Asyifa di kirim oleh orang tuanya untuk mendalami ilmu agamanya di pesantren milik teman dari orang tua Asyifa, dan dengan sangat terpaksa Asyifa mengikuti kemauan orang tuanya.
Namun siapa sangka Asyifa malah mendapatkan jodoh di sana ?.
Siapa jodoh Asyifa ???
Saksikan kelanjutan ceritanya di dalam Novel yang berjudul Bertemu jodoh di pesantren.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nunung Siti Nurjannah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11
Bagaimana aku tidak bete, apa kamu tidak melihat apa yang telah di perbuat oleh ustaz tadi, aku jadi bahan ketawaan santri - santri" ujar Asyifa dengan rasa kesalnya.
"Ya tapi kan ini sudah terjadi, ayo kita ke surau saja biar kamu tenang" ajak Nayla pada Asyifa.
"Hmmm. . ." Asyifa mengikuti langkah Nayla menuju surau. "Heran aku sama ustaz itu, bisa - bisanya dia tidak mau meminta maaf, padahal dia kan yang salah, mentang - mentang dia yang punya pesantren ini" cerocos Asyifa sambil berjalan di samping Nayla.
"Ustaz Bani emang terkenal dingin kepada lawan jenisnya, kecuali dengan keluarganya". tutur Nayla menjelaskan.
"Tapi sikap dia tidak mencerminkan seorang ustaz " celetuk Asyifa kesal.
"Jangan terlalu benci nanti jadi cinta" goda Nayla.
"Mana mungkin aku cinta dengan manusia beku begitu mending aku sama adiknya saja yang baik hati, dan tak kalah ganteng juga" cerocos Asyifa.
Tanpa mereka sadari ada sepasang yang mendengarkan pembicaraan mereka. Bagus dia gak tertarik dengan Bani, awas saja sampai dia berani mendekati Bani. gerutu seseorang tersebut.
...*****...
Keluaraga Pak Umar sedang berkumpul di ruang keluarga.
"Bi, Ummah kangen sama Syifa". ujar Ummah pada Suaminya.
"Shela juga " timpal Shela.
"Bi, kapan kita jenguk Asyifa ?" tanya Ummah pada suaminya.
"Nanti Abi telepon Kyai Hasan dulu, gimana sistem mengunjungi santri" jawab Abi Umar santai.
"Ya sudah telepon sekarang" pinta Ummah.
Akhirnya Abi menghubungi Kyai Hasan, setelah mengerti apa yang di jelaskan oleh Kyai Hasan, Pak Umar kembali duduk di samping istrinya.
"Gimana Abi ?" tanya Ummah yang penasaran.
"Kata Kyai Hasan kalau untuk menjenguk boleh kapan saja, tapi kalau untuk izin di bawa pulang mungkin nanti nunggu sebulan" pak Umar menjelaskan pada istri, anak dan menantunya.
"Ya sudah besok pagi kita kesana Abi" Ajak Ummah dengan sangat antusias.
"Iya betul Abi, Shela juga ikut". timpal Shela.
"Ya sudah besok kita berangkat pagi - pagi, karena menurut Kyai Hasan besok santri tidak banyak kegiatan juga". tutur pak Umar.
"Bi, kita bawakan semua makanan kesukaan Syifa !" Seru Ummah dengan begitu antusias Abi Umar hanya tersenyum melihat kebahagiaan terpancar di wajah istrinya.
"Bi kita ke supermarket, ada yang ummah mau beli" ajak Ummah pada suaminya.
"Shela boleh ikut ?" tanya Shela pada mertuanya.
"Dasar kalau soal belanja pasti langsung nyambar pengen ikut" protes Abian dan langsung mendapat tatapan tajam dari sang istri.
"Ya sudah kita shalat dzuhur dulu, setelah shalat dzuhur kita baru pergi" ujar pak Umar dan di setujui oleh semua anggota keluarga.
Abian kini sudah siap di belakang kemudi, dan di sampingnya ada Abi Umar, sedangkan Shela dan Ummah duduk di bangku belakang.
mobil yang di kendarai Abian melaju dengan kecepatan standar mencoba membelah kemacetan di jalan raya, hanya butuh waktu dua puluh lima menit untuk sampai di pusat perbelanjaan, Abian memarkir mobilnya,Ummah dan Shela begitu semangat memasuki pintu supermarket.
