Laki laki itu begitu menyebalkan, CEO yang sombong dan selalu galak padamu yang seorang asisten pengantin saja.
"Awas saja ya, lihat aku akan membuatmu jatuh cinta dan aku akan menyiksamu setiap hari"
Jdor, tiba-tiba suara guntur terdengar, ini tak ada tanda-tanda hujan, tapi kenapa ada suara guntur sungguh menakutkan, segera aku masuk kedalam mobil taksi. Aku mulai merinding padahal kan hanya main-main saja mengatakan itu.
Aku juga tak mau kalau sampai benar-benar menjadi istrinya bisa-bisa aku mati berdiri kalau ada disampingnya sampai tua. Menyeramkan sekali sungguh.
Apakah semua kata-kata itu bisa di cabut ?
Disini aku pake sudut pandang pemeran perempuan ya. Semoga kalian suka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ririn dewi88, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Karena Ayah
Dengan sekali hentakan Farhan menarik Karina untuk bersembunyi "Sudah aku bilang bukan jangan keluar dari dalam mobil. Apakah kamu sudah bosan hidup, hah"
"Iya maafkan aku maafkan aku, aku sungguh refleks berlari aku sangat ketakutan sekali" tanpa aku sadari aku memeluk Farhan bahkan begitu erat.
"Tenanglah aku akan menghabisi mereka dahulu jangan kemana-mana" suara Farhan sekarang mulai melembut.
"Iya aku tidak akan kemana-mana, aku akan ada di sini"
Farhan mengeluarkan senjata yang lebih besar lagi dengan sekali tembakan pistol itu mengeluarkan beberapa peluru. Membuat mereka yang ada di seberang kewalahan. Farhan terus memberondong mereka dengan peluru itu, tidak ada henti sama sekali bahkan dia tidak takut tertembak, dia hanya diam dan terus memberondong lawannya sampai habis dan menyisakan satu orang.
Memang sengaja Farhan melakukan itu, dengan langkah yang pasti dan angkuh Farhan mendekatinya dan menginjak dadanya. Tak ada rasa kasihan sama sekali.
"Siapa yang menyuruhmu, beberapa hari ini selalu banyak orang yang mengejar saya dan ingin membunuh saya apakah masih komplotan kalian juga"
"Ampun Tuan ampuni saya biarkan saya lepas, saya benar-benar hanya disuruh"
"Siapa yang menyuruhmu"
"Tuan Felix, Tuan Felix yang menyuruh kami untuk membawa anda hidup-hidup atau dalam keadaan mati pun tak masalah. Tolong lepaskan saya Tuan saya tidak bersalah"
"Sialan" gumam Farhan.
Farhan mengarahkan pistolnya dan menembak laki-laki itu tepat di kepalanya. Farhan tak mau mengambil resiko menyelamatkan salah satu musuhnya, yang ada malah akan menusuknya dari belakang.
Felix lagi yang memburunya, pasti karena kematian adiknya. Farhan hanya melakukan pekerjaannya saja. Saat ada yang memintanya untuk membunuh adiknya Felix maka Farhan akan melakukannya dengan bayaran yang begitu fantastis tentunya, tapi dia terus mengincar Farhan.
Bukan apa-apa sekarang ada Karina yang harus Farhan lindungi. Seharusnya dari awal Farhan tidak membawa Karina dalam masalah hidupnya. Seharusnya Farhan simpan saja rasa penasarannya pada Karina.
Baru juga ingin mempunyai hidup yang lebih lengkap tapi sudah ada masalah muncul lagi. Felix awas saja tak akan pernah lepas dari genggamannya bahkan Farhan akan membunuhnya jika dia terus mengincarnya seperti ini tak akan segan-segan Farhan melakukannya.
"Hei kamu baik-baik saja" Farhan mengangkat dagu Karina yang masih menunduk, terlihat Karina begitu syok dengan semua keadaan ini.
Dengan lembut Farhan memeluk Karina dan mencoba untuk menenangkannya, mengusap kepalanya dengan kasih sayang yang begitu penuh. Kalau diceritakan begitu panjang kenapa Farhan bisa tertarik pada Karina.
Entahlah tiba-tiba saja perempuan mungil cerewet ini bisa memikat hatinya yang sudah beku, entahlah Farhan menganggap semua ini hanyalah sebuah ketertarikan bukan jatuh cinta sekarang hanya ingin memiliki Karina itu saja yang dia inginkan.
