Menikahi Pria terpopuler dan Pewaris DW Entertainment adalah hal paling tidak masuk akal yang pernah terjadi di hidupnya. Hanya karena sebuah pertolongan yang memang hampir merenggut nyawanya yang tak berharga ini.
Namun kesalahpahaman terus terjadi di antara mereka, sehingga seminggu setelah pernikahannya, Annalia Selvana di ceraikan oleh Suaminya yang ia sangat cintai, Lucian Elscant Dewata. Bukan hanya di benci Lucian, ia bahkan di tuduh melakukan percobaan pembunuhan terhadap kekasih masa lalunya oleh keluarga Dewata yang membenci dirinya.
Ia pikir penderitaannya sudah cukup sampai disitu, namun takdir berkata lain. Saat dirinya berada diambang keputusasaan, sebuah janin hadir di dalam perutnya.
Cedric Luciano, Putranya dari lelaki yang ia cintai sekaligus lelaki yang menorehkan luka yang mendalam.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Quenni Lisa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 11 - Membuat Kesalahan
Anna terdiam membisu, mulutnya terasa berat untuk menjawab pernyataan Adnan yang sangat mendadak itu. "Adnan... Bukankah kita sudah dekat?" tanya Anna, berpura-pura bodoh. Ia tahu maksud Adnan, dari sorot matanya. Namun, ia benar-benar tak bisa.
Jika ia saja masih sulit melupakan bayang-bayang Lucian dari pikirannya, ia tak mau memberikan harapan palsu pada orang lain. Dan lagi, ia hanya ingin fokus pada Putranya.
Adnan membulatkan matanya tak percaya. "Berar---."
"Kita sudah menjadi teman dekat, bahkan bergosip bersama, bukan?" potong Anna, sambil tersenyum.
Anna dapat melihat raut kecewa di wajah Adnan. Ia merasa tak enak, namun ini adalah yang terbaik untuk ia maupun Adnan.
Adnan mengepalkan tangannya erat. Ia berusaha menguatkan tekadnya. "Tapi... Bukan itu maksudku, Anna. Aku ingin dekat denganmu, dengan artian yang berbeda," jelas Adnan, bersungguh-sungguh. Anna juga dapat melihat betapa berat bagi lelaki itu untuk mengungkapkan ini semua.
Anna menunduk. Ia merasa bersalah. 'Apakah tanpa sadar, aku sudah memberikan harapan padanya? Apakah sikapku padanya dia salah artikan?'
"Adnan... Kau tahu, bukan? Bahwa aku ini seorang janda anak satu... Jelas aku tak pantas untukmu. Dan lagi, aku ... " Anna menghentikan perkataannya, ia sedikit ragu mengungkapkannya karena takut menyinggung perasaan Adnan.
'Tapi, jika aku tak mengatakannya. Adnan hanya akan semakin terluka nantinya.'
"Aku masih mencintai mantan suamiku. Jujur saja, aku belum bisa melupakannya. Entah itu perasaan cinta, sakit hati, kecewa, atau bahkan penderitaan."
Penjelasan Anna membuat Adnan merasa sedih. Ia harus berhenti sebelum berjuang. Ia pikir peluang untuknya akan ada, karena nyatanya mantan suami Anna adalah orang yang paling menyakitinya.
"Baiklah. Aku tak akan memaksamu. Aku hanya ingin mengatakannya saja," jelas Adnan tersenyum kecut.
Di kejauhan, Cedric memperlihatkan semua percakapan Anna dan Adnan. Jauh dari lubuk hatinya, ia tak ingin Adnan menjadi kekasih Bundanya. Ia masih menginginkan Ayah kandungnya. Namun, jika yang terbaik untuk Ibunya adalah Adnan, dan Anna menyukainya ia rasa ia harus merelakannya.
"Dia sudah menyakiti Bunda. Aku tak akan pernah membiarkan ini berjalan dengan mudah untuknya," gumam Cedric. Tangannya dengan lihat mengetik sesuatu di laptop.
