebih dari besi yang digerakkan otomatis oleh sistem komputer dan ditempeli dengan senjata mainan."
Dua robot itu menghilang ditelan lantai.
Asher mendekat bersama para pengawalnya. "Dua robot yang kau lawan adalah robot yang sudah diatur tingkatan kesulitannya untuk anak-anak usia lima tahun. Robot itu hanya bisa bergerak dan menembak peluru karet."
"Apa kau sedang menghinaku?" Franklin melotot tajam. "Kenapa kau tidak mengeluarkan robot sungguhan?"
"Kau akan mati jika melawan robot yang memiliki tingkat kesulitan sangat sulit. Lagi pula robot itu hanya akan digunakan jika situasi darurat saja."
"Dasar brengsek!" Franklin tiba-tiba ambruk ketika tubuhnya tersengat listrik.
Asher tersenyum kecut ketika melihat Franklin. "Kau tampaknya tidak menyimak dengan benar penjelasan mengenai sarung tangan itu. Melihat gestur dan tindakanmu, kau tipe orang yang mendahulukan emosi dibanding berpikir. Kau hanya menggunakan sarung itu untuk mengalirkan listrik saja, padahal sarung tangan itu memiliki fungsi lain."
Franklin berdecak, segera berdiri. "Aku akan menunjukkan bagaimana kau seharusnya menggunakan sarung tangan ini." Asher mengulurkan tangan pada Franklin. "Berikan sarung tangan itu padaku dan simaklah baik-baik dengan matamu."
Franklin melemparkan sarung tangan Asher. "Aku harap kau tidak membual."
Asher memakai sarung tangan, berdiri di lingkaran putih. Sebuah dinding kaca tiba-tiba muncul di sekeliling arena. Caesar mengetuk-ngetuk kaса. "Kaca ini sangat tebal, dan memiliki kualitas yang sangat baik. Pria bernama Asher itu meremehkan kita."
Sepuluh robot tiba-tiba muncul dari lantai.
"Warna mata robot itu berbeda dengan robot yang kau lawan tadi, Franklin. Robot-robot itu memiliki warna merah, sedang yang kau lawan memiliki warna kuning.
Robot itu memiliki tingkatan kesulitan yang berbeda," ujar Theron.
"Tutup mulutmu, brengsek!" Franklin mendengkus kesal. "Aku pasti akan... ah.”
Franklin menatap gelangnya yang berkedip-kedip merah. "Gelang ini akan langsung menyengatku dengan listrik jika aku bertindak tidak sopan. Ini lebih menjijikkan dibandingkan cincin yang diberikan oleh Alexander."
Suara bel terdengar sebagai pertanda pertarungan dimulai. Kesepuluh robot segera melesatkan tembakan dari jarak jauh. Mereka bergerak sangat cepat hingga mengelilingi Asher.
Dua robot mulai bergerak cepat, melompat tinggi layaknya manusia. Mereka melesatkan tendangan ke arah Asher, dan di saat yang sama robot lain mendekat sambil menembak.
Asher menyerang dua robot dengan sarung tangan hingga kedua robot itu terlempar dan menabrak dua robot yang akan mendekat.
"Dia mendorong dua robot itu dengan sarung tangannya." Edward terkejut. "Sarung tangan itu memiliki fungsi mendorong yang hebat. Aku yakin robot-robot itu sangat berat."
"Kau benar, Edward," ucap Leonel.
"Tutup mulut kalian!" ketus Franklin dengan tangan terkepal.
Dua robot itu kembali bangkit dan mulai melesatkan tembakan bersama robot lain. Empat robot mulai mendekat dan menyerang.
Dua tangan mereka segera meluncur ke arah Asher.
Asher segera mengaktifkan mode tameng untuk menahan pukulan itu. Kepala tangan itu tertarik kembali ke tangan robot. Ia berlari sembari menahan tembakan, lalu menumbangkan satu per satu robot dengan mengalirkan listrik di leher belakang robot.
"Ini luar biasa. Aku seperti melihat adegan film." Tyler tersenyum lebar. "Aku juga ingin mencoba menggunakan sarung tangan itu."
"Leonel, kita mendapatkan sekutu yang luar biasa," bisik Leandro.
"Kau benar, Ayah. Kita bisa melihat kehebatan sarung tangan luar biasa itu. Aku tidak sabar untuk melihat kehebatan benda lain." Leonel menggeleng. "Terlepas dari siapa Osvaldo Tolliver sesungguhnya, dia adalah orang yang sangat luar biasa."
"Aku benar-benar tertarik dengan robot itu. Bayangkan jika kita memiliki robot-robot itu sebagai bagian dari pasukan kita. Kita bisa mengalahkan Alexander," ucap Tyler.
Delapan robot sudah tumbang di lantai. Hanya dua robot yang tersisa di mana mereka menyerang dengan bergerak selayaknya manusia.
Asher melompat mundur, menghentakkan kedua kaki di dinding hingga tubuhnya melesat ke arah datangnya dua robot itu. Ia mengaktifkan mode lemparan di mana tameng itu berubah menjadi sebuah lingkaran yang menyerang kedua robot itu dan mengalirkan listrik ketika mendarat di tubuh lawan.
