NovelToon NovelToon
GAYATRI Ketika Cinta Tak Lagi Berharga

GAYATRI Ketika Cinta Tak Lagi Berharga

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh / Pelakor / Angst / Penyesalan Suami
Popularitas:6.6k
Nilai: 5
Nama Author: Hernn Khrnsa

Gayatri, seorang ibu rumah tangga yang selama 25 tahun terakhir mengabdikan hidupnya untuk melayani keluarga dengan sepenuh hati. Meskipun begitu, apapun yang ia lakukan selalu terasa salah di mata keluarga sang suami.

Di hari ulang tahun pernikahannya yang ke-25 tahun, bukannya mendapatkan hadiah mewah atas semua pengorbanannya, Gayatri justru mendapatkan kenyataan pahit. Suaminya berselingkuh dengan rekan kerjanya yang cantik nan seksi.

Hidup dan keyakinan Gayatri hancur seketika. Semua pengabdian dan pengorbanan selama 25 tahun terasa sia-sia. Namun, Gayatri tahu bahwa ia tidak bisa menyerah pada nasib begitu saja.

Ia mungkin hanya ibu rumah tangga biasa, tetapi bukan berarti ia lemah. Mampukan Gayatri membalas pengkhianatan suaminya dengan setimpal?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hernn Khrnsa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

GAYATRI 16

"Nadya! Buka pintunya! Kita harus bicara, Nadya." Mahesa tak henti-hentinya mengetuk pintu rumah Nadya dengan keras. Sudah hampir 30 menit ia terus mengetuk pintu, namun Nadya tak kunjung membuka pintu. 

Di dalam rumah, Nadya tengah bersembunyi, menutup kedua telinganya rapat-rapat. Dering telepon tak henti-hentinya bersahutan dengan suara Mahesa, membuat perempuan itu tak tahan dengan semua suara kebisingan itu. 

Hingga pada akhirnya, dengan rasa kesal yang masih memuncak, Nadya membuka pintu. Hal pertama yang ia lihat adalah wajah Mahesa yang terlihat lelah dan bersalah. 

Mahesa memelas dengan mengatupkan kedua tangannya. "Maafkan aku, Nadya. Tolong jangan seperti ini. Ayo kita bicara." 

Nadya tak menyahut, melainkan membuka pintu rumahnya. Ia mengizinkan pria itu masuk setelah merasa sudah membuat Mahesa sedikit menyesali sikapnya. 

"Ibumu benar-benar keterlaluan," kata Nadya begitu mereka duduk di sofa. Ia duduk dengan kesal, tangannya terlipat di depan dada sambil memalingkan wajah. 

Mahesa sudah bersiap dengan jurus rayuan mautnya. Ia mendekati Nadya dan mengusap bahunya lembut. Sejenak, perhatian itu membuat Nadya luluh. 

"Jangan sok bersikap baik. Kau tahu aku sangat marah sekarang ini. Kenapa ibumu langsung mengusirku dari sana? Dan kau, kenapa kau sama sekali tidak membelaku, Mahesa? Kau selalu saja seperti itu!" 

"Maaf, maafkan aku. Aku yakin ibuku sudah dihasut Gayatri sehingga ia begitu marah. Aku juga minta maaf, Nadya. Kau tahu bukan? Aku tidak bisa melawan ibuku," terang Mahesa lembut. 

"Tidak bisakah kau tegas sedikit pada keluargamu? Kau mencintaiku, bukan? Jika iya, seharusnya kau bisa membelaku di depan keluargamu itu!" ucap Nadya masih tak terima dengan perlakuan kasar yang diterimanya. 

"Nadya, kumohon. Tolong mengertilah posisiku." Mahesa berkata pelan, berharap Nadya mau mengerti sekali lagi. 

Tangan Mahesa meraih kedua tangan Nadya dan berniat menciumnya. Seperti yang sering dilakukannya jika perempuan itu marah. 

Namun kali itu, Nadya justru menipisnya kasar. Ia berdiri dan dengan cepat menjauhi Mahesa. 

"Kau selalu saja seperti itu! Kau selalu memintaku untuk mengerti selama bertahun-tahun. Tapi selama itu pula, apakah kau pernah mengerti perasaanku? Tidak! Kau tidak pernah mengerti!" maki Nadya penuh kemarahan. 

Air matanya mulai berjatuhan tanpa diminta, semua kekecewaan dan seolah tumpah saat itu juga. "Kau selalu memintaku untuk mengerti, Mahesa. Aku lelah, aku sudah lelah." 

Mahesa terdiam, tak mampu berkata-kata. Bahkan untuk sekadar meraih perempuan itu ke dalam pelukannya pun ia tak mampu. 

