Dulu dia dibutakan cinta maka dari itu Douglas setujudengan perjanjian pernikahan mereka. Tapi, setelah hampir 4 tahun menikah Douglas merasa hampa tanpa hadirnya seorang anak dalam pernikahan mereka. Istrinya yang selalu sibuk tidak pernah ada waktu untuknya membuatnya semakin berada di titik jenuh pernikahannya.
"Kenapa kau tidak mencari wanita lain saja yang mau mengandung anakmu," saran sesat dari sahabat Douglas yang sepertinya patut untuk dipertimbangkan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lena linol, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pintar memanfaatkan keadaan
Esok harinya. Bintang diminta datang ke kantor polisi untuk dimintai keterangan sebagai saksi dan korban atas kejahatan yang dilakukan Tari dan Anton.
Setelah selesai memberikan kesaksikan. Bintang menemui Tari yang meringkuk di balik jeruji besi.
Tari menatap tajam pada anak tirinya, dia segera berdiri, "Kamu pasti senang 'kan melihatku seperti ini!" teriak Tari sambil mencengkram kedua sisi besi.
Bintang tersenyum sinis mendengarnya. "Tentu saja aku senang karena aku nggak perlu repot-repot menyingkirkanmu."
"Aku pastikan setelah aku keluar dari sini, aku akan menghajarmu!"
"Dan aku pastikan juga kamu dihukum seumur hidup atau pidana mati!" balas Bintang tak mau kalah.
Tari semakin geram pada anak tirinya itu, tapi wajahnya juga memucat jika hal itu benar terjadi.
"Senjata makan tuan! Bukankah itu pepatah yang pas untukmu? Niatnya ingin menjerumuskanku, tapi ternyata kamu malah terjerumus sendiri ke dalam tahanan. Duh, kasihan sekali." Bintang meledek Tari sambil bersedekap di dada.
Rahang Tari mengeras, salah satu tangannya terjulur ingin mencakar wajah Bintang. Tapi, sayangnya gadis itu segera mundur satu langkah.
"Eh, nggak kena ... nggak kena ... wleekkk!" Bintang kembali meledek sambil menjulurkan lidah.
"Anak sialan!" teriak Tari sangat emosi, urat-urat di lehernya sampai menonjol karena saking geramnya pada Bintang.
"Nikmati hari-harimu di balik jeruji besi, wanita dajjal!" Bintang berkata dengan nada sedikit di tekan, kemudian mundur lagi satu langkah sebelum balik badan menjauh dari sana, meninggalkan Tari yang berteriak histeris dan memakinya.
Bintang menghembuskan nafas lega setelah keluar dari kantor polisi. Dia menatap langit mendung siang itu, bibirnya melengkung ke atas, kemudian berkata, "Terima kasih, Tuhan, karena kali ini engkau berada dipihakku."
Ditangkapnya Tari merupakan anugrah terindah untuk dirinya. Bertahun-tahun hidup sengsara karena Tari sangat kejam dan playing fictim padanya.
*
*
"Tuan ... Anda datang ke sini untuk liburan tapi kenapa malah berdiam diri di dalam kamar terus?" tanya Sup, sambil berkacak pinggang, menatap Doug yang sejak tadi hanya merebahkan diri di atas tempat tidur.
"Hari ini aku ingin tidur saja." Doug menjawab malas.
Sup tidak ingin kepo, juga tidak ingin memaksa. "Jika hari ini Anda tidak ingin pergi ke mana-mana maka saya minta izin ingin pulang ke rumah. Jika membutuhkan sesuatu segera hubungi saya," kata Sup, sebelum beranjak pergi dari kamar hotel tersebut.
"Hem." Doug hanya menyahut dengan deheman. Melirik pria itu yang sudah tidak terlihat setelah pintu hotel tertutup.
*
Perancis.
"Aku dengar suamimu liburan ke Indonesia. Kenapa kau tidak ikut?" Seorang model cantik bertanya pada Freya yang duduk disebelahnya. Mereka saat ini sedang berada di ruang make-up. Sebentar lagi mereka akan tampil dalam sebuah acara Paris Fashion Week.
"Untuk apa ikut. Kamu tahu sendiri aku sudah malas dengannya," jawab Freya dengan santainya.
Wanita di sebelahnya tersenyum sambil geleng-geleng kepala saat mendengar jawaban Freya. "Kau tidak takut kalau suamimu tertarik dengan wanita lain?"
"Doug sudah tua, mana mungkin ada wanita yang mau sama dia! Aku saja terpaksa menikah dengannya demi mendongkrak karirku di dunia model." Freya menjawab sambil mematut diri di cermin. Tersenyum puas karena penampilannya sangat sempurna.
"Kau kejam sekali!"
"Aku bukan kejam tapi pintar. Pintar memanfaatkan keadaan, terlebih lagi dia kaya raya dan sangat bucin padaku." Freya menjawab penuh percaya diri.