Shela dan Ummah langsung menyerbu berbagai makanan ringan, buah - buahan dan sayuran segar, sedangkan suami mereka hanya membuntuti dari belakang sambil membawa keranjang belanjaan. setelah puas berbelanja makanan dan sayuran, kini Ummah dan Shela berjalan ke arah tempat Pakaian.
"Ummah kita kan hanya kan membeli makanan untuk oleh - oleh Syifa kenapa kita ke tempat pakaian ?" tanya Abi Umar dengan nada protes.
"Ummah ingin membelikan Baju dan Hijab baru buat anak bungsu kita" jawab Ummah.
Sementara Shela kini sedang melihat - lihat di tempat koleksi tas, Abian hanya mengikuti istrinya sambil mulutnya berkomat - kamit merapalkan doa - doa. Semoga gak ada yang tas dia suka, bukan hamba tidak ingin membelikannya tapi baru minggu kemaren dia membeli tas. doa Abian dalam hatinya.
"Sayang, ayo nanti Ummah dan Abi nyariin kita" ujar Abian sengaja untuk mengalihkan perhatian istrinya.
"Suamiku, tenang aku sudah izin ko sama Ummah " jawab Shela yang masih sibuk melihat - lihat pajangan tas.
Abian tambah was - was karena tangan Shela sudah meraih satu tas dan sedang mencobanya sambil bergaya di depan kaca.
"Sayang kita makan yuk, aku lapar, kita kan belum makan siang" bujuk rayu Abian,
"Sabar suamiku, tunggu Abi dan Ummah, karena mereka juga akan ke sini". jawab Shela sambil bergaya di depan kaca. "Suamiku ini baguskan ?" tanya Shela sambil bergaya bak model di hadapan suaminya.
"Kalau menurutku itu kurang cocok kalau di pake di kamu" jawab Abian.
"Ya sudah aku akan mencarinya lagi yang bagus" ujar Shela lalu meletakan kembali tas di tempatnya. "Sayang, yang bagus dan cocok untuk aku yang mana ?" tanya Shela pada suaminya.
Abian gelagapan bingung harus menjawab apa. " Sayang bukannya minggu lalu kamu sudah membeli tas, kenapa sekarang kamu membelinya lagi ?" tanya Abian pelan agar istrinya tidak marah.
"Oh jadi kamu tidak mau membelikan aku tas lagi ?" tanya Shela dengan ekspresi kecewa.
"Bukan gitu sayang". Abian bingung harus menjelaskannya bagaimana pada istrinya agar mengerti maksud dirinya.
Bukan Abian tidak mau membelikan atau karena tidak ada uang tapi sayang jika tiap minggu harus beli tas dengan harga yang lumayan menguras dompet.
"Sayang lihat, ini tas yang aku cari selama ini ada di sini !" Seru Shela dengan wajah yang sangat bahagia.
"Sayang" ucap lirih Abian saat istrinya akan memegang tas impiannya.
"Kamu itu jahat sekali, masa istri menginginkan tas yang selama ini di cari tapi kamu malah merarangnya". ketus Shela.
"Sayang bukan begitu" ujar Abian langsung mengejar Shela yang sudah berlari.
Namun tiba - tiba kepala Shela terasa pusing dan tak lama Shela terjatuh pingsan, untung Abian langsung sigap menopang tubuh istrinya hingga tidak jatuh ke lantai.
"Shela bangun, kamu kenapa ?" Abian panik karena Shela pingsan.
Abian langsung mengangkat tubuh istrinya dan membawanya ke dalam mobil di ikuti oleh Abi dan Ummah untuk di bawa ke kelinik.
Ahh Masa ia gara - gara aku melarangnya untuk membeli tas impiannya dia langsung pingsan. ucap abian yang masih panik.
Sampai di klinik Shela langsung di tangani dokter, sedangkan Abian, Abi dan Umah sedang menunggu di luar ruangan.
"Bian jelaskan kenapa Shela bisa pingsan ?" tanya Abi.
Abian menjelaskan yang terjadi tadi di tempat penjualan tas, dan ia juga menjelaskan alasan kenapa Abian melaramg istrinya untuk membeli tas impiannya.
"Harusnya tadi kamu membiarkan istrimu membeli tas itu apa lagi itu impiannya" ujar Ummah pada Abian.
"Terus sekarang Abian harus bagaimana ?" tanya Abian. Abi dan Ummah mengangkat bahunya mereka juga tidak tau apa yang harus Abian lakukan.
"Abi, Ummah titip Shela, Abian akan membelikan tas yang dia mau" ujar Abian sambil berlari ke arah mobilnya.
.
.
.
.
Bersambung