Jangan lupa like dan komennya setelah membaca. Terima kasih.
Menjadi tulang punggung keluarganya, tidak membuat Zayna merasa terbebani. Dia membantu sang Ayah bekerja untuk membiayai sekolah kedua adik tirinya hingga tamat kuliah.
Disaat dia akan menikah dengan sang kekasih, adiknya justru menggoda laki-laki itu dan membuat pernikahan Zayna berganti menjadi pernikahan Zanita.
Dihina dan digunjing sebagai gadis pembawa sial tidak menyurutkan langkahnya.
Akankah ada seseorang yang akan meminangnya atau dia akan hidup sendiri selamanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon husna_az, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
12. Tunggu aku
"Ayman benar-benar akan menikah, Ma?" tanya Hadi—ayah Ayman.
"Begitulah, Pa. Mama jadi merasa tidak enak sama Wina. Sebelumnya Mama bilang padanya akan menjodohkan dia dengan Ayman, tapi Ayman malah memilih gadis itu," ujar Aisyah kesal.
"Kita lihat saja nanti, Ma. Papa juga penasaran, apa yang membuat Ayman begitu kekeh ingin menikahi gadis itu? Apa yang spesial darinya?"
Aisyah menganggukkan kepalanya. Dia bukan orang tua yang kolot dengan menjodohkan anak-anak mereka. Hanya saja wanita itu sudah menyukai Wina—anak temannya—dan ingin menjadikannya menantu.
"Papa, Mama!" seru seorang gadis yang baru datang. Dia adalah Kinan—adik Ayman.
"Ada apa?" tanya Aisyah.
"Aku dengar dari Kak Ilham katanya Kak Ayman mau nikah?"
"Iya."
"Aku mau ikut Kak Ilham ke sana."
"Tidak ada yang boleh datang ke sana!"
"Kenapa, Ma? Kak Ayman juga perlu support keluarganya. Kalau Mama dan Papa nggak mau datang terserah! Aku mau ke sana."
"Pokoknya tidak. Itu hukuman untuk Ayman karena menolak menikah dengan Wina. Gadis itu tidak ada apa-apanya dibanding Wina."
"Tapi Kak Ayman hanya menganggap Kak Wina sebagai adik. Kalau pun Mama memaksa Kak Ayman juga itu tidak baik untuk rumah tangga mereka kelak."
"Kamu tahu apa? Mama dan Papa juga dijodohkan, buktinya kami baik-baik saja. Cinta bisa datang seiring berjalannya waktu."
"Terserah Mama saja, percuma juga bicara panjang lebar." Kinan berlalu memasuki kamarnya.
Gadis itu menghubungi kakaknya dan mengucapkan selamat. Dia juga mendoakan pria itu agar semua acara berjalan lancar. Ayman bahagia, ada seorang keluarganya yang selalu mendukungnya. Sebenarnya Kinan ingin datang, tetapi sang kakak melarang karena tidak ingin terjadi perselisihan.
Pria itu sangat tahu bagaimana watak keluarganya. Dia tidak ingin adiknya terkena imbas perbuatannya.
*****
Pagi ini di rumah keluarga Rahmat tidak ada kegiatan apa pun padahal besok adalah hari pernikahan Zayna. Gadis itu sendiri masih pergi bekerja. Dia mengambil cuti besok, itu pun cuma sehari. Entah kenapa ada rasa trauma jika pernikahannya kembali gagal.
"Kamu belum ada kabar dari Ayman, Na?" tanya Savina saat melihat Zanita menata hidangan sarapan.
"Belum, Ma. Aku nggak punya nomornya."
"Hah! Nggak punya? Lalu bagaimana kita menanyakan padanya mengenai acara besok?"
"Mungkin papa punya, kan, papa yang lebih mengenal mereka."
Savina mengangguk, lebih baik nanti dia tanyakan pada suaminya. Wanita itu ingin memastikan pernikahan ini akan terjadi. Savina hanya ingin memastikan pernikahan putrinya baik-baik saja. Dia juga tahu jika Fahri diam-diam selalu memperhatikan anak tirinya itu.
Tidak lama, seluruh keluarga berkumpul di ruang makan, bersiap menikmati sarapan.
"Papa, punya nomor Ayman?" tanya Savina.
"Punya, memang ada apa?"
"Mama mau tanya saja, apa dia sanggup memenuhi permintaan papa? Apa kita perlu menyiapkan sesuatu?"
"Tidak perlu. Ayman bilang, dia akan mengurus semuanya. Kita hanya perlu menyiapkan diri kita," jawab Rahmat santai, justru membuat Savina semakin ingin tahu.