"Darah, pakaianmu berdarah"
Farhan menatap ke arah perutnya lalu membuka pakaiannya dan membuangnya begitu saja "Bantu aku untuk mengeluarkan pelurunya"
"Aku tidak seberani itu dan aku tidak bisa, tolong jangan terus libatkan aku dalam masalahmu yang begitu panjang dan menakutkan ini"
"Aku tidak bisa melepaskan mu begitu saja, saat wajahmu sudah dikenali oleh musuhku maka kamu adalah target yang paling mudah untuk mereka bunuh untuk bisa menjatuhkan aku"
"Aku takut, aku benar-benar tak bisa"
"Ada aku yang selalu di sampingmu" Farhan menghapus air mata Karina dan kembali memeluknya, tidak memperdulikan peluru yang bersarang di perutnya.
...----------------...
Mereka berdua sekarang ada di sebuah tempat yang begitu terpencil ya seperti hutan. Karina sudah sedikit tenang sekarang dan Farhan juga tadi membeli beberapa makanan dan juga air minum tentunya.
"Sekarang sudah bisa membantuku untuk mengeluarkan peluru ini Karina"
"Aku harus bagaimana, aku takut kenapa tidak ke rumah sakit saja"
"Pegang ponsel ini dan nyalakan senternya. Aku akan melakukan sendiri dan menjahitnya. Kamu hanya perlu memegang ini saja"
Dengan tangan yang bergetar aku pegang ponsel itu, ku arahkan ke luka bekas tembakan yang darahnya juga sudah tidak terlalu banyak keluar, Farhan mengeluarkannya dengan mudah lalu memperlihatkan peluru kecil itu ke arahku. Dia mengeluarkan dengan begitu mudahnya.
Sepertinya Farhan tak punya rasa sakit membuat aku linu dan merasakan kesakitan itu, padahal aku sama sekali tidak tertembak atau sedang dijahit. Apalagi tidak memakai bius pasti rasanya akan nyeri sekali.
"Selesai mulai sekarang kamu harus belajar memegang pistol, membersihkan luka, menjahit dan mengeluarkan peluru. Hidupmu sekarang sudah tidak tenang seperti dulu Karina. Selamat datang di kehidupanku yang mencekam dan penuh tantangan kamu kuat"
Tubuhku langsung menggigil ketakutan, kupeluk tubuhku sendiri dan ku tatap wajah Farhan ada senyum yang terukir di bibirnya. Tapi semua itu tidak membuatku tenang. Aku bekerja di sini hanya ingin menjadi seorang asisten CEO bukan jadi asisten seorang pembunuh.
"Kenapa kamu malah jadi seorang pembunuh bukannya kamu seorang CEO di perusahaan yang begitu besar dan terkenal. Kamu tidak mungkin kekurangan uang bukan" akhirnya aku memberanikan diri untuk bertanya hal itu.
"Karena aku ingin mencari pembunuh Ayahku, dengan aku masuk ke dunia gelap aku bisa tahu siapa yang membunuh Ayahku. Tapi sampai sekarang sangat sulit untuk menemukannya, dia seperti bersembunyi di lubang cacing yang tidak bisa aku temukan tapi aku tidak akan pernah menyerah. Aku akan terus mencarinya sampai dia berhasil aku bunuh dengan tanganku sendiri. Aku tidak akan pernah melepaskannya jika dia sudah tiada maka aku akan mengincar keluarganya dan menghancurkannya sampai dititik mereka tak ingin hidup lagi"
Farhan langsung pergi setelah mengatakan itu. Sedangkan aku hanya diam tidak ingin menyusul takut saja, yang penting aku tahu sekarang alasannya kenapa dia menjadi seorang pembunuh.
Tapi aku tidak membenarkan semua hal itu, aku masih ingin bisa lepas dari Farhan. Aku tidak mau terlibat apapun dalam hidup Farhan dan aku juga tidak mau menjadi istrinya. Aku benar-benar tidak mencintainya yang ada hanya ada rasa takut dalam diriku ini.
Aku juga tidak mau sampai kedua orang tuaku menjadi target berikutnya dari musuh-musuh Farhan. Pasti mereka akan mencari tahu bukan tentang keluargaku, aku tidak mau mereka terlibat aku tidak mau kehilangan kedua orang tuaku. Hanya mereka yang aku punya. Dan aku tidak mau kehilangan mereka sampai kapanpun.
Aku yang mulai kelaparan mengambil beberapa makanan dan segera melahapnya, sungguh aku sekarang kelaparan baru kerasa sekarang. Mau lari pun aku pasti akan tertangkap atau tersesat ini adalah sebuah hutan, aku takut malah di terkam hewan buas.
"Apa mungkin kama sumpah serapah ku ya, aku jadi terjebak dengan Farhan" gumamku masih dengan mengaitkan pada kata-kataku waktu itu.