NovelToon NovelToon
Rahasia Di Balik Kandungan

Rahasia Di Balik Kandungan

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Hamil di luar nikah / Cinta Terlarang / Pengantin Pengganti / Romansa
Popularitas:1.8k
Nilai: 5
Nama Author: Leel K

Semua orang melihat Claire Hayes sebagai wanita yang mengandung anak mendiang Benjamin Silvan. Namun, di balik mata hijaunya yang menyimpan kesedihan, tersembunyi obsesi bertahun-tahun pada sang adik, Aaron. Pernikahan terpaksa ini adalah bagian dari rencana rumitnya. Tapi, rahasia terbesar Claire bukanlah cintanya yang terlarang, melainkan kebenaran tentang ayah dari bayi yang dikandungnya—sebuah bom waktu yang siap menghancurkan segalanya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Leel K, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 11. London, Jarak yang Tak Terucap

Setelah kejadian malam itu, sikap Aaron semakin kasar. Ia tak ragu membentak Claire, mengusirnya untuk menjauh. Seolah ada dinding tak terlihat yang semakin tebal, Aaron menghunuskan tatapan dingin setiap kali Claire mencoba memperlihatkan wajahnya di hadapan pria itu, menggertaknya dengan mata kelabu yang tajam.

"Aaron—"

"Pergi!" sergah Aaron, suaranya menggelegar.

"Tapi aku—"

"Aku bilang pergi! Pergi dari hadapanku sekarang juga!"

Claire, di antara rasa takut dan sedih yang mencekik, buru-buru menyingkir, menjauh dari teritori pandangan Aaron. Dari balik daun pintu ruang keluarga, ia mengintip. Wajah Aaron di kejauhan ruang tamu tampak menghela napas kasar, menyisir rambutnya ke belakang dengan gusar. Ada sesuatu yang membuatnya marah, tapi apa? Claire merasa hubungan mereka sempat membaik, lantas mengapa Aaron tiba-tiba berubah seperti ini?

Hari-hari berlalu dengan sikap Aaron yang dingin dan menjauh. Sampai pada suatu pagi, Claire mendengar Aaron akan pergi perjalanan dinas ke luar negeri, ke London, Inggris. Ia baru mengetahuinya ketika Sekretaris Sam sudah memasukkan beberapa barang bawaan Aaron ke dalam mobil.

"Nyonya?!" Samuel melebarkan mata, terkejut melihat Claire berlari tergesa dari penthouse.

Tak mempedulikan Samuel, Claire langsung membuka pintu mobil bagian belakang, di mana Aaron sudah duduk sambil menatap layar tabletnya.

"Aaron!" Suara Claire meninggi, sarat tuntutan yang tertahan.

Samuel yang tadinya sibuk memasukkan barang ke bagasi, hanya bisa pura-pura sibuk, berusaha tak terlihat di antara masalah sepasang suami-istri itu.

Aaron, tanpa sedikit pun menoleh, berkata, "Kembali ke atas." Nadanya begitu dingin, tak peduli dengan kondisi Claire yang tengah hamil.

"Kenapa tidak bilang?!" Claire menggigit bibirnya, menahan tangis. "Maksudku, berapa lama sampai kau akan pulang?" Suaranya melunak, sarat permohonan yang menyayat.

Aaron meletakkan tabletnya ke kursi sebelah dengan kasar, lalu menoleh, mendongak menatap mata Claire. Tatapannya menusuk. "Aku tidak merasa perlu memberitahumu, Nona Hayes. Kau tahu, aku selalu sibuk." Nada bicaranya dingin dan acuh tak acuh, seperti menegaskan batasan yang tak boleh dilanggar.

"Tapi..." Air mata menggenang di matanya. "...Tapi, aku ingin tahu." Air matanya luruh begitu cepat, membasahi pipi. Kedua tangannya meremas keliman bajunya.

Samuel, yang berada di belakang mobil, mengalihkan pandangannya ke mana saja, menyadari tatapan penasaran dari orang-orang sekitar yang mulai memperhatikan sang nyonya yang berderai air mata.

Aaron mendengus kasar, bergeser ke bangku sebelah sambil menarik tangan Claire masuk ke dalam mobil. Ini adalah kali pertama Aaron menarik tangannya lebih dulu, membuat Claire merasa sedikit terhibur sesaat, walau air matanya masih berjatuhan.

Setelah Claire masuk dan duduk di sebelahnya, Aaron mendekat, sangat dekat sampai deru napasnya dapat dirasakan Claire, dan wangi parfumnya yang familier seolah menenangkan jiwanya yang resah. Claire berpikir Aaron akan memeluknya, menghiburnya. Namun, ternyata Aaron mendekat hanya untuk menutup pintu mobil kembali.

"Singkirkan air mata itu dan cepat keluar dari sini," titahnya, suaranya masih dingin tanpa sedikit pun kelembutan, seraya memberikan sapu tangannya pada Claire. "Ini bukan drama."

Claire meraih sapu tangan itu. Ia tidak menghapus air matanya, melainkan menatapnya lamat-lamat, lalu memegangnya sedikit lebih erat dari sebelumnya. Baginya, sapu tangan pemberian Aaron terlalu berharga untuk dikotori air mata.