Zayna diam-diam juga menginginkan jawaban yang pasti dari papanya. Akan tetapi, dia harus kecewa mendengar apa yang Rahmat katakan.
"Lalu, bagaimana kita bertanya mengenai syarat yang Papa ajuin? Kita, kan nggak tahu dia berhasil atau tidak?"
"Dia sedang berusaha, biarkan saja. Besok kita akan tahu hasilnya. Kita nikmati saja sarapan ini."
Savina membuang napas kasar. Suaminya ini benar-benar tidak peka. Dia ingin agar semua berjalan lancar dan rumah tangga anaknya baik-baik saja. Akan tetapi, pria itu terlihat biasa saja.
Semua orang pun menikmati sarapan dengan tenang. Berbeda dengan Zayna yang mulai memikirkan apa yang ibu tirinya katakan. Bagaimana jika Ayman tidak berhasil memenuhi syarat dari papanya? Apa pernikahannya kali ini akan gagal lagi?
Rahmat pergi bekerja lebih dulu setelah selesai menghabiskan sarapannya. Zayna juga akan pergi bekerja pagi ini. Sebenarnya hari ini dia tukar shift dengan temannya jadi tidak bisa bertemu Alifia. Namun, gadis itu sudah mengirim pesan pada sahabatnya itu.
"Papa seperti tidak peduli sama sekali dengan acara ini. Apa papa tidak yakin dengan pria itu?" gumam Savina.
"Sudahlah, Ma. Mungkin bagi papa acara ini memang tidak penting. Berbeda dengan acaraku kemarin. Meski semuanya serba mendadak, tetapi papa terlihat begitu antusias," timpal Zanita.
Wanita itu sengaja ingin membuat kakaknya sakit hati padahal saat itu, Rahmat hanya diam saja tak melakukan apa pun. Sebenarnya dia iri melihat papanya yang seperti diam-diam perhatian. Pria itu juga sepertinya menghindari Zanita sejak pernikahan itu.
Zayna memilih berangkat bekerja saja. Gadis itu tahu jika adiknya mencoba ingin membuat dia marah, tetapi Zayna mencoba untuk terlihat biasa saja. Tidak dapat dipungkiri jika di lubuk hatinya merasa terluka karena berpikir papanya tidak peduli.
"Nita, kenapa kamu bicara seperti itu? Seharusnya kamu mencoba menghibur kakakmu!" tegur Fahri saat Zayna sudah pergi.
"Memang aku bicara apa? Aku hanya mengatakan yang sejujurnya," kilah Zanita mencoba untuk terlihat biasa saja.
"Kamu sengaja, kan, ingin membuat Zayna sakit hati? Semua orang tahu jika papa saat itu hanya diam. Mama Savina yang repot ke sana kemari mengurus semuanya, tapi kamu memutar balikkan fakta."
"Sudah, sudah, kenapa kalian malah bertengkar? Ayo, lanjutkan sarapannya!" tegur Savina.
"Aku sudah selesai, Ma. Aku berangkat dulu." Fahri pergi begitu saja tanpa berpamitan pada istrinya. Dia sedang kesal pada Zanita yang bersikap seperti anak kecil padahal sebelum menikah, wanita itu selalu berpikir dewasa dan elegan. Itu juga yang membuat Fahri mencintainya.
"Seharusnya kamu bisa mengalah sama suamimu. Bersabarlah, sebentar lagi Zayna akan menikah, sudah tidak ada lagi yang bisa membuatmu terancam," ujar Savina mencoba memberi pengertian pada putrinya.
"Tapi aku kesal, Ma. Mas Fahri sepertinya masih mencintai Zayna."
"Itu wajar, mereka pernah bersama selama dua tahun. Sekarang yang penting bagaimana caranya membuat Zayna menikah dan membuat Fahri bertekuk lutut padamu."
Zanita mengangguk, dia akan mengikuti saran Mama Savina dan membuat Fahri hanya melihat ke arahnya. Wanita itu tidak ingin hidup susah. Hanya sang suami yang bisa memenuhi keinginannya. Zanita tidak akan melepaskan begitu saja.
*****
"Om, bagaimana? Sudah beres?" tanya Ayman saat melihat Doni kembali.
"Beres, Tuan. Besok acara akad nikahnya jam delapan pagi," jawab Doni.
Ayman segera memeluk sopir yang sudah seperti omnya. Dia sangat senang semuanya berjalan lancar, sesuai dengan keinginannya. Semoga acara besok juga berjalan lancar. Pria itu tidak akan tinggal diam jika ada orang yang ingin menggagalkannya.
'Zayna, tunggu aku. Aku akan segera membuatmu menjadi milikku sepenuhnya. Aku akan membuatmu bahagia,' batin Ayman.
.
.
.