"Aku sudah melepaskan segalanya, hanya demi bersamamu. Tapi, apa yang kau berikan padaku? Kau selalu saja memberiku air mata dan penderitaan," kata Nadya lagi, suaranya bercampur dengan isak tangis. 

"Nadya, jangan menangis. Aku … aku minta maaf," katanya, sambil berusaha meraih tangan perempuan itu. 

"Lepas! Jangan sentuh aku!" jerit Nadya, menepis kasar tangan Mahesa. 

Mahesa menurutinya, ia memilih membiarkan Nadya melampiaskan semua amarahnya. Selama lima belas menit, Nadya hanya menangis, sambil terus berceloteh. 

"Nadya," panggil Mahesa pelan. 

Nadya menoleh, ia menghapus air matanya dengan keras. "Ya, sepertinya kita harus mengakhiri hubungan ini, Mahesa." 

"A-apa? Tidak, Nadya. Tolong jangan katakan itu. Kau tahu aku tak bisa hidup tanpamu. Kaulah satu-satunya kau yang aku cinta, Nadya. Aku tak bisa mengakhiri hubungan kita. Kumohon, jangan katakan itu." Mahesa memohon-mohon. 

Nadya tertawa perih, "Benarkah? Kalau begitu, buktikan. Buktikan bahwa kau mencintaiku, Mahesa." 

Mahesa terdiam, dirinya tak ubahnya seperti patung yang hanya berdiam saat Nadya meminta bukti. 

"Apakah yang telah kuberi padamu masih tak cukup, Nadya? Apakah semua waktu dan perhatian itu masih belum cukup? Apa lagi yang kau butuhkan?" tanyanya sedikit memelas. 

"Ceraikan Gayatri dan nikahi aku." 

Deg! 

•••

Gayatri tersentak kaget saat Keandra memanggil namanya dengan cukup keras. 

"Ada apa, Nak? Kau mengagetkan Ibu," kata Gayatri menunduk, berusaha menyembunyikan kesedihan dan kegundahan hatinya. 

"Aku lihat Ibu sepertinya memikirkan sesuatu. Apa yang sedang Ibu pikirkan? Ibu ada masalah, ya?" tebak Keandra yang sudah pasti benar. 

Keandra satu-satunya putra Gayatri yang selalu peka terhadap suasana hati dan perasaannya. Untuk itulah, keluarga sering menyebut Keandra sebagai putra kesayangan Gayatri. 

Gayatri tersenyum, "Tidak ada, Ibu hanya bingung besok harus memasak apa." 

"Bohong. Ibu tidak akan bingung soal masakan. Ibu pasti sedang memikirkan Tuan Mahesa, kan? Aku sudah tahu, Bu." 

Gayatri terdiam sejenak, mencoba mencerna maksud dari kalimatnya itu. Apa maksud Keandra sudah tahu? Apakah putranya sudah mengetahui soal ayahnya? 

"Bu, sudahlah, jangan terlalu dipikirkan. Tuan Mahesa sudah biasa bersikap seperti itu," kata Keandra kesal. 

Gayatri menoleh, "Dia ayahmu, Andra." 

"Dia memang ayahku, tapi perannya tidak pernah aku rasakan," gumam Keandra lirih. 

"Sudah malam, sebaiknya kau tidur." Gayatri mendorong putranya untuk segera pergi ke kamar. 

Tetapi Keandra menolak. "Bu, apakah salah jika laki-laki latihan menari?" 

"Kenapa tiba-tiba bertanya seperti itu? Tentu saja boleh, Ibu rasa tidak ada yang salah dengan hal itu," jawab Gayatri lembut seraya tersenyum. 

"Tapi, kenapa apa yang kulakukan selalu terasa salah di matanya, Bu? Kadang-kadang, aku berpikir, Tuan Mahesa hanya menyayangi Kaluna dan Kak Keenan saja," kata Keandra. 

Dari tatapan matanya saja, Gayatri tahu bahwa putranya itu pasti merasa sedih. 

"Itu tidak benar, Nak. Orang tua pasti selalu menyayangi semua anak-anaknya. Ayahmu—"

"Tuan Mahesa selalu membanding-bandingkan aku dengan kakak," sela Keandra. "Apa pun yang kulakukan, Tuan Mahesa akan selalu berkata bahwa Kak Keenan selalu lebih baik dariku. Katakan padaku, Bu. Apakah pencapaian setiap anak harus selalu sama? Apakah anak tidak boleh memilih sendiri apa yang ia suka dan tidak suka?"

Gayatri tak kuasa lagi menahan diri untuk tidak memeluk Keandra erat. Ia tahu jelas bahwa putranya itu tengah merasa kecil. 

