Disakiti, diselingkuhi, tidak dianggap sebagai istri. Itulah yang dialami oleh Sara selama tiga tahun pernikahannya.
Awalnya dia berniat bertahan karena keluarganya memerlukan kebesaran nama suaminya untuk bertahan dalam bisnis. Tapi dia tak tahan lagi.
Lalu kecelakaan terjadi, membuat suami yang tidak pernah mencintainya berubah.
Apa Sara membatalkan niatnya untuk berpisah? Atau dia tetap dalam pendiriannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elena Prasetyo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11
Sara tidak akan bisa melupakan raut wajah penuh kekesalan yang ditunjukkan oleh Nyonya Besar tadi di bawah. Wanita pemilik kekuasaan terbesar di rumah keluarga Varamus, tidak bisa melakukan apa-apa ketika pria itu membawa Sara ke kamar.
"Apa yang kau pikirkan?" tanya pria itu.
"Tidak ada. Hanya ... Makanan ini banyak sekali" jawabnya lalu melihat begitu banyak makanan di hadapannya.
"Kenapa kalian lambat sekali?!!" bentak pria itu pada pelayan yang mengantar makanan ke kamar.
"Maaf Tuan"
"Cepat!!! Istriku sudah lapar!!"
"Baik Tuan"
Melihat semua pelayan yang tadi merundungnya sekarang hanya bisa menunduk tak berdaya di hadapan Sara ternyata membuatnya sedikit terhibur.
"Ayo kita makan sayang" kata pria itu memberikan garpu padanya. Sara menerima garpu, mengambil sepotong daging dan memakannya.
Rasanya tidak buruk. Malah enak sekali. Hanya saja, dia tidak merasa menikmatinya. Entah karena tidak terbiasa atau tatapan pria yang ada dihadapannya. Pria itu terus saja melihat Sara.
"Apa ada yang salah?" tanya Sara.
"Tidak"
"Kenapa Tu ... Kau tidak makan?"
"Aku? Aku akan makan"
"Kau harus makan banyak karena masih dalam proses pemulihan. Semakin sehat tubuhmu akan semakin baik"
"Baiklah. Aku akan makan"
Meski tidak menghabiskan makanan yang ada di piring, perut Sara rasanya penuh sekali. Mungkin karena tidak pernah makan sebanyak itu. Setelah kenyang maka datang rasa kantuk yang memburu.
Sara tertidur dengan memegang garpu di tangannya. Ada suara tawa kecil terdengar di telinganya lalu hening. Membuatnya tertidur nyenyak.
"Akhirnya kau turun juga. Apa sekarang wanita itu lebih penting bagimu daripada Nenek? Sampai kau harus makan di kamar? Meninggalkan nenek tuamu ini di bawah, makan sendiri?" tanya Nyonya Varamus ketika Marco turun ke lantai bawah.
"Tiga tahun Sara menjadi menantu di rumah ini. Apa selama itu dia tidak pernah mendapat tempat di meja makan ini?"
Nyonya Varamus melihat cucunya dengan seksama.
"Apa kau mengingat sesuatu?"
"Nenek! Sara adalah wanita yang kucintai. Dia juga resmi menikah denganku. Jadi dia adalah Nyonya di rumah ini"
Dari awal, Nyonya Varamus memang tidak menyukai wanita itu dekat dengan cucunya. Dia membenci seorang wanita tanpa asal usul yang jelas seperti itu. Tidak seperti Naya yang merupakan cucu dari sepupu jauhnya.
"Selama aku masih hidup, wanita itu tidak akan pernah menjadi Nyonya di rumah ini!!"
"Nenek! Kenapa tiga tahun telah berlalu dan kau masih keras kepala?"
"Kau!!!! Tunggu saja sampai ingatanmu kembali, maka kau akan mengerti!"
Nyonya Varamus tidak tahan melihat cucunya yang amnesia terus membela wanita yang salah. Lebih baik dia pergi ke kamar dan beristirahat.
Baru saja Nyonya Varamus meletakkan badan di atas ranjang, teringat pemandangan yang mengganggu. Ranjang berantakan cucunya. Ketika cucunya dan wanita penggila uang itu ada di dalam kamar beberapa waktu lalu.
"Nyonya, Anda mau kemana?" tanya pelayan yang khawatir melihat seorang nenek tua berumur tujuh puluh tahun berjalan cepat ke arah tangga.
"Aku harus menghentikan mereka"
"Nyonya, pelan-pelan saja!" kata pelayan berusaha memperingatkan Nyonya Varamus.
Sesampainya di kamar cucunya, dia tidak menahan diri. Segera mengetuk pintu kamar cucunya dengan beringas.
