Aldena Faradila tak menyangka akhirnya harus kembali ke tempat yang paling dihindarinya selama lima tahun ini. Dena harus kembali karena saudara kembarnya yang jatuh sakit dan juga wasiat dari Vania, almarhum ibunya.
Kembalinya Dena ke rumah almarhum maminya membuat keluarga papinya tak suka dan mencoba mengusirnya kembali.
Sayangnya, Dena lima tahun yang lalu sudah berubah dan kini bersiap membalaskan dendam dan sakit hatinya.
Rupanya semua tak berjalan semulus apa yang direncanakan oleh Dena. Dia harus menikah sebelum usianya dua puluh lima tahun dengan lelaki yang sudah dipilihkan oleh almarhum maminya.
Apakah Dena bersedia menikah dengan Gara, atau lebih memilih kehilangan harta warisannya? Lalu bagaimana jika ternyata Dena masih belum bisa melupakan masa lalunya yang ternyata keponakan dari Gara?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Naira_W, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kasih Tau Suaminya
"Abang!! Ngapain di kunci pintunya. Aku mau keluar, ngehajar itu mulut si Maya." Dena masih histeris dan berontak dalam pelukan Anggara.
"Udah dong, sayang.. Tenang dulu, ya. Jangan ribut kayak anak SD. Malu sama tetangga lain, sayang." kata Anggara yang sebenarnya sudah pusing menghadapi istrinya yang tantrum.
"Kamu malu aku ribut sama dia. Padahal aku membela diri karena dihina dia.. Oh... Gitu kamu bang, kamu malu dilihatin tetangga tapi biarin aku dipermalukan Maya kamu nggak masalah, gitu?" tuduh Dena meledak-ledak.
Anggara tak ingin menyahuti ucapan istrinya, bukannya takut hanya tak mau menambah panjang perdebatan.
"Abang sama aja kayak yang lain. Aku disuruh nelan semua omongan jelek dan hinaan orang ke aku. Kalau tau gini, mending kita gak usah nikah."
Dada Dena naik turun karena masih dikuasai emosi.
Dia tak menyangka bakalan bertemu dengan musuh bebuyutannya dulu setelah sekian tahun. Mana sekarang tinggal sebelahan lagi.
"Abang memang nggak akan biarin kamu dipermalukan. Makanya abang bawa kamu masuk. Keributan kalian itu justru mengundang perhatian tetangga lain. Apalagi yang kalian bahas itu soal Evan. Memangnya kalian itu masih single, sampai ribut soal laki-laki lain di depan suami." ucap Anggara panjang lebar.
"Bagian mana kamu merasa dipermalukan mbak Maya? Soal Evan meninggalkan kamu. Itu yang bikin kamu marah dan gak suka? Masih belum bisa ngelupain dia? Iya?" tanya Anggara yang terus menatap Dena.
Dena terdiam, menelan kembali ucapan-ucapan kasar yang ingin dilontarkan.
Anggara memang tak meninggikan suaranya tapi Dena merasa ada sorot kecewa di mata suaminya.
"Nggak... Aku udah nggak cinta sama Evan setelah tau betapa bejat dan brengseknya keponakan kamu, bang." kata Dena lalu memalingkan wajahnya ke arah jendela yang tertutup vitrase putih.
"Aku benci sama dia... benci sama diri aku sendiri... Karena menyia-nyiakan waktuku untuk bersamanya." Mata Dena menangkap beberapa orang terlihat berdiri di dekat pagar rumahnya dan Maya.
Ah... Seperti ini rasanya tinggal di area perumahan menengah.
Ibaratnya jarum jatuh pun akan terdengar bunyinya sampai di rumah ujung.
"Aku benci jika diingatkan betapa bodohnya aku dulu. Apalagi orang yang ngomong itu Maya. Gara-gara dia mami marahin aku habis-habisan dan sempat ngurung aku di kamar." Dena berkaca-kaca mengingat kejadian sewaktu dirinya masih SMA.
