Charlotte Hasana, wanita cantik dengan tubuh perawakan mungil, ramping dan cantik. Ayahnya menikah lagi dengan seorang wanita yang begitu materialistis. Ibu Tiri Charlotte berencana menikahkan dirinya kepada laki-laki tua kaya raya namun seorang Gay. Charlotte menentang keras keinginan Ibu tirinya. Karena itu, Charlotte berencana kabur dengan dandanan berbeda dari biasanya. Dia memoles wajahnya begitu jelek.
Namun ketika dirinya kabur, dia bertemu dengan laki-laki yang mengancam hidupnya. Hingga karena suatu alasan, Charlotte terpaksa melakukan hubungan satu malam dengan laki-laki itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nanayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 12
Charlotte menengadahkan kepalanya dengan senyum manis yang dibuat-buatnya. Namun, ketika dirinya menegakkan tubuhnya, mata Charlotte terpaku menatap sosok laki-laki muda yang kini berdiri di belakang laki-laki tua itu.
Charlotte sontak terperajat melihat laki-laki yang dia kenal itu. Tuan Muda Xavier, laki-laki itu ada disana!
Ternyata semua dugaan Charlotte semuanya benar. Keluarga yang akan menikahinya adalah sama dengan keluarga laki-laki itu. Laki-laki yang pernah dia tiduri di Motel dan ditinggalkannya begitu saja. Tubuh Charlotte seperti mati rasa. Matanya tak henti menatap netra hitam gelap milik laki-laki itu.
Jantung Charlotte tiba-tiba berdegup kencang. Dia terus memperhatikan sosok laki-laki itu. Dari penampilannya yang berwibawa maupun ekpresi datarnya. Ah, lebih tepatnya tatapan matanya yang begitu dingin mampu membuat Charlotte membeku karena tak kuasa melihatnya.
Eh, tapi tunggu dulu. Kenapa laki-laki didepannya ini lebih terlihat acuh? Bukankah mereka pernah bertemu di Klub sebelumnya. Jika saat malam itu dia tidak mengingat dirinya, lalu kenapa saat ini, laki-laki itu tetap diam tidak berucap sepatah katapun? Mungkinkah, dia kembali tak mengingatnya?
“Senang bertemu juga denganmu Charlotte. Saya Abraham Xavier. Dan ini cucuku, Ferdinant Xavier.” Balas laki-laki tua yang ternyata kakek dari Tuan Muda Xavier? Charlotte masih bingung. Sebenarnya, dia itu akan dinikahkan dengan siapa?
“Ah. I-iya. Senang bertemu denganmu juga.” Charlotte mengulurkan tangan pada Tuan Muda Xavier.Dan disambut cepat oleh laki-laki itu. Wajahnya masih saja datar dan terkesan angkuh. Kedua mata mereka saling bertemu. Jantung Charlotte kembali berdetak tak karuan. Mereka bersamaan melepas jabat tangan mereka.
“Mari masuk kedalam.” Ajak Susanto.
Kini mereka duduk di ruang tamu. Tuan Besar Abraham terus bercerita. Sedangkan Xavier duduk diam tidak merespon apapun. Xavier ikut datang karena tidak ingin membuat kakeknya kecewa. KArena itu dia hanya ingin menyenangkan kakek. Laki-laki itu hanya diam sesekali menggerakkan tubuhnya untuk berganti posisi kaki. Charlotte tidak menyangka dirinya bisa kembali dipertemukan dengan laki-laki yang amat berkuasa itu.
Shinta melihat reaksi Xavier yang tidak tertarik dengan Charlotte merasa sangat senang. Dia yakin, laki-laki itu pasti tidak waras akan menikahi wanita jelek seperti saudara tirinya.
Sella juga ikut senang seperti putrinya. Dia sangat yakin, jika keluarga Xavier tidak akan menyukkai fisik Charlotte yang buruk rupa itu.
“Hei, kenapa diam saja. Sana duduk didekat calon suamimu. Cepatlah!” bisik Sella penuh desakan ditelinga Charlotte.
Charlotte terperangah, calon suami? Maksudnya, dia akan menikahi Tuan Muda itu? Apa, dirinya tidak salah dengar?
“Cepat sana!” Sella langsung mendorong Charlotte maju kedepan. Charlotte terpaksa mengikuti keinginan ibu tirinya yang menyebalkan itu. Namun ditengah jalan, tanpa dia duga, kaki Charlotte terpeleset. Tubuhnya terhuyung kedepan dan terjatuh diatas Xavier.
Xavier spontan merekuh tubuh lemah Charlotte agar tidak terjatuh kelantai. Usahanya berhasil dan kini keduanya saling bersitatap penuh kebisuan. Wangi tubuh Charlotte tercium harum diindera penciuman Xavier. Wangi vanilla yang tercium menggugah ketertarikan pria itu. Semakin lama, tangannya memegang erat pinggang ramping Charlotte. Ingatan kejadian tak asing berkelebat di pikirannya. Xavier merasa tak asing dengan situasi sekarang.
Tanpa Xavier sadari, dirinya begitu terpesona dengan mata cokelat Chalotte yang meneduhkan hati. Warna matanya dan sorot pandangannya begitu membius Xavier untuk berlama-lama menatapnya. Dia mengacuhkan wajah Chalotte yang jelek penuh bentol dan flek hitam. Matanya tetap fokus pada netra nan meneduhkan itu. Tanpa sadar, ia berkata dalam hati.
‘Gadis yang menarik. Kau akan jadi milikku.’