"Nenek? Apa yang nenek lakukan disini?" tanya Marco yang membuka pintu tanpa menggunakan pakaian di bagian atas.
"Apa yang kau lakukan?" tanya Nyonya Varamus memaksa untuk masuk ke dalam kamar.
"Nenek, ini sudah malam. Sebaiknya nenek kembali ke kamar!"
Tapi Nyonya Varamus tidak mau kalah dari cucunya yang jelas memiliki badan dua kali lebih besar darinya. Terus mendorong pintu untuk memaksa masuk. Dan akhirnya, cucunya yang tahu diri itu membiarkannya masuk.
Dia mencari keberadaan wanita penggila uang itu dan ternyata menemukannya sedang tertidur.
"Apa yang kau lakukan tanpa pakaian?" tanya Nyonya Varamus lalu diseret keluar oleh cucunya.
"Apa sebenarnya yang nenek lakukan? Aku mandi"
"Dan wanita penggila ... Wanita itu?"
"Namanya Sara nek. Sara!! Sara sedang tidur. Sudah dari tadi sejak dia tidur"
"Kalian, apa kalian ... "
Dalam pikiran Nyonya Varamus terbayang sesuatu yang erotis lalu menggeleng.
"Apa?"
"Dengarkan nenek. Badanmu masih belum pulih. Kau tidak boleh melakukan sesuatu dengan ... wanita itu!"
"Nek, kami adalah suami istri. Masalah itu akan kami pikirkan sendiri. Dan lagi, aku adalah pria yang sehat. Kenapa aku tidak boleh melakukannya dengan istriku sendiri?"
"Kau gila!! Kalian tidak boleh melakukannya. Tidak boleh. Karena kalian sudah memutuskan untuk berce ... "
Hampir saja kata terlarang itu terlepas dari mulut Nyonya Varamus. Padahal dia sendiri yang memperingatkan semua orang untuk tidak menyebutkan kata perceraian di hadapan cucunya. Takut kata itu memberikan tekanan pada otak cucunya. Dan menyebabkan sesuatu yang tidak dia inginkan.
"Ini adalah masalah tubuhku. Nenek tidak boleh ikut campur. Dan lagi, Sara adalah istriku. Kami berhak melakukan apapun yang dilakukan suami istri. Kalau nenek tidak mengijinkan kami melakukan apapun, akan ku pastikan ini hari terakhirku dan Sara di rumah."
"Kau akan meninggalkan aku sendiri?"
"Iya"
"Kau akan meninggalkan nenek yang selalu menjagamu selama tiga puluh lima tahun ini sendiri? Demi wanita itu?"
"Karena itu, jangan menggangguku dan Sara. Jangan mencampuri urusan kami atau aku akan benar-benar keluar dari rumah"
Nyonya Varamus kehilangan kata setelah menerima ancaman dari cucunya sendiri. Memang, pengaruh wanita penggila uang itu sangat kuat. Tiga tahun lalu, cucunya bahkan mengancam akan meninggalkan nama Varamus bila tidak diijinkan menikah dengan wanita itu.
"Baiklah. Baiklah. Tapi ... Pakai pengaman!!"
"Nenek sudah keterlaluan" ucap cucu tak punya hati itu.
"Apapun akan kulakukan demi menyelamatkan keturunan Varamus"
"Jangan lakukan apapun pada Sara. Atau aku ... Sial!!"
Baru saja akan menang berdebat dengan cucunya, Nyonya Varamus terpaksa harus melemahkan diri.
"Kenapa?"
"Kepalaku!!!"
Bagaimanapun keras kepalanya pemilik kekuasaan tertinggi di keluarga Varamus itu, tidak akan pernah menang melawan cucunya sendiri. Karena Nyonya Varamus terlalu menyayangi satu-satunya cucu yang dia miliki. Yang akan meneruskan nama besar keluarga.
"Apa yang kau inginkan?" tanya Nyonya Varamus yang terpaksa mengikrarkan kekalahannya.
"Biarkan aku melakukan semua yang kuinginkan" jawab cucu yang baru saja mengeluh sakit kepala. Dengan tatapan mata yang tajam tanpa berkedip sama sekali. Dan sinar mata penuh kekuatan. Seakan memberitahu Nyonya Varamus. Di hadapannya bukan cucu yang dia kenal sebelumnya.
Untuk pertama kalinya, Nyonya Varamus merasa takut ... pada seseorang. Dan itu adalah cucunya sendiri.
"Aku akan memperingatkan mu, semuanya tidak seperti yang terlihat" kata Nyonya Varamus mencoba memperingatkan cucunya.
"Aku tahu" jawab Marco tegas.