NovelToon NovelToon
Cinta Beda Alam : Ternyata Istriku Jin

Cinta Beda Alam : Ternyata Istriku Jin

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Cinta Beda Dunia / Cinta Terlarang / Mata Batin / Romansa / Reinkarnasi
Popularitas:3k
Nilai: 5
Nama Author: Dri Andri

Bagaimana jika wanita yang kau nikahi... ternyata bukan manusia?
Arsyan Jalendra, pemuda miskin berusia 25 tahun, tidak pernah menyangka bahwa pertemuannya dengan Wulan Sari—wanita cantik misterius yang menolongnya saat nyaris tenggelam di sungai—adalah awal dari takdir yang akan mengubah dua alam.
Wulan sempurna di mata Arsyan: cantik, lembut, berbakti. Tapi ada yang aneh:
Tubuhnya dingin seperti es bahkan di siang terik
Tidak punya bayangan saat terkena matahari
Matanya berubah jadi keemasan setiap malam
Aroma kenanga selalu mengikutinya
Saat Arsyan melamar dan menikahi Wulan, ia tidak tahu bahwa Wulan adalah putri dari Kerajaan Cahaya Rembulan—seorang jin putih yang turun ke dunia manusia karena jatuh cinta pada Arsyan yang pernah menyelamatkan seekor ular putih (wujud asli Wulan) bertahun lalu.
Cinta mereka indah... hingga rahasia terbongkar.
Ratu Kirana, ibunda Wulan, murka besar dan menurunkan "Kutukan 1000 Hari"—setiap hari Arsyan bersama Wulan, nyawanya terkuras hingga mati

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dri Andri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 22: Dokter Bingung

Di puskesmas, Arsyan langsung dibawa ke ruang UGD.

Dokter jaga—dokter muda bernama dr. Rani—langsung periksa Arsyan dengan cekatan. Cek tekanan darah, suhu tubuh, detak jantung, refleks.

"Tekanan darah rendah... suhu tubuh juga rendah... tapi detak jantung normal," gumam dr. Rani sambil nulis di clipboard. "Ada riwayat penyakit sebelumnya?"

"Nggak ada, Dok," jawab ibu Arsyan cepat—suaranya gemetar. "Arsyan selalu sehat. Nggak pernah sakit parah."

"Tadi pagi dia batuk darah?"

"Iya, Dok. Banyak."

Dr. Rani mengerutkan kening—keliatan bingung. "Batuk darah bisa karena banyak hal... TBC, infeksi paru, atau trauma. Tapi kondisi fisiknya keliatan... lemah banget. Kayak kekurangan nutrisi parah."

"Tapi dia makan normal, Dok. Nggak ada masalah," kata ibu Arsyan.

"Aneh..." Dr. Rani menatap Arsyan yang masih nggak sadarkan diri—wajah pucat, bibir kering. "Saya akan ambil sampel darah buat lab. Kita cek lengkap."

Beberapa jam kemudian—setelah Arsyan sadar dan dirawat sementara di puskesmas—hasil lab keluar.

Dr. Rani masuk ruangan dengan map coklat di tangan—ekspresinya... bingung total.

"Bagaimana, Dok?" tanya ibu Arsyan cepat—berdiri dari kursi. "Anakku kenapa?"

Dr. Rani diam sebentar—buka map—baca hasil lab berulang kali—lalu dia menutup map, menatap ibu Arsyan dengan tatapan... nggak percaya.

"Bu... hasil labnya... semuanya normal."

Hening.

"Normal? Maksudnya?" Ibu Arsyan bingung.

"Maksud saya... semua parameter darah Arsyan normal. Hemoglobin normal. Leukosit normal. Fungsi hati normal. Fungsi ginjal normal. Bahkan rontgen paru-paru bersih—nggak ada infeksi, nggak ada TBC, nggak ada apa-apa."

"Tapi... tapi dia batuk darah, Dok! Dia pingsan!"