Ya. Untuk hadiah ulang tahunnya yang ke 7. Anna membelikan Cedric sebuah laptop. Anna tahu, Cedric sangat menginginkan laptop, karena matanya yang terpaku saat menatap seseorang yang sedang memainkan laptop.
****
Di Perusahaan DW ENTERTAINMENT.
Keadaan perusahaan dihebohkan dengan seseorang yang meretas data-data Perusahaan dan menguaknya di publik. Mulai dari data aktor-aktor terkenal mereka yang sedang dalam skandal percintaan hingga skandal kekerasan.
"Tuan! Ini keadaan darurat. Data-data Perusahaan sedang di retas oleh orang tak dikenal. Dan, dia telah membocorkannya ke publik, sehingga publik saat ini sedang heboh meminta penjelasan," jelas Juan dengan panik.
Brak!
"Bagaimana bisa kita kebobolan! Keamanan data kita adalah yang terbaik di Negara ini!" bentak Lucian, wajahnya terlihat penuh amarah. Tangannya terkepal erat, memperlihatkan buku-buku kukunya yang memutih. Ia tak akan membiarkan orang itu lolos. Karena sudah berani mempermainkannya.
"Bagiamana hasilnya?" tanya Lucian, rahangnya mengeras, menandakan amarahnya yang semakin memuncak.
"Ma-maaf, Bos. Dia masih terus melakukan penyerangan data perusahaan. Namun, dia tak mengambil apapun selain data-data Aktor dan Aktris bermasalah," jelasnya dengan terbata-bata karena ketakutan pada ekspresi Lucian.
"Minggir!" bentak Lucian. Ia mulai mengetikkan jarinya dengan cepat, berusaha menjaga data-data itu, dan berusaha melacak id si peretas.
"Sial! Apa-apaan ini! Siapa dia?" Lucian mengacak-acak rambutnya dengan kasar. Ia benar-benar dibuat kalang kabut menghadapinya.
"Mari kita lihat perusahaan mana yang berani menyentuhku." Sorot matanya penuh dengan rasa penasaran. Ia juga merasa sangat tertantang. Sebab selama ini semenjak ia menggantikan mendiang Kakeknya. Tak ada satupun perusahaan atau hacker yang berhasil membobol pertahanan perusahaannya.
"Cari keberadaan si bajing*n ini dengan id ini!"
"Baik, Tuan!"
Di lain tempat.
Cedric menggenggam erat jemarinya. Ia benar-benar tak menyangka lelaki itu bisa sehebat itu. Setelah banyak latihan, Cedric benar-benar bisa membobol banyak Perusahaan. Namun, hanya sebatas latihan dan tak mengambil apapun. Dan, ia selalu berhasil.
"Apa yang harus aku lakukan... Bagaimana jika di kesini dan bertemu Bunda..." Cedric menatap Ibunya dengan raut wajah bersalah dan cemas.
Anna yang tengah fokus, tiba-tiba teralihkan pada Cedric yang terlihat gelisah. "Ada apa, sayang? Kenapa kah terlihat gelisah begitu?" tanya Anna, heran. Ia memegang dahi Putranya, karena takut demamnya belum turun. Tapi tak ada keanehan, suhu tubuhnya normal.
"A-aku tidak apa-apa, Bunda. Hanya saja... Aku melakukan se-sedikit kesalahan," jawab Cedric, berusaha untuk jujur.
"Kesalahan?" tanya Anna sembari mengernyitkan dahinya bingung.
Cedric semakin menunduk. "Aku... Aku mendownload banyak game," jawab Cedric spontan. Ia tak ingin Ibunya tau tentang kemampuannya.
Anna tercengang. "Haha. Kau ini, Bunda sudah khawatir. Takut kamu kenapa-kenapa... Ceddy adalah anak yang pintar jadi tahu kapan waktunya bermain dan kapan waktunya belajar, bukan?" tanya Anna sembari mengelus rambut Cedric dengan gemas.
Cedric mengangguk. Namun, ia masih merasa bersalah. 'Aku harus mencegahnya datang kesini dan bertemu Bunda.' Cedric dengan penuh tekad akan menghalangi seseorang yang berstatus sebagai Ayah Kandungnya itu bertemu Ibunya.