Edward, Caesar, Franklin, dan yang lain sontak terkejut.
Asher mengalahkan dua robot itu dengan cepat, mengembus napas panjang, memberikan senyuman dingin pada Franklin.
"Dia mengalahkan robot-robot itu dalam waktu satu menit, sedangkan aku mengalahkan dua robot itu dalam waktu satu menit setengah," gumam Franklin sembari mengepalkan tangan erat-erat.
Dinding kaca transparan menghilang setelah pertarungan selesai.
Asher mendekat pada Franklin, melemparkan sarung tangan. "Aku yakin kalian sudah melihat bagaimana aku menggunakan sarung tangan itu. Sarung tangan itu merupakan sarung tangan yang diciptakan Tuan Osvaldo saat usianya sebelas tahun. Saat ini, dia sudah mengembangkan sarung tangan ke tingkatan yang lebih lanjut."
Caesar mengambil sarung tangan dari tangan Franklin, mengamati saksama. "Sarung tangan ini adalah sarung tangan versi pertama?"
"Kau benar. Meski cukup bagus, sarung tangan itu hanya bisa digunakan selama lima belas menit saja. Sarung itu tidak akan cukup berguna dalam pertarungan yang memakan waktu lama. Selain itu, sarung tangan itu akan membuat penggunanya cepat mengalami kelelahan."
"Kalian bisa menggunakan sarung tangan itu untuk berlatih. Bawahanku akan memandu kalian." Asher meninggalkan ruangan, melihat keadaan Osvaldo melalui layar hologram.
Di salah satu bagian hutan dengan tanah lapang, suku pedalaman tengah membangun rumah-rumah untuk mereka tinggali. Mereka menolak saat pasukan Xander menawarkan bantuan. Pada akhirnya, pasukan Xander hanya membantu dengan membawa barang-barang untuk membangun rumah seperti kayu, jerami, tali tambang, dan lain-lain.
Dalam waktu kurang dari satu jam, beberapa rumah sudah mulai berdiri. Anak laki-laki ikut membantu dengan membawa kayu dan jerami. Matahari mulai meninggi dan ketika tengah hari lima rumah sepuluh rumah berukuran sedang sudah berdiri di sisi tanah lapang.
Beberapa pria mulai menyebar untuk menjelajahi hutan. Terdapat sungai berukuran sedang yang melintang dari hulu ke hilir. Sungai dalam keadaan terjaga di mana ikan-ikan bisa berenang dengan bebas, ditambah beberapa hewan sengaja dilepas liarkan.
Xylorr, Karnu, beberapa tetua desa, dan para pria tengah berkumpul di salah satu rumah.
Mereka membahas tawaran Xander yang ingin melatih mereka dan mengenalkan kehidupan modern pada mereka atau tidak. Setelah semua yang terjadi pada mereka, mereka harus menentukan pilihan bagaimana kehidupan anak dan cucu mereka ke depannya.
Xylorr, Suhni, dan beberapa anak laki-laki yang lain tengah berada di puncak pohon, mengamati kediaman utama dari kejauhan. Mereka belum puas bermain dengan Alexis dan mainan-mainan aneh yang baru pertama kali mereka lihat.
"Rangu yangha nggihpangpa jeung Wilwil ideu (Aku ingin bertemu dengan Alexis lagi). Rangun yangha linu (Aku ingin bermain)," ujar Suhni.
Jyrik menanggapi dengan wajah sedih. "Rangu geo yangha linu, pita baha jeung nu anli ranglanga rangu hanbeka katmang ka tudi (Aku pun ingin bermain, tapi ayah dan yang lain melarang kita semua pergi ke sana)."
"Rai Kia jeung nu inla keur onna di mahi (Kakek dan yang lain sedang apa di rumah)?" Suhni menoleh ke sebuah rumah yang berukuran paling besar di antara rumah yang lain.
Benji dan beberapa pengawal mengawasi suku pedalaman dari kejauhan. Layar-layar besar menunjukkan rumah-rumah mereka bersama halaman sekelilingnya.
Wah, senang banget lihat kamu masih setia baca ceritaku 🥰
Sekarang aku lagi aktif nulis tiga karya terbaru yang super seru!
👉 REINKARNASI SANG KULTIVATOR MESUM
Kisah kultivasi + sistem + harem yang penuh aksi, kelicikan, dan momen panas! 🔥
👉 MANTAN TENTARA BAYARAN: IDENTITAS ASLINYA SEORANG MILIARDER
Aksi, misteri, dan kejutan identitas yang bikin kamu penasaran terus!
👉 SISTEM BALAS DENDAM: MENJADI RAJA HAREM
Sistem overpower, dendam yang membara, dan para wanita cantik di sekeliling MC!
Yuk, bantu ramein juga di sana~
Like, komentar, dan vote kalian benar-benar bikin semangat nulis aku meledak 💪🔥
Terima kasih sudah selalu dukung karya-karyaku! ❤️🔥