"Saya tau, Bu. Makanya saya bingung." Dr. Rani menggaruk kepala—frustrasi. "Tubuh Arsyan... secara medis... SEHAT. Tapi kondisi fisiknya lemah banget. Ini... ini nggak masuk akal."

Ibu Arsyan duduk lemas—tangan menutupi muka. "Terus... terus anakku kenapa, Dok?"

"Saya nggak tau, Bu. Ini... di luar pemahaman medis saya."

Wulan yang dari tadi diam di pojok ruangan—mendengar semua percakapan—dadanya makin sesak.

Tentu saja dokter nggak tau. Karena ini bukan penyakit. Ini kutukan.

Dr. Rani menghela napas. "Saya sarankan Arsyan dirujuk ke rumah sakit besar buat pemeriksaan lebih lanjut. Mungkin ada penyakit langka yang nggak kedeteksi di sini."

"Baik, Dok. Terima kasih."

Siang itu, Arsyan dibawa pulang—dengan kondisi masih lemah tapi udah sadar.

Dia duduk di motor belakang—peluk pinggang ibunya pelan—kepala bersandar di punggung ibunya.

"Ibu..." bisiknya lirih.

"Iya, Nak?"

"Maafin Arsyan... bikin Ibu khawatir..."

Ibu Arsyan nggak jawab—tapi air matanya jatuh diam-diam. Dia lap cepat pake punggung tangan—nggak mau Arsyan tau dia nangis.

Sesampainya di rumah—Arsyan langsung tidur di kamar. Capek banget.

Ibu Arsyan sama Wulan duduk di ruang tamu—hening lama.

Lalu ibu Arsyan menatap Wulan—tatapan yang... curiga tapi lembut.

"Wulan... Ibu mau tanya sesuatu."

Wulan langsung tegang—tangan mengepal di pangkuan. "Iya, Bu?"

"Arsyan... dia kenapa sebenarnya?"

"Dia... dia sakit, Bu. Ibu kan udah denger dari dokter—"

"Jangan bohong sama Ibu, Wulan." Ibu Arsyan menatap Wulan tajam. "Ibu tau... ini bukan sakit biasa. Dokter bilang semua hasil lab normal. Tapi kok Arsyan lemah banget? Kok dia batuk darah? Ada yang nggak beres."

Wulan diam—bibir gemetar—nggak tau harus bilang apa.

Gimana aku jelasin? Gimana aku bilang... suami ku dikutuk gara-gara nikah sama jin?

"Wulan... kumohon." Ibu Arsyan pegang tangan Wulan—erat. "Kalau kamu tau sesuatu... tolong bilang Ibu. Ibu... Ibu nggak mau kehilangan Arsyan. Dia... dia anak satu-satunya Ibu."

Wulan nangis—air matanya jatuh. "Maafin aku, Bu... maafin aku..."

"Kenapa kamu minta maaf?"

"Karena... karena ini semua salahku... Arsyan jadi kayak gini... gara-gara aku..."

Ibu Arsyan bingung total—tapi sebelum dia bisa nanya lebih lanjut—Wulan berdiri cepat.

"Bu... aku... aku mau pergi sebentar. Aku harus ketemu seseorang."

"Ketemu siapa?"

"Kyai Hasan. Aku... aku mau minta bantuan dia."

Ibu Arsyan mengangguk pelan—meskipun masih bingung. "Oke. Tapi... cepet balik ya. Arsyan butuh kamu."

"Iya, Bu."

Wulan keluar rumah dengan langkah tergesa-gesa—hati berdebar keras.

Kyai Hasan... kumohon... bantu aku. Aku nggak tau harus gimana lagi. Aku... aku nggak mau kehilangan Arsyan.

Dia jalan cepat menuju rumah Kyai Hasan yang ada di ujung kampung—berharap ada jawaban.

Berharap ada cara.

Berharap... masih ada harapan.

Meskipun dalam hati... dia udah mulai putus asa.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!