Anggara langsung memeluk Dena kembali dan mengajak istrinya untuk duduk di kursi. Dena menangis, bukan karena dia perempuan cengeng. Hanya saja karena Dena merasa kesal dan belum puas dia luapkan.
Ingin rasanya mencakar wajah sok cantik si Maya itu.
Kejadian hari ini sangat jauh dari ekspektasi Anggara. Belum sampai sehari, dia malah mengalami hal yang tak mengenakkan terus. Sepertinya benar kata mbak Nanda, harusnya sebelum masuk dan nempatin rumah, baiknya dibacain doa selamat dulu.
Kepalanya terasa pening, mulai dari ulah usil Heru sampai adu mulut istrinya dengan tetangga sebelah yang ternyata musuh bebuyutan Dena waktu SMA.
"Iya udah, abang tau. Kamu jangan marah-marah lagi nggak baik buat kesehatan. Masa baru keluar dari rumah sakit malah balik nginap di sana lagi." Anggara mengelus-elus punggung istrinya yang mulai tenang.
Setidaknya istrinya udah mau dipeluk dan gak mendiamkannya seperti tadi siang. Walaupun baju kaosnya jadi basah dan lengket karena air mata dan ingus istrinya.
"Aku pokoknya nggak terima ya, bang. Bilang sama suaminya Maya, urus istrinya yang bener. Diajarin mulutnya itu, jangan kurang ajar. Suruh Maya minta maaf karena udah hina-hina aku, bilang aku bodoh." kata Dena di sela isak tangisnya.
Duh, gimana cara bilangnya ke mas Samsul, batin Anggara
"Abang memang rela istrinya dikata-katain bodoh. Kalau aku bodoh berarti abang lebih bodoh, karena mau nikah sama orang bodoh." kata Dena yang kini mendongakkan kepalanya menatap dagu lancip milik Anggara. Dan juga... lubang hidung mancungnya Anggara
"Abang.... Gimana?? Bisa nggak, kalau nggak bisa buat Maya minta maaf sama aku. Besok aku tidur di rumah sakit aja sama Mas Dan." ancam Dena..
"Eeh... Kok gitu sih, sayang." protes Anggara namun Dena hanya membalas dengan tatapan tajam dengan penuh makna, awas kalau nggak mau.
"Iya..iya.. Nanti abang bilang ke mas Samsul. Biar dia ngasih tau istrinya jangan kasar dan ngata-ngatain kamu lagi." kata Anggara membujuk istrinya.
Yang penting Dena bisa diamankan dulu, urusan ngomong ke Samsul nanti lah dia pikirkan.
banyuan segera datang...
❤❤❤❤❤
❤❤❤❤
❤❤❤❤❤
❤❤❤❤❤
❤❤❤❤❤
waahh.
moga2 dena segera tlp anggara..
kan jaeak mereka lebih dekat..
❤❤❤❤❤❤
❤❤❤❤
❤❤❤❤
bawa bala bantuan.
biar mereka bisa lepas dari evan..
❤❤❤❤
dena ama maya otw bestian ini..
😀😀😀❤❤❤❤
biar mereka barengan ngegrebej evan...
😀😀😀😀❤❤❤❤
kalo kanur sdri bisa2 cila dan pengasuhmya jadi korban..
❤❤❤❤❤
deg2an..
moga2 ada petunjuk buat Gara...
❤❤❤❤❤❤
❤❤❤❤❤
sama aja..
❤❤❤❤❤
tapi malh sangat berterima kasih..
❤❤❤❤❤
ehhh..
motor udah dipeyokinnaja ama evan..
❤❤❤❤
maya itu...
❤❤❤❤❤❤
apa pun selalu tampak indah..
coba kalo gak pasti akan bilang istri kurang ajar...
😀😀😀😀❤❤❤❤