"A-aku... ingin ikut," ucapnya tercekat. Ia memegang ujung lengan baju Aaron, tak begitu kuat, takut akan membuat pakaiannya kusut. "Tolong biarkan aku ikut, ya?" Matanya yang berkaca-kaca memohon penuh harap.

Tak ada respons dari Aaron. Ia mendengus kasar, lantas keluar dari mobil begitu saja, membuat Claire semakin cemas namun juga enggan keluar dari mobil.

Setelah berbicara sebentar dengan sekretarisnya di belakang mobil, Samuel menghampiri pintu belakang mobil, membukanya. "Nyonya, mari, akan saya antar ke atas," katanya dengan nada hati-hati.

Claire menggelengkan kepala, sapu tangan pemberian Aaron ia peluk di dada, matanya yang berkaca-kaca seolah memohon untuk tidak dipaksa keluar. Ia ingin ikut dengan Aaron.

Berbeda dengan Aaron, Samuel tidak bisa tidak luluh dengan tatapan memohon itu. Ia kembali menutup pintu mobil dengan pelan, lalu kembali berbicara pada atasannya.

Claire, yang berada di dalam mobil, memperhatikan keduanya tanpa tahu apa yang sedang mereka bicarakan. Detik berikutnya, Aaron beranjak pergi dari sana, menjauh dengan cepat seakan sedang melarikan diri darinya.

Claire yang panik segera keluar dari mobil, menghampiri Samuel. "Aaron, kemana Aaron pergi?!"

"Direktur akan menggunakan mobil lain, Nyonya. Beliau pergi untuk mengambilnya sendiri dari parkiran, sementara itu saya akan mengantar Anda kembali ke penthouse."

Claire menggeleng, air matanya luruh lagi. Tak lama, sebuah mobil hitam lewat di sebelah mereka. Claire bisa melihat siluet Aaron di dalamnya, mengemudi dengan pandangan lurus ke depan, tak sedikit pun menoleh padanya—ke arah Claire yang menitikkan air mata di pinggir jalan.

"Aaron..." Suaranya begitu lirih, bergetar. Lalu kemudian dia berteriak, "Aaron!"

Samuel segera menangkap tubuh sang nyonya yang melemas di tepi jalan. "Mari, saya antar ke atas."

Setibanya di penthouse, Claire mengunci dirinya di kamar. Ia duduk di atas karpet berbulu, menyandarkan kepalanya di tepi tempat tidur. Air matanya mengalir deras, meninggalkan bekas basah di atas seprai. Rasa sakit menusuk hatinya, seperti serpihan kaca yang menghujam. Di mana...? Apa yang salah?!

Ia mendongakkan kepalanya, menatap tempat di mana kamera pengawas sebelumnya terpasang, namun kini tidak ada di sana. Tidak ada lagi mata Aaron yang memperhatikannya, dia juga tidak memiliki nomor ponselnya untuk bertukar kabar, dan sekarang Aaron pergi ke tempat yang jauh. Sangat jauh darinya.

Claire menyesal. Harusnya ketika Aaron menyuruhnya pergi dari hadapan, ia harusnya pergi. Harusnya ketika Aaron tidak ingin mendengar suaranya, ia harusnya diam saja. Harusnya ketika Aaron menghunuskan tatapan tajam padanya, ia harusnya membiarkannya saja. Bukan malah bertanya "Kenapa?". Bukan malah meminta diperhatikan, bukan malah meminta untuk didengarkan. Dan sekarang, karena kesalahannya, Aaron pergi. Meninggalkannya di tempat yang jauh.

***

Di sisi lain, Aaron duduk di kursi pesawat, ekspresinya dingin namun pikirannya penuh dengan Claire. Ia berusaha keras untuk mengenyahkan pikiran itu. Jantungnya berdebar, entah itu karena takut atau gelisah pada wanita itu.

Apa yang dia lakukan saat ini sudah benar? Menghindari Claire dengan alasan perjalanan bisnis hanya karena ia sempat merasakan perasaan hangat yang menyusuri hatinya pada malam itu?

"Memang sudah seharusnya seperti ini," gumam Aaron pada dirinya sendiri, suaranya nyaris tak terdengar.

Wanita itu yang membawa masalah ini dalam hidupku, sudah seharusnya aku membenci wanita itu, bukan malah mulai menaruh perasaan padanya. Pada wanita milik saudaraku.

Tak lama, pesawat yang ia tumpangi lepas landas, membelah langit Boston yang kelabu. Gemuruh mesin pesawat mengiringi penerbangannya, seolah menenggelamkan setiap keraguan yang mencoba mencuat. Aaron menarik napas dalam-dalam, menyandarkan kepalanya, dan pertanyaan itu kembali muncul di benaknya, menggerogoti ketenangannya: Apa ini sudah benar?

1
Ezy Aje
lanjur
Aura Cantika
Kepalang suka deh!
Leel K: Aaah... makasih 🤗
total 1 replies
Coke Bunny🎀
Cerita yang bikin baper, deh!
ナディン(nadin)
Nggak bisa move on.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!