Menikahi Calon Suami Tetanggaku
"Kasih gak mau menggantikan Mia. Kasih belum mau menikah. Meskipun Kasih beban keluarga, tapi Kasih punya cita-cita." Gadis ini menolak untuk menggantikan Mia, anak tetangganya yang kabur saat hari H pernikahannya.
"Pernikahan adalah hal yang sakral pak. Tidak mungkin Kasih menggantikan anak bapak," ucap Erni yang menolak saat Rahman meminta bantuannya.
"Jika kalian tidak mau menolong ku, aku akan menghasut warga desa untuk mengusir kalian!" Ancam pak Rahman yang ternyata seorang kepala desa.
"Bu, bagaimana ini?" Kasih menggenggam tangan ibunya.
"Janganlah seperti itu pak. Bapak tidak bisa memaksakan kehendak. Jika Mia tidak mau menikah, kenapa tidak di batalkan saja?" Erni berusaha bicara baik-baik pada pak Rahman.
"Mau taruh di mana wajah ku pada keluarga Raharja?, jika Kasih tidak mau menggantikan Mia, akan ku pastikan besok kalian akan di tendang dari desa ini."
"Kasih,.....!" Lirih Erni yang ketakutan. Ia tahu betul siapa Rahman yang memiliki sifat tak mau mengalah.
Kasih menatap wajah ibunya lalu menarik nafas pelan.
"Baiklah pak. Kasih akan menggantikan Mia," ucap Kasih yang mau tidak mau harus mengikuti permintaan pak Rahman.
Pak Rahman tersenyum lebar, pria ini langsung mengajak Kasih dan ibunya pergi ke rumahnya yang berdampingan.
Kasih di rias secantik mungkin. Tak ada senyum bahagia yang terpancar dari wajah perempuan ini. Sungguh, mimpi apa Kasih semalam hingga pagi ini ia harus menikah dengan laki-laki yang tak ia kenal dan cinta.
"Oh, ini yang namanya Kasih?" Tanya Hesti.
"Iya bu Hesti. Dia yang akan menggantikan Mia," jawab bu Wiwin istri pak Rahman.
"Kasih, ini bu Hesti. Calon mertua kamu," ujar pak Rahman memberitahu.
Kasih hanya diam saja, ia masih sibuk di rias.
"Gila. Mimpi apa aku semalam?" Tanya Kasih dalam hatinya. "Ngomong-ngomong, di mana calon suami Mia sialan itu?"
Kasih sibuk bergelut dengan pikirannya sendiri, hingga tanpa ia sadari Kasih sudah selesai di rias.
"Bu Erni, awas aja kalau bu Erni bersikap macam-macam. Kami tidak akan segan-segan mencelakai keluarga kalian!" Ancam Wiwin sesaat sebelum akad.
Sampai detik ini Kasih belum melihat laki-laki yang akan di nikah kan dengannya.
Lima menit kemudian acara pernikahan di mulai, seorang laki-laki keluar dari dalam mobil. Sungguh membuat Kasih tercengang saat melihat pria tersebut.
"Astaga! Pantesan aja Mia menolak. Ternyata modelan begini....!" Kasih melengos, semakin hilang semangat dalam hidupnya. Begitu juga dengan Erni, ia tidak menyangka jika calon suami anaknya memiliki keadaan seperti ini.
Rangga, pria cupu dengan rambut panjang dan gigi tonggos bahkan ada tompel di leher pria tersebut.
"Sabar nak," bisik Erni pada anaknya.
Kasih tersenyum tipis lalu berkata, "tidak apa-apa bu. Sama-sama ciptaan Tuhan kok."
Rangga menoleh ke arah Kasih sekilas, wajah cantik meneduhkan. Beda dengan Mia yang sudah ia temui beberapa waktu lalu, tampak judes dan sombong bahkan Mia berani menghina fisik Rangga di depan semua orang.
Kata sah menggema, pak Rahman menghela nafas lega begitu juga dengan istrinya. Acara selesai, mau tidak kau Erni harus rela melepas anak perempuannya untuk tinggal dengan suaminya.
Untung saja Kasih masih tinggal satu desa dengan ibunya karena orang tua Rangga memiliki rumah mewah di desa ini.
"Jaga sikap ya nak, meskipun kamu dan suami mu tidak saling kenal tapi kamu harus tetap patuh padanya. Hargai dia, layani dia sebagai tanggung jawab kamu sebagai istri." Pesan Erni sebelum Kasih di bawa pergi.
