NovelToon NovelToon
Ketika Cinta Bersemi

Ketika Cinta Bersemi

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Diam-Diam Cinta / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu / Persahabatan / Romansa
Popularitas:6.5k
Nilai: 5
Nama Author: Cumi kecil

Di sebuah universitas yang terletak kota, ada dua mahasiswa yang datang dari latar belakang yang sangat berbeda. Andini, seorang mahasiswi jurusan psikologi yang sangat fokus pada studinya, selalu menjadi tipe orang yang cenderung menjaga jarak dari orang lain. Dia lebih suka menghabiskan waktu di perpustakaan, membaca buku-buku tentang perilaku manusia, dan merencanakan masa depannya yang penuh dengan ambisi.

Sementara itu, Raka adalah mahasiswa jurusan bisnis. raka terkenal dengan sifatnya yang dingin dan tidak mudah bergaul, selalu membuat orang di sekitarnya merasa segan.

Kisah mereka dimulai di sebuah acara kampus yang diadakan setiap tahun, sebuah pesta malam untuk menyambut semester baru. Andini, yang awalnya hanya ingin duduk di sudut dan menikmati minuman, tanpa sengaja bertemu dengan Raka.

Yuk guys.. baca kisah tentang perjalanan cinta Andini dan Raka.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cumi kecil, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 25 SELALU ADA RAKA UNTUK ANDINI

Andini sedang duduk di taman kampus bersama Nana dan Sofi, sambil membicarakan rencana kelompok tugas besar, ketika pandangannya tertuju pada sosok yang berjalan masuk dari gerbang utama.

Rambut panjang. Langkah percaya diri. Tatapan tajam ke sekeliling.

Tahira.

Andini terdiam sejenak, lalu bergumam, “Dia beneran kuliah di sini…”

Sofi dan Nana menoleh hampir bersamaan. “Hah? Maksud kamu... dia?”

Andini mengangguk pelan. “Saudara tiriku.”

Tahira, mahasiswi baru transfer dari universitas ternama di luar kota, bergabung ke Fakultas ekonomi. Ia tidak pintar, nilai selalu paling rendah. keunggulan tahira adalah cepat memikat perhatian banyak orang termasuk para dosen.

Tapi yang tidak semua orang tahu. Tahira punya misi pribadi.

Tahira melihat Andini di kampus, ada senyum miring di bibirnya. Seolah berkata, “Aku akan tunjukkan siapa yang lebih layak berdiri di atas dan siapa yang harus di tendang dari sini "

Dan benar saja, Tahira mulai menebar komentar sinis yang menyindir Andini secara halus.

“Ada yang sok low profile, padahal hidupnya penuh privilese tersembunyi.”

“Punya pacar keren? Wajar sih kalau jadi jalan pintas.”

Andini tidak membalas. Ia tahu permainan ini bukan tentang siapa paling vokal, tapi siapa yang tetap berdiri meski dijatuhkan.

Sejak resmi menjadi mahasiswa di kampus yang sama, Tahira mulai menyusun rencana secara perlahan. Dia tahu, Andini bukan tipe yang mudah dipancing dengan konfrontasi langsung. Jadi dia pakai cara yang lebih... halus.

Tahira mulai mendekati beberapa teman sekelas Andini, terutama mereka yang punya pengaruh di organisasi kampus dan proyek kolaborasi antarjurusan.

“Aku sebenarnya kagum sama Andini,” ucap Tahira di depan beberapa teman, dengan suara pelan namun cukup terdengar, “tapi katanya dia dapat banyak privilege di tempat kerjanya, ya? Dekat sama bos, ya?”

Beberapa mulai terpengaruh. Bisikan-bisikan kecil mulai menyebar, membentuk asumsi yang menggoyahkan reputasi Andini.

Di Bawah pohon mangga di dekat gedung perpustakaan, Nana dan Sofi duduk sambil makan jajanan kampus. Andini baru saja pergi ke kelas tambahan, dan obrolan mereka langsung mengarah ke satu nama.

Tahira.

“Aku bener-bener muak liat tampang pura-pura polosnya,” desis Sofi sambil menggigit siomay.

“Setiap dia lewat, senyumnya kayak bilang, ‘Hati-hati ya, aku manis tapi bisa nusuk’.”

Nana menyandarkan kepala ke pundak Sofi. “Aku sabar loh awalnya. Tapi setelah presentasi kemarin, pas file Andini rusak... aku curiga dia yang ngacauin. Dan yang nyebarin gosip soal tempat kerja juga kayaknya dia.”

Sofi mengangguk, matanya menyipit. “Kita nggak bisa terus diem. Andini terlalu baik. Dia nggak mau balas dendam. Tapi kita? Kita bukan Andini.”

Nana tertawa kecil. “Kita versi peduli dengan marah’.”

SORE.

Hari itu langit mendung. Andini duduk di bangku taman belakang kampus, tempat yang biasanya sepi dan jadi tempat favoritnya buat menyendiri. Setelah seminggu penuh tekanan, gosip, dan drama dari Tahira, hatinya mulai lelah.

Ia hanya ingin sendiri. Tapi seseorang tahu di mana ia berada.

Raka.

Tanpa banyak kata, Raka datang membawa dua gelas coklat hangat dari kafe langganan mereka. Ia duduk di samping Andini, diam. Tak bertanya. Tak memaksa. Hanya duduk, dengan keberadaan yang penuh makna.

Andini menatapnya, matanya sedikit basah.

“Kamu tahu aku di sini?”

“Aku selalu tahu kalau kamu lagi butuh tenang,” jawab Raka lembut. “Dan aku nggak akan tanya apa-apa… kecuali kamu mau cerita.”

Andini menghela napas panjang, lalu menunduk.

“Rasanya capek, Rak. Selalu berusaha kuat, berusaha baik, tapi tetap ada yang ingin lihat aku jatuh.”

Raka menatapnya, lalu berkata pelan, “Kamu nggak harus selalu kuat, Din. Karena aku di sini. Kalau kamu capek… sandar aja. Aku nggak akan pergi.”

Air mata Andini jatuh. Bukan karena sedih. Tapi karena akhirnya… ada yang benar-benar mengerti. Yang tak menuntut penjelasan, tak butuh pembuktian. Cukup hadir.

Dan saat angin berhembus pelan, Raka meraih tangan Andini, menggenggamnya erat.

“Kamu mungkin lagi perang sendirian di luar sana… tapi kamu nggak pernah sendirian di hatiku.”

Raka membawa tubuh Andini kedalam pelukan nya.

Pelukan raka benar-benar hangat, bahkan sangat nyaman. saking nyamannya, Andini melupakan sejenak masalah yang ada di benaknya.

1
Kim Bum
titip sandal ya kak. nanti kalo udah rame balik lagi😁
Marchel: Terimakasih kak, sudah mampir 🥰
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!