"Maaf, maafkan kami jika belum bisa menjadi orang tua yang baik," kata Gayatri lirih. Tidak seharusnya putra keduanya itu menanggung perasaan tidak adil seperti itu. 

"Kelak ibu akan bicara pada ayahmu, ya. Ibu akan—"

"Tidak usah, Bu. Jika aku pikirkan lagi, mungkin aku tidak memerlukan ayah. Bagiku, Ibu saja sudah cukup. Ibu sudah memenuhi dua peran itu sekaligus," ucap Keandra tanpa Gayatri duga. 

"Andra, putraku. Maafkan Ibu, maafkan orang tuamu, ya. Maaf, maaf sekali, Nak." Gayatri terus-menerus memohon maaf pada putra keduanya itu. 

Keandra balas memeluk sang ibu dengan erat, seperti itulah mereka berbagi perasaan yang sama. 

"Ibu, jika kehidupan kedua itu benar-benar ada. Jangan pernah menjadi istri Tuan Mahesa lagi, ya? Aku benar-benar tidak akan sanggup melihat ibu terus menderita." 

Gayatri tertegun, lebih tak menyangka putranya bisa berkata seperti itu. 

"Jika kehidupan kedua itu benar-benar ada. Berbahagialah, Bu. Ibu pantas menerima semua kebahagiaan dalam hidup."

1
༄༅⃟𝐐.𝓪𝓱𝓷𝓰𝓰𝓻𝓮𝓴_𝓶𝓪
kok saya pengen ikutan ngamookkk 😤
@◌ᷟ⑅⃝ͩ●Marlina●⑅⃝ᷟ◌ͩ☘𝓡𝓳
Rasain tuh 😏
@◌ᷟ⑅⃝ͩ●Marlina●⑅⃝ᷟ◌ͩ☘𝓡𝓳
Langsung shock berat 😔
Dwiann🌱
Greget banget sama Sarita dan Mahesa(⁠ノ⁠`⁠⌒⁠´⁠)⁠ノ
Dwiann🌱
Thor, sejak pertama kali saya membaca saya langsung terbawa cerita. Tetap semangat ya, Thor💪💐❤️
Ceu Markonah
bongkar kebusukan mahesa
༄༅⃟𝐐.𝓪𝓱𝓷𝓰𝓰𝓻𝓮𝓴_𝓶𝓪
tanya gih ke anakmu
༄༅⃟𝐐.𝓪𝓱𝓷𝓰𝓰𝓻𝓮𝓴_𝓶𝓪
ibukmu sudah lihat semua, dan kalau dia msh mau bersama bapakmu ya berarti gu oblok ehh
Uswatun Hasanah
tambah lagi thor 🙏🙏🙏
@◌ᷟ⑅⃝ͩ●Marlina●⑅⃝ᷟ◌ͩ☘𝓡𝓳
bersiaplah Mahesa 😤
@◌ᷟ⑅⃝ͩ●Marlina●⑅⃝ᷟ◌ͩ☘𝓡𝓳
berlari pergi
@◌ᷟ⑅⃝ͩ●Marlina●⑅⃝ᷟ◌ͩ☘𝓡𝓳
benci tapi cinta 😏
@◌ᷟ⑅⃝ͩ●Marlina●⑅⃝ᷟ◌ͩ☘𝓡𝓳
rasain 😏
@◌ᷟ⑅⃝ͩ●Marlina●⑅⃝ᷟ◌ͩ☘𝓡𝓳
Kalian yg akan terkejut 🤭
@◌ᷟ⑅⃝ͩ●Marlina●⑅⃝ᷟ◌ͩ☘𝓡𝓳
betul 👍🏻
@◌ᷟ⑅⃝ͩ●Marlina●⑅⃝ᷟ◌ͩ☘𝓡𝓳
kita lihat apa Nadya bisa mengurus rumah dan penghuninya yg lain 😏
@◌ᷟ⑅⃝ͩ●Marlina●⑅⃝ᷟ◌ͩ☘𝓡𝓳
betul 😌
@◌ᷟ⑅⃝ͩ●Marlina●⑅⃝ᷟ◌ͩ☘𝓡𝓳
Anak dan bapaknya sama saja 😤
@◌ᷟ⑅⃝ͩ●Marlina●⑅⃝ᷟ◌ͩ☘𝓡𝓳
Untunglah Shakira tidak seperti ibunya 😏
@◌ᷟ⑅⃝ͩ●Marlina●⑅⃝ᷟ◌ͩ☘𝓡𝓳
Apa hubungannya,belum tentu orang yg pendidikan tinggi bisa mengurus keluarganya 😤
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!