"Iya bu. Kasih mengerti. Ibu dan Nada hati-hati ya di rumah. Kasih janji akan sering main ke rumah kok."
"Iya nak."
Erni memeluk Kasih, tanpa terasa air matanya jatuh membasahi pipi. Dengan berlapang dada Erni melepas anaknya.
Perjalanan lima belas menit akhir Kasih tiba di rumah mewah milik suaminya.
"Selamat datang di keluarga Raharja," ucap pak Diman.
"Maaf kami ya kasih, kami harus segera pulang ke kota hari ini juga. Di rumah ini kamu akan tinggal bersama Rangga, suami kamu dan beberapa orang asisten rumah tangga." Ujar bu Hesti memberitahu.
"Iya bu, Kasih mengerti."
"Jangan panggil ibu. Panggil mamah dan papah sebagai mana Rangga memanggil kami," ujar pak Diman.
Kasih hanya mengiyakan, sungguh ia mendadak bingung dengan apa yang harus ia lakukan selanjutnya.
"Kamar kita di atas," ucap Rangga dengan suara dingin.
"Oh, iya...!" Kasih mengekor di belakang Rangga sambil membawa tas besar berisi pakaian miliknya. "Rumahnya bagus banget, kek di dongeng!" Celetuk Kasih.
"Biasa aja!" Sahut Rangga dengan nada sombong.
"Ya biasa buat kalian yang sudah kaya dari janin. Beda sama aku yang terlahir kismin."
"Kau ini banyak bicara juga!" Seru Rangga.
"Ya, seharusnya aku sekarang menangis kencang karena di paksa menikah dengan mu!"
"Aku lebih tua dari mu. Panggil aku yang sopan!" Titah Rangga.
"Oh, iya mas Rangga!" Ujar Kasih menurut.
Rangga tersenyum tipis, ternyata perempuan yang ia nikahi ini adalah perempuan yang penurut.
"Ini kamar ku. Kau bebas melakukan apa saja di kamar ini. Di atas meja ada uang, itu jatah mu perbulan!"
Sontak saja Kasih menoleh ke arah meja yang berada di samping tempat tidur. Kasih melongo saat melihat dua tumpuk uang berwarna merah.
"Kenapa ekspresi mu seperti itu?" Tanya Rangga. "Apa uang itu kurang banyak?"
Kasih menggelengkan kepalanya.
"Tidak. Ini bahkan sangat banyak. Biasanya aku pegang uang cuma dua ratus ribu perhari, itu pun uang milik ibu hasil jual kue!"
"Oh. Miskin sekali kamu!" Cibir Rangga.
"Wah, setidaknya kalau gak good looking ya good attitude dong!" Sahut Kasih mulai kesal.
"Tapi setidaknya aku good rekening!" Imbuh Rangga dengan bangganya.
"Ibu,......aku mau pulang. Gak mau nikah!" Kasih berteriak di kamar, ia terduduk di lantai membuat Rangga panik.
"Aduh. Jangan nangis dong!''
Rangga membujuk Kasih yang sebenarnya pura-pura menangis di lantai.
"Ya udah. Nangis aja dulu, aku keluar aja. Biar kamu bisa tenang!"
Rangga berlari menuju pintu kamar. Pria ini keluar dan membiarkan Kasih seorang diri agar bisa tenang.
Kasih mengintip, ia langsung tertawa melihat ekspresi Rangga tadi.
"Wah, gampang juga di kibulin. Wkwkwk.....!!"
Baru juga ketawa, tiba-tiba saja kasih teringat akan ibu dan adiknya.
"Bu, kalau bukan karena ancaman pak Rahman. Aku mungkin akan sama seperti Mia yang kabur!" Batin Kasih sedih.
Huft,.......
Kasih hanya bisa menarik nafas panjang, kenapa harus ia yang menjadi korban tetangganya. Tidak pernah terpikir dalam hidup Kasih jika dia akan menikahi calon suami tetangganya sendiri.
"Ya udahlah ya. Terima nasib aja!" Ucap Kasih yang pasrah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
mrsdohkyungsoo
hadiiiiirrr
2024-08-02
0
mrsdohkyungsoo
/Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/
2024-08-02
0
mrsdohkyungsoo
hehehe legowo bangett yaahh